72. Int – Ruang rapat – Sore
Roy masuk ke ruangan dengan wajah sumringah. Membawa berkas dan langsung ditaruh didepan meja anton. Anton membuka, lalu menaruhnya kembali
Anton
Maksudnya, tiga pakaian saksi gak ada bekas darah?
Roy
Yap, jadi tiga saksi itu terbebas. dan sisa satu orang yang gak punya alibi. Boleh saya bawa dia kesini sekarang pak?
Anton
Kirimi dia surat. kalau sampai besok dia gak datang. Bawa dia kesini
Roy
Baik
Anton
Kamu tetep fokus cari barang bukti juga. Sudah sisir daerah yang lebih luas dari TKP?
Roy
Sudah pak, tapi belum ketemu
Anton
Cari lebih detail, saya mau barang bukti itu segera ditemukan!
Widya menelpon Anton, Roy permisi meninggalkan Anton. Anton mengangkat telepon
Widya (o.s)
Halo, sayang kamu pulang kapan? Nayla sama arya udah nanya terus tuh
Anton
Iya sayang, besok malam kayanya aku bisa pulang
Widya (o.s)
kamu sehat kan? jangan terlalu cape
Anton
Iyaa
Widya (o.s)
Semoga cepet ketemu ya pelakunya, supaya kamu bisa cepet naik jabatan
Anton diam, menatap ponselnya
Anton
Haha, iyaa amiin. Udah ya sayang, aku lanjut dulu
Widya (o.s)
Iyaaa, semangat yaaa calon Komandan Divisi
Anton
Iyaaa, bye sayang
Telepon ditutup, Anton memasang muka datar mendengar pernyataan widya yang terus menerus berharap dia naik jabatan
73. Int – Ruang Pak Lubis – Siang
Anton masuk ruang pak Lubis, pak lubis memandang Anton, dan memintanya untuk duduk
Lubis
Bagaimana kasus ini? Sudah sampai mana penyidikannya?
Anton
Dari empat saksi hanya tersisa satu yang paling mungkin menjadi tersangka pak
Lubis
Siapa?
Anton
Feronika pak, Tiga saksi lain sudah kami periksa alibinya, tapi semua sepertinya bersih. Terlebih mereka semua suka rela memberikan pakaian mereka ketika kejadian itu terjadi, setelah kita periksa. tidak ada bekas noda darah disana. Tapi fero tidak memberikan bajunya pada tim, dia bilang hilang
Lubis
Hilang?
Anton
Iya pak, setelah kita cek dan geledah memang pakaian itu tidak ada. Jadi kini sudah mengerucut pada satu orang
Lubis
Yasudah tuntaskan! Tunggu apa lagi?
Anton
Barang bukti pak
Lubis
Belum ketemu?
Anton
Belum pak
Lubis
Yasudah cekal dulu orang itu, supaya dia gak kabur
Roy tiba tiba masuk ke ruangan Pak Lubis
Lubis
Lain kali ketuk pintu dulu!
Roy
Maaf pak, Pak Anton Fero kabur!
Anton dan Lubis kaget.
Anton
Cari! Tangkap. Sore ini juga saya mau dia ada di kantor polisi
Lubis
Baru saya bilang anton!
Anton
Saya akan bawa Fero ke kantor pak!
cut to
74. Int – Ruang rapat– Sore
Fero dengan makeup belepotan dan air mata yang terus menetes menangis sejadi-jadinya. Anton masuk ke ruangan tersebut dengan wajah emosi. Anton menggebrak meja, membuat Fero makin histeris, ada sekitar sepuluh orang mengelilingi mereka, Termasuk Pak Lubis, Guntur datang menyusup, merekam diam-diam
Anton
Goblok! Lu ngapain kabur hah? Ngapain?? Mau ngilang? mau jadi DPO?
Fero hanya menangis
Anton
Nangis terus kerjaan lo! Reputasi gue, reputasi tim gue semua hampir aja runtuh gara-gara lu! Sekarang lu mau berkilah apa lagi? Waktu gue tinggal tiga hari lagi. Dan yes! semua terungkap
Fero
Bukan saya pak, sungguh bukan saya
Anton
Terus kenapa kabur?
Fero (menangis)
Saya gak kabur, saya Cuma
Anton
Cuma apa? ngilang?!
Fero (menangis)
Saya cuma mau ketemu sama orang tua saya, saya capek dikejer-kejer terus sama wartawan. Di introgasi terus polisi. Saya capek pak! Saya gak kabur
Anton
Kamu saya tahan, dari semua saksi yang kita sidik, tersisa kamu. Satu-satunya orang yang paling punya motif untuk membunuh Lintang. Alibi kamu juga semua patah. Satu lagi, hanya kamu yang gak koperatif untuk kasih tunjuk pakaian yang kamu pakai saat terakhir ketemu Lintang
Fero
Pak, tapi itu benar-benar hilang. Saya juga gak nger..
Anton
Cukup, kamu emang gak perlu kasih saya pakaian itu. Ketiga pakaian saksi lain sudah di cek, dan mereka semua klir. Sekarang hanya tersisa kamu
Fero
Anda gak bisa tangkap saya! Anda gak punya barang bukti!
Telepon Anton berdering, dari Roy, anton mengangkat telepon
Roy
Halo pak, pisau yang dipakai untuk menusuk Lintang sudah ditemukan pak
Anton
Wah, kebetulan sekali kalau gitu, cepat bawa kesini. Saya tidak sabar buat presentasi ke publik, siapa sebenernya pembunuh lintang
Fero panik ketakutan,
Anton
Buktinya baru saja ditemukan. Sekarang sedang di cek, apa ada sidik jari seorang feronika disitu? (wajah anton didekatkan ke wajah Fero)
Fero tertunduk tak bicara sama sekali, Suasana tegang, Anton masih tersengal sengal, Guntur masih merekam secara diam-diam
Fero (menunduk dan berbisik)
Bukan saya pelakunya , bukan saya, bukan saya pelakunya
Anton melirik ke arah Fero
Fero (semakin kencang)
Bukan sayaaa pelakunya, bukan, bukan saya pelakunya
Anton
Diam fero Diam
Fero (kencang)
Saya akan tuntut kamu! Bukan saya pekaunya! Saya akan tuntut!
Anton
Diam Bangsat!
Semua terdiam, melihat Anton yang kelepasan. Anton gemetar, kebingungan. Sementara Fero menutup telinga menangis sejadi-jadinya. Guntur tersenyum sembari merekam. Tiba-riba Roy masuk membawa pisau yang dibungkus plastik transparan dan membawa dokumen, melihat semua orang memasang wajah tegang membuat dia ikut tegang. Dia menghampiri Anton
Roy
Pak, ini barang buktinya
Anton menerima barang bukti tersebut,
Roy (dengan wajah datar)
Dan ini hasil tes sidik jarinya pak
Anton menerima itu tapi tidak membukanya
Anton
Ceritakan saja, apa hasilnya?
Roy
Dalam barang bukti tersebut, terdapat darah dari korban Lintang Fauzi pada bagia mata pisau. Dan terdapat sidik jadi yang menempel dibagian gagang pisau
Anton
Lalu, sidik jari siapa?
Roy
Tidak diketahui pak
Semua terkaget, menatap Roy, Anton memasang muka paling kaget dengan mata merah dan wajah yang sudah teramat setres. Pak Lubis dan semua polisi melongo, termasuk Guntur yang juga tak sadar turut kaget dengan fakta tersebut
Anton
Maksudnya gimana Roy? Tidak diketahui itu maksudnya apa?
Roy
Diantara semua saksi, tidak ada yang sidik jarinya cocok pak
Anton dengan pasrah bersandar pada tembok. Kepalanya menunduk. Fero bangkit
Fero (nada tinggi)
Gue udah bilang bukan gue pelakunya, gue bakal tuntut lu bangsat!
Fero bergegas meninggalkan ruangan tersebut, menerabas kerumunan yang menjadikannya tontonan dan tanpa sengaja menyenggol Guntur yang masih merekam. HP Guntur tersenggol dan jatuh. Anton baru sadar, ada guntur disana. Dengan ponsel yang menyala. Wajahnya benar-benar murka
Anton
Anjing! Ngapain lu disini bangat!
Anton setengah berlari dan menonjok hidung Guntur hingga terkapar. Para polisi melerai Guntur dan Anton
Anton
Bangsat! Penghianat! Lu ngapain rekam gue anjing! Lu sengaja pengen bikin gue gak berhasil ngungkap kasus ini kan! bangsat lu Guntur!.
Guntur dibawa keluar, tersisa Anton., Roy dan Pak Lubis. Wajah Anton sudah begitu gak karuan. rambut acak-acakan, menunduk dan menggeleng kan kepala. Pak Lubis menghampiri Anton
Lubis
Polisi Hoegeng, tak pernah sekasar itu. Waktu kamu tinggal 4 Hari lagi ton, tolong buktiin ucapan kamu
Pak Lubis meninggalkan mereka Tersisa Anton dan Roy, Roy menghampiri Anton
Anton
Selesai kita Roy. Selesai
Roy
Masih ada tiga hari pak
Anton
Dan kita harus mulai dari awal lagi?
Roy terdiam, Anton pergi dengan menjotos tembok terlebih dahulu
cut to
75. Int – Rumah Anton – Malam
Anton berjalan menggontai masuk ke rumah. Tanpa senyum. Nayla dengan ceria menghampiri ayahnya, kemudian memeluk, tapi ayahnya tak membalas peluk itu. Arya hanya menatap papanya yang tampak asing
Arya
Papah kenapa?
Anton
Gak, papa, papah cuma cape aja
76. Int – Ruang tv Rumah Anton - Malam
Anton berjalan higga ke sofa, kemudian merebahkan badannya. Widya datang dengan wajah senang
Widya
Kamu kapan datang sayang? mau aku bikinin apa? kopi?
Anton hanya menggeleng, dia kemudian duduk, Widya duduk disebelahnya,
Widya
Kamu sakit?
Anton
Enggak
Widya
Kamu kecapean deh kayanya sayang
Anton
Gak tau deh
Wdya
Kenapa sih? calon Komandanku ko murung gitu
Anton
Boleh gak gausah bahas itu
Widya
Loh kan bener, sebentar lagi aku bakal jadi istri Komandan Divisi
Anton
Cukup! Sekarang aku dirumah, aku ga mau bahas semua hal yang dikantor. Aku pusing
Widya
Aku Cuma seneng aja kamu mau naik jabatan
Anton
Iya, dan gak seneng kalau posisi aku gini-gini aja kan? kamu nikah sama aku karena apa? karena ngarep harta? ngarep jadi istri Komandan? ngarep jadi menantu jendral?
Widya (meninggi)
Kamu ngomong apa sih?
Anton (membentak)
Cukup, aku pusing denger semua keinginan kamu, harapan kamu tentang pencapaian aku. Gaya hedon kamu sama sosialita-sosialita yang ada di grup whatsapp kamu itu!
Widya (nada tinggi)
Aku gak pernah ya sekalipun ngeluh sama kehidupan aku setelah nikah sama kamu. Aku rela, tinggal dirumah yang sempit, Gak lanjutin kuiah di luar negeri. Aku rela asalkan bisa hidup dan ngurus anak bareng-bareng sama kamu!
Anton hanya menatap Widya
Widya (nada tinggi)
Gak ada sekalipun kepikiran untuk nikah sama kamu karena harta anton! Aku mau nikah sama kamu karena aku cinta! Aku cuma seneng akhirnya, suami aku dianggep sama kantornya! Aku cuma seneng kalau Suami aku dapat kehidupan pekerjaan yang layak, gaji yang layak. Posisi yang tepat! Gak cuma bisanya diperintah terus! Satu lagi! Aku gak peduli kamu anak siapa!
Widya menangis kencang kemudian bangkit dari kursi dan berjalan meninggalkan anton
Anton
Winda tunggu wind
Widya berhenti, menoleh semakin menangis,hatinya teriris ketika dengar suaminya salah menyebut nama istrinya
Anton
Widya Maksud aku widya,
Widya
Nton, kamu? tega ya kamu. 12 taun Nton. 12 taun kita nikah. 12 Taun kita udah tinggal satu atap. Aku gak pernah seharipun kepikiran laki-laki lain. Kamu minta aku dirumah, aku nurut! Kamu minta aku gak kerja aku nurut nton! Kamu minta aku urus anak-anak aku nurut! Tapi apa sekarang? Winda? Jahat kamu ton jahat!!
Anton
Wid, dengerin aku dulu wid
Widya kemudian pergi ke kamar anaknya, menggandeng Nayla dan Arya
Anton
Wid kamu mau kemana wid, wid aku tau aku salah, aku minta maaf, Aku cuma salah ngomong widya. Tolong Widya jangan pergi
Widya menelpon orang tuanya
Widya
Mah, widya nginep dirumah mamah ya. iya mah. Anton belum pulang, Widya takut sendirian dirumah
Anton hanya diam melihat Widya
Widya
Aku mau pulang ya nton. Aku harus nenangin diri aku. Kasian anak-anak kalau liat kita berantem kaya gini
Nayla terisak, Arya hanya diam ketakutan, tidak tau apa yang sedang terjadi pada kedua orang tuanya. Widya keluar dari rumah. pergi meninggalkan Anton
Anton kesal dan melempar gelas ke tembok! menangis, marah, kecewa sama dirinya sendiri
cut to