Polisi yang Tak Melawan Penjahat
8. Chapter #8
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

72. Int – Ruang rapat – Sore

Roy masuk ke ruangan dengan wajah sumringah. Membawa berkas dan langsung ditaruh didepan meja anton. Anton membuka, lalu menaruhnya kembali

Anton

Maksudnya, tiga pakaian saksi gak ada bekas darah?

Roy

Yap, jadi tiga saksi itu terbebas. dan sisa satu orang yang gak punya alibi. Boleh saya bawa dia kesini sekarang pak?

Anton

Kirimi dia surat. kalau sampai besok dia gak datang. Bawa dia kesini

Roy

Baik

Anton

Kamu tetep fokus cari barang bukti juga. Sudah sisir daerah yang lebih luas dari TKP?

Roy

Sudah pak, tapi belum ketemu

Anton

Cari lebih detail, saya mau barang bukti itu segera ditemukan!

Widya menelpon Anton, Roy permisi meninggalkan Anton. Anton mengangkat telepon

Widya (o.s)

Halo, sayang kamu pulang kapan? Nayla sama arya udah nanya terus tuh

Anton

Iya sayang, besok malam kayanya aku bisa pulang

Widya (o.s)

kamu sehat kan? jangan terlalu cape

Anton

Iyaa

Widya (o.s)

Semoga cepet ketemu ya pelakunya, supaya kamu bisa cepet naik jabatan

Anton diam, menatap ponselnya

Anton

Haha, iyaa amiin. Udah ya sayang, aku lanjut dulu

Widya (o.s)

Iyaaa, semangat yaaa calon Komandan Divisi

Anton

Iyaaa, bye sayang

Telepon ditutup, Anton memasang muka datar mendengar pernyataan widya yang terus menerus berharap dia naik jabatan

 

73. Int – Ruang Pak Lubis – Siang

Anton masuk ruang pak Lubis, pak lubis memandang Anton, dan memintanya untuk duduk

Lubis

Bagaimana kasus ini? Sudah sampai mana penyidikannya?

Anton

Dari empat saksi hanya tersisa satu yang paling mungkin menjadi tersangka pak

Lubis

Siapa?

Anton

Feronika pak, Tiga saksi lain sudah kami periksa alibinya, tapi semua sepertinya bersih. Terlebih mereka semua suka rela memberikan pakaian mereka ketika kejadian itu terjadi, setelah kita periksa. tidak ada bekas noda darah disana. Tapi fero tidak memberikan bajunya pada tim, dia bilang hilang

Lubis

Hilang?

Anton

Iya pak, setelah kita cek dan geledah memang pakaian itu tidak ada. Jadi kini sudah mengerucut pada satu orang

Lubis

Yasudah tuntaskan! Tunggu apa lagi?

Anton

Barang bukti pak

Lubis

Belum ketemu?

Anton

Belum pak

Lubis

Yasudah cekal dulu orang itu, supaya dia gak kabur

Roy tiba tiba masuk ke ruangan Pak Lubis

Lubis

Lain kali ketuk pintu dulu!

Roy

Maaf pak, Pak Anton Fero kabur!

Anton dan Lubis kaget.

Anton

Cari! Tangkap. Sore ini juga saya mau dia ada di kantor polisi

Lubis

Baru saya bilang anton!

Anton

Saya akan bawa Fero ke kantor pak!

cut to

74. Int – Ruang rapat– Sore

Fero dengan makeup belepotan dan air mata yang terus menetes menangis sejadi-jadinya. Anton masuk ke ruangan tersebut dengan wajah emosi. Anton menggebrak meja, membuat Fero makin histeris, ada sekitar sepuluh orang mengelilingi mereka, Termasuk Pak Lubis, Guntur datang menyusup, merekam diam-diam

Anton

Goblok! Lu ngapain kabur hah? Ngapain?? Mau ngilang? mau jadi DPO?

Fero hanya menangis

Anton

Nangis terus kerjaan lo! Reputasi gue, reputasi tim gue semua hampir aja runtuh gara-gara lu! Sekarang lu mau berkilah apa lagi? Waktu gue tinggal tiga hari lagi. Dan yes! semua terungkap

Fero

Bukan saya pak, sungguh bukan saya

Anton

Terus kenapa kabur?

Fero (menangis)

Saya gak kabur, saya Cuma

Anton

Cuma apa? ngilang?!

Fero (menangis)

Saya cuma mau ketemu sama orang tua saya, saya capek dikejer-kejer terus sama wartawan. Di introgasi terus polisi. Saya capek pak! Saya gak kabur

Anton

Kamu saya tahan, dari semua saksi yang kita sidik, tersisa kamu. Satu-satunya orang yang paling punya motif untuk membunuh Lintang. Alibi kamu juga semua patah. Satu lagi, hanya kamu yang gak koperatif untuk kasih tunjuk pakaian yang kamu pakai saat terakhir ketemu Lintang

Fero

Pak, tapi itu benar-benar hilang. Saya juga gak nger..

Anton

Cukup, kamu emang gak perlu kasih saya pakaian itu. Ketiga pakaian saksi lain sudah di cek, dan mereka semua klir. Sekarang hanya tersisa kamu

Fero

Anda gak bisa tangkap saya! Anda gak punya barang bukti!

Telepon Anton berdering, dari Roy, anton mengangkat telepon

Roy

Halo pak, pisau yang dipakai untuk menusuk Lintang sudah ditemukan pak

Anton

Wah, kebetulan sekali kalau gitu, cepat bawa kesini. Saya tidak sabar buat presentasi ke publik, siapa sebenernya pembunuh lintang

Fero panik ketakutan,

Anton

Buktinya baru saja ditemukan. Sekarang sedang di cek, apa ada sidik jari seorang feronika disitu? (wajah anton didekatkan ke wajah Fero)

Fero tertunduk tak bicara sama sekali, Suasana tegang, Anton masih tersengal sengal, Guntur masih merekam secara diam-diam

Fero (menunduk dan berbisik)

Bukan saya pelakunya , bukan saya, bukan saya pelakunya

Anton melirik ke arah Fero

Fero (semakin kencang)

Bukan sayaaa pelakunya, bukan, bukan saya pelakunya

Anton

Diam fero Diam

Fero (kencang)

Saya akan tuntut kamu! Bukan saya pekaunya! Saya akan tuntut!

Anton

Diam Bangsat!

Semua terdiam, melihat Anton yang kelepasan. Anton gemetar, kebingungan. Sementara Fero menutup telinga menangis sejadi-jadinya. Guntur tersenyum sembari merekam. Tiba-riba Roy masuk membawa pisau yang dibungkus plastik transparan dan membawa dokumen, melihat semua orang memasang wajah tegang membuat dia ikut tegang. Dia menghampiri Anton

Roy

Pak, ini barang buktinya

Anton menerima barang bukti tersebut,

Roy (dengan wajah datar)

Dan ini hasil tes sidik jarinya pak

Anton menerima itu tapi tidak membukanya

Anton

Ceritakan saja, apa hasilnya?

Roy

Dalam barang bukti tersebut, terdapat darah dari korban Lintang Fauzi pada bagia mata pisau. Dan terdapat sidik jadi yang menempel dibagian gagang pisau

Anton

Lalu, sidik jari siapa?

Roy

Tidak diketahui pak

Semua terkaget, menatap Roy, Anton memasang muka paling kaget dengan mata merah dan wajah yang sudah teramat setres. Pak Lubis dan semua polisi melongo, termasuk Guntur yang juga tak sadar turut kaget dengan fakta tersebut

Anton

Maksudnya gimana Roy? Tidak diketahui itu maksudnya apa?

Roy

Diantara semua saksi, tidak ada yang sidik jarinya cocok pak

Anton dengan pasrah bersandar pada tembok. Kepalanya menunduk. Fero bangkit

Fero (nada tinggi)

Gue udah bilang bukan gue pelakunya, gue bakal tuntut lu bangsat!

Fero bergegas meninggalkan ruangan tersebut, menerabas kerumunan yang menjadikannya tontonan dan tanpa sengaja menyenggol Guntur yang masih merekam. HP Guntur tersenggol dan jatuh. Anton baru sadar, ada guntur disana. Dengan ponsel yang menyala. Wajahnya benar-benar murka

Anton

Anjing! Ngapain lu disini bangat!

Anton setengah berlari dan menonjok hidung Guntur hingga terkapar. Para polisi melerai Guntur dan Anton

Anton

Bangsat! Penghianat! Lu ngapain rekam gue anjing! Lu sengaja pengen bikin gue gak berhasil ngungkap kasus ini kan! bangsat lu Guntur!.

Guntur dibawa keluar, tersisa Anton., Roy dan Pak Lubis. Wajah Anton sudah begitu gak karuan. rambut acak-acakan, menunduk dan menggeleng kan kepala. Pak Lubis menghampiri Anton

Lubis

Polisi Hoegeng, tak pernah sekasar itu. Waktu kamu tinggal 4 Hari lagi ton, tolong buktiin ucapan kamu

Pak Lubis meninggalkan mereka Tersisa Anton dan Roy, Roy menghampiri Anton

Anton

Selesai kita Roy. Selesai

Roy

Masih ada tiga hari pak

Anton

Dan kita harus mulai dari awal lagi?

Roy terdiam, Anton pergi dengan menjotos tembok terlebih dahulu

cut to

75. Int – Rumah Anton – Malam

Anton berjalan menggontai masuk ke rumah. Tanpa senyum. Nayla dengan ceria menghampiri ayahnya, kemudian memeluk, tapi ayahnya tak membalas peluk itu. Arya hanya menatap papanya yang tampak asing

Arya

Papah kenapa?

Anton

Gak, papa, papah cuma cape aja

76. Int – Ruang tv Rumah Anton - Malam

Anton berjalan higga ke sofa, kemudian merebahkan badannya. Widya datang dengan wajah senang

Widya

Kamu kapan datang sayang? mau aku bikinin apa? kopi?

Anton hanya menggeleng, dia kemudian duduk, Widya duduk disebelahnya,

Widya

Kamu sakit?

Anton

Enggak

Widya

Kamu kecapean deh kayanya sayang

Anton

Gak tau deh

Wdya

Kenapa sih? calon Komandanku ko murung gitu

Anton

Boleh gak gausah bahas itu

Widya

Loh kan bener, sebentar lagi aku bakal jadi istri Komandan Divisi

Anton

Cukup! Sekarang aku dirumah, aku ga mau bahas semua hal yang dikantor. Aku pusing

Widya

Aku Cuma seneng aja kamu mau naik jabatan

Anton

Iya, dan gak seneng kalau posisi aku gini-gini aja kan? kamu nikah sama aku karena apa? karena ngarep harta? ngarep jadi istri Komandan? ngarep jadi menantu jendral?

Widya (meninggi)

Kamu ngomong apa sih?

Anton (membentak)

Cukup, aku pusing denger semua keinginan kamu, harapan kamu tentang pencapaian aku. Gaya hedon kamu sama sosialita-sosialita yang ada di grup whatsapp kamu itu!

Widya (nada tinggi)

Aku gak pernah ya sekalipun ngeluh sama kehidupan aku setelah nikah sama kamu. Aku rela, tinggal dirumah yang sempit, Gak lanjutin kuiah di luar negeri. Aku rela asalkan bisa hidup dan ngurus anak bareng-bareng sama kamu!

Anton hanya menatap Widya

Widya (nada tinggi)

Gak ada sekalipun kepikiran untuk nikah sama kamu karena harta anton! Aku mau nikah sama kamu karena aku cinta! Aku cuma seneng akhirnya, suami aku dianggep sama kantornya! Aku cuma seneng kalau Suami aku dapat kehidupan pekerjaan yang layak, gaji yang layak. Posisi yang tepat! Gak cuma bisanya diperintah terus! Satu lagi! Aku gak peduli kamu anak siapa!

Widya menangis kencang kemudian bangkit dari kursi dan berjalan meninggalkan anton

Anton

Winda tunggu wind

Widya berhenti, menoleh semakin menangis,hatinya teriris ketika dengar suaminya salah menyebut nama istrinya

Anton

Widya Maksud aku widya,

Widya

Nton, kamu? tega ya kamu. 12 taun Nton. 12 taun kita nikah. 12 Taun kita udah tinggal satu atap. Aku gak pernah seharipun kepikiran laki-laki lain. Kamu minta aku dirumah, aku nurut! Kamu minta aku gak kerja aku nurut nton! Kamu minta aku urus anak-anak aku nurut! Tapi apa sekarang? Winda? Jahat kamu ton jahat!!

Anton

Wid, dengerin aku dulu wid

Widya kemudian pergi ke kamar anaknya, menggandeng Nayla dan Arya

Anton

Wid kamu mau kemana wid, wid aku tau aku salah, aku minta maaf, Aku cuma salah ngomong widya. Tolong Widya jangan pergi

Widya menelpon orang tuanya

Widya

Mah, widya nginep dirumah mamah ya. iya mah. Anton belum pulang, Widya takut sendirian dirumah

Anton hanya diam melihat Widya

Widya

Aku mau pulang ya nton. Aku harus nenangin diri aku. Kasian anak-anak kalau liat kita berantem kaya gini

Nayla terisak, Arya hanya diam ketakutan, tidak tau apa yang sedang terjadi pada kedua orang tuanya. Widya keluar dari rumah. pergi meninggalkan Anton

Anton kesal dan melempar gelas ke tembok! menangis, marah, kecewa sama dirinya sendiri

cut to

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar