1. Ext - Area Luar Mall – Sore
Seorang pemuda bernama ERIS berjalan keluar dari sebuah mall menuju parkiran motor mall tersebut
cut to
2. Ext - Area Luar Mall – Siang
Sambil bermain ponsel Eris melihat seorang anggota dewan bernama ALI sendirian tengah berdiri di pintu keluar mall dengan wajah gelisah, Eris menatap heran kemudian melanjutkan jalan
Cut To
3. Ext - Area Luar Mall – Siang
Eris melihat sebuah mobil dengan pengemudi bernama JASON sedang tergesa, mobi itu mengklakson-klakson mobil yang ada di depannya, tampak raut cemas dari wajah Jason, tapi Eris hanya menganggap biasa dan meneruskan scroll ponselnya, kemudian kembali berjalan
Cut To
4. Ext - Area Parkir Mall – Siang
Eris menaiki tangga menuju parkiran motor roof top, baru dua langkah, tampak seorang perempuan turun dengan tergesa. Perempuan cantik, rambutnya pirang dengan dandanan menor khas orang kaya. Eris sempat heran, tapi melanjutkan langkahnya naik
Cut To
5. Ext - Area Parkir Rooftop – Siang
Eris berjalan menuju motornya, tampak tidak ada orang satu pun di area parkir motor, langit masih mendung dan ada banyak becek karena lokasi tersebut baru saja diguyur hujan. Eris berjalan sampai motornya, lalu tanpa sengaja menoleh ke arah berlawanan, iya melihat seperti ada orang tidur tengkurap. Sambil ragu Eris menghampiri sosok itu. Semakin dekat, dan benar sosok itu adalah manusia yang tengkurap, Eris coba goyang-goyangkan badannya. tak bergerak. Ketika Eris hendak membalikan badannya, darah mengalir dari perut orang tersebut, mengenai tangan Eris. Eris histeris dan kemudian berlari kencang ke menuju tangga
cut to
6. Ext – Tangga parkiran - Siang
Eris menuruni tangga sembari berteriak-teriak minta tolong seperti orang kesetanan.
7. Ext – Parkiran motor bawah - Siang
Di parkiran bawah Eris bertemu satpam. Dengan histeris Eris bilang
Eris
Mayat! ada mayat diatas!
Semua orang disana menatap Eris penasaran. Satpam tersebut langsung bergegas naik untuk memastikan. Ada banyak orang juga yang secara kompak berlari untuk melihat apa yang terjadi diatas. Samar-samar Eris melihat sosok orang yang tidak ikut dengan kerumunan keatas, sebaliknya dengan gelisah orang tersebut setengah berlari meninggalkan kerumunan
Fade out
Judul cerita : Polisi yang Tak Melawan Penjahat
Cut To
Sehari Sebelum Kejadian
8. Ext - Halaman Kantor Polisi – Sore
Tampak markas polisi dari luar dengan beberapa polisi yang berseliweran. Terdengar sayup-sayup lagu ‘revolusi mental’ lagu yang sering disetel di kantor polisi
Cut To
9. Int - Lorong kantor polisi – Sore
Suara tepuk tangan terdengar disalah satu ruangan, masih terdengar sayup sayup lagu revolusi mental
Cut To
10. Int - Ruangan Kantor Polisi – Sore
Ada belasan orang polisi yang berdiri sembari tepuk tangan, mengelilingi GUNTUR, salah satu anggota yang jadi sorotan di kesempatan itu. sebuah tangan mematikan tip yang memutar lagu revolusi mental. Beberapa orang menyalami Guntur bergantian, Guntur baru saja berhasil menguak sebuah kasus penting yang menyita perhatian publik.
Salah satu Polisi
Hebat banget sih lu! bisa secepat itu bikin analisa, dan tepat pula!
Polisi lain
Kasus pembunuhan di toko emas ini kan disorot publik. Kalau gini terus, si Guntur bakal cepet promosi jabatan!
Guntur hanya terkekeh, senyum tengil dan pura-pura biasa saja atas sanjungan itu.
Guntur
Naik jabatan? enggak lah, masih terlalu muda. Masih ada bang Anton yang jauh lebih cocok buat promosi jabatan. Secara usia dan kematangan, bang Anton jauh lebih hebat dari gue
Anton berdiri diujung ruangan, menggenggam kopi yang baru saja dia tuang, dia hanya tersenyum sedikit menanggapi pendapat Guntur barusan. kemudian pergi ke mejanya dan menyalakan komputer yang berada di meja kerjanya
Kerumunan itu sedikit demi sedikit bubar, para anggota polisi tadi ada yang keluar ruangan, ada yang pergi ke meja kerjanya masing-masing. Guntur melintasi meja Anton sembari tersenyum. Anton membalas senyuman itu dengan
Anton(tersenyum)
Selamat ya Gun
Guntur (tersenyum belagu)
Makasih bang
Seteah Guntur lewat, RIDWAN teman Anton mendekatinya, mengambil kursi untuk kemudian duduk disamping Anton, Ridwan tanpa meminta izin menyeruput kopi Anton, Anton hanya melotot melihat kelakuan temannya itu
Ridwan
Udahlah, gak usah dipikirin tuh bocah, cuma beruntung doang dia. Dengerin, lu adalah orang yang paling cocok buat mimpin divisi ini. Gue yakin cepat atau lambat lu bakal dapet jabatan itu
Anton
Apaan sih lu? Gue gak mikirin sampe kesitu kali
Ridwan
Jangan bohong, semua orang tuh berharap dapet perbaikan jabatan. Masa mau seumur hidup kerja disini, jadi bawahan terus. Sesekali mimpin dong
Anton tak menghiraukan dan memulai kerjanya di komputer
Cut to
11. Int - Rumah Anton – Malam
Anton masuk kedalam rumah, tampak dirumah anton ada beberapa piagam penghargaan, ada foto dirinya ketika menjadi lulusan akpol terbaik, juga ada foto dia, istrinya dan dua orang anaknya yang terpajang di dinding ruang tengah
Anton langsung disambut oleh NAYLA anaknya yang paling kecil yang langsung memeluknya. Tak lama istrinya WIDYA keluar dari kamarnya dan melontarkan senyum, Widya tengah hamil 6 bulan
Widya
Ganti baju dulu ya sayang, aku udah siapin makan
cut to
12. Ruang Makan Rumah Anton – Malam - Int
Widya
Gimana hari ini? lancar? kok cape banget mukanya
Nayla dan kakaknya Arya berada diruang televisi berebut remot dengan gaduh. Widya meninggalkan Anton sejenak untuk melerai kedua anaknya. suara HP Anton berdering, Telpon tersebut dari ayahnya Anton.
Papah Anton
Halo Anton, gimana anak-anak sehat semua? Papah kanget banget sama Nayla sama Arya
Anton
Iya pah, mereka juga nanyain kakeknya terus tuh
Papah Anton
Eh sampein ke mereka, papah bakal datang buat ajakin mereka jalan-jalan pas liburan sekolah nanti. Papah udah gak sabar banget pengen ajak main cucu-cucu
Anton
Iya pah, pasti Anton sampein
Papah Anton
Eh kamu sendiri gimana? sehat? Tetap jaga stamina ya. Jadi polisi itu gak boleh cape!
Anton
Siap jendral!
Papah Anton
Nah gitu harus tegas! Eh ngomon-ngomong kamu belum ada tanda-tanda buat di promosiin?
Anton tersedak minuman, lalu berusaha menjawab pertanyaan ayahnya
Anton
iya, belum ada info lagi pah
Papah Anton
Heran, kamu itukan dulu lulusan terbaik. Pintar, tegas. Cocok untuk jadi Komandan Divisi. Apa lagi secara usia, Kamu udah cocok banget buat dapat jabatan itu. Kamu gak ada masalah apa-apa kan di kantor?
Anton
Enggak ada ko pah
Papah Anton
Dulu waktu papah seumuran kamu kayanya udah jadi Komandan divisi deh, yaa itu karena papah bisa tanganin beberapa kasus. Koamandan papah ngeliat itu sebagai bagaian kelebihan papa, langsung deh gak lama papah dapet promosi jabatan. Kamu harus lebih giat ton! Jangan lembek! jangan betah diposisi ini aja. Seumuran kamu papah udah dapet jabatan enak di Kalimantan
Anton
Iya ya pah
Papah Anton
Kakak kamu si Toni, seusia kamu ini udah dapet jabatan tinggi loh di Sulawesi. Ya semua balik lagi ke personalnya sih, mau maju apa mau stuck disitu-situ aja. Kalau malas ya susah
Anton
Iya pah iyaaa, eh pah kayanya ada tamu, nanti Anton telpon lagi ya
Anton mematikan ponselnya, raut wajahnya kecut Widya kembali ke meja makan dan menuangkan air putih ke meja Anton.
Widya
Papah kamu ngomong apa emang?
Anton
Biasalah, nanyain kerjaan. banding-bandingin aku sama dia waktu muda, sama kak Toni. Gara-gara aku belum juga dapet promosi
Widya
oh ngobrolin tentang itu toh. Eh si Guntur baru pecahin kasus perampokan itu ya?
Anton menatap Widya heran
Widya
Iya, aku baca di grup istri-istri polisi di Whatsapp. Hebat ya dia, masih muda udah dapet banyak atensi. Ati-ati loh, nanti karir kamu disalip dia. Yaa, moga-moga aja gak kejadian, aku kan juga sejujurnya berharap kamu cepet dapet promosi
Anton meenyenderkan badannya di kursi
Widya
Ya kan enak aja kalau kamu dapet promosi, gaji naik, tunjangan naik. Nayla juga kan udah harus masuk SD bentar lagi. Butuh biaya. Sama ini nih (menunjuk ke perut) 6 bulan lagi lahir. Tanggungan kita makin banyak. Kamu semangat ya kerjanya. Eh tau gak, aku malah udah siapin kebaya kalau kamu dapet promosi (tertawa kecil)
Anton menghela nafas
Cut to
13. Int - Kantin Kantor Polisi – Siang Hari
Ridwan dan Anton tengah menyantap makan siang di kantin kantor polisi. Terdengar suara desas-desus anggota lain dibelakang mereka yang membicarakan kiprah Guntur yang semakin hari semakin baik
Ridwan
Udah, lu fokus aja sama kerjaanlu. Jangan mikirin orang lain
Anton
Hehe, susah ya bro nutupinnya,sebenernya kalau ditanya pengen apa enggak dapat promosi jabatan, ya gue ga munafik sih akhirnya.
Ridwan
Nah kan, ga mungkin kalau lu gak mikirin
Anton
Gimana ya, jujur gue juga khawatir sama kiprah Guntur yang tiba-tiba jadi terkenal gitu di markas. Kalau taun ini gue gak dapet promosi jadi Komandan Divisi, yaudah siap-siap aja ikhlasin posisi itu diambil Guntur
Ridwan
Pokoknya lu fokus, kerjain semua perintah yang bener. Inget. lu itu anggota terkenal disini. Apalagi orang tua lu. siapa sih polisi yang gak kenal orang tua lu. Lu tuh anak jendral, pinter, teges. Percaya sama gue, naik jabatan tinggal tunggu waktu aja
Seorang anggota tiba-tiba menghampiri mereka dengan tergopoh-gopoh menemui Anton
Anggota Polisi
Bang Anton, cepetan bang! dipanggil Pak Lubis ke ruangannya sekarang.
Anton dan Ridwan langsung bergegas meninggalkan kantin
Cut To
14. Int - Ruangan Divisi – Siang Hari -
Belum sampai ruangan Pak Lubis. diruangan Anton banyak anggota polisi berkerumun menonton televisi. Anton dan Ridwan terhenti dan ikut penasaran tentang berita apa yang terjadi di televisi.
Televisi menampilkan breaking news, dilaporkan jika baru saja terjadi penemuan jasad seorang politikus yang vokal mengeritik pemerintah bernama Lintang Fauzi.
News anchor
“Jasad korban ditemukan di parkiran rooftop mall nuansa Indonesia, kepolisian setempat kini sedang mensterilkan tempat kejadian”
Ridwan dan Anton serta anggota lain tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya atas meninggalnya Lintang Fauzi
Lubis
Kenapa ramai sekali, macam gak pernah lihat berita pembunuhan
Suara Pak Lubis memecahkan suasana. Setiap anggota yang berkerumun langsung buyar, sebagian kembali ke meja, sebagian terpaku menghadap Pak Lubis. Termasuk Anton dan Ridwan.
Lubis
Ada yang liat Guntur?
Dari belakang Pak Lubis, Guntur menyapa
Guntur
Siap pak.
Lubis
Dari mana kamu?
Guntur
Siap, dari toliet pak. Apa ada yang bisa saya bantu? (memelankan ucapannya)
Ridwan memamerkan ekspresi kesal dengan sikap Guntur yang sok dekat dengan atasan.
Pak Lubis kemudian menarik Guntur kedepan supaya berdiri sejajar dengan dia. Ekspresi Pak Lubis tampak tegang
Lubis
Yah, sebagaimana kita lihat. Ini kasus besar. Media dan publik luas bakal sorot kasus kemtian Lintang Fauzi. Kita sudah tau, Lintang Fauzi ini adalah orang yang aktif kritik pemerintah. Dan kematiannya ini tentu akan jadi perbincangan yang tidak akan berhenti. Televisi akan tayangkan berita ini dari pagi sampai pagi lagi. Kita sudah kirimkan tim dari polres untuk amankan TKP. Tapi, saya bakal bentuk tim khusus untuk kasus yang gak main-main ini, Nama baik korps kita dipertaruhkan. Jadi saya akan tunjuk salah satu dari kalian yang akan memimpin tim khusus ini
Semua orang menatap Guntur, calon yang paling mungkin mendapat tugas lagi untuk menyelidiki kasus. Pak Lubis juga menatap Guntur.
Lubis
Yang saya pilih untuk pimpin timsus kasus ini. Inspektur Anton. Tolong siapkan diri, dan buktikan mental kamu
Semua orang tercenung, semua wajah orang-orang di ruangan itu brubah jadi bingung. Tak terkecuali Anton.
Anton (gagap)
Si, Siap Ndan!
Dia menoleh ke arah Ridwan, Dari semua orang disana, hanya Ridwan yang tersenyum gembira.
Anton
Maaf izin bertanya. Benar saya yang akan memimpin kasus ini Ndan?
Lubis
Kita butuh orang yang sudah matang buat tangani kasus ini. Yang jam terbangnya sudah banyak. Jadi saya pilih kamu. Jadi tolong jangan mengecewakan
Ridwan menggoyang-goyangkan bahu Anton. Sementara raut wajah Anton langsung serius.
Anton
Siap ndan!
Sementara raut wajah Guntur juga tersenyum walau terlihat terpaksa
Lubis
Inspektur Anton kamu keruangan saya sekarang!
Cut To