PLUS MINUS
12. Bagian 58-60
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

58. EXT. PINGGIR JALAN – SORE

Cast: Cahya, Budi


Cahya dan Budi duduk di rerumputan pinggir jalan sambil memandang padi yang baru tumbuh. Budi duduk menyangga lutut sementara Cahya selonjoran.


BUDI
Jadi yang bisa daftar SNMPTN itu cuma yang siswa eligible?


CAHYA

(Mengangguk)

He’em


BUDI
Berarti siswa eligible tuh beruntung banget.


Cahya menghela napas. Budi menoleh sekejap, lalu beralih menatap awan.


CAHYA
Budi


BUDI
Hmm.


CAHYA

(Melihat Budi dalam)

Kamu yakin nggak mau kuliah?


BUDI

(Mengangguk)

Iya.


CAHYA
Padahal nggak ada halangan, kan? Walaupun jalur mandiri, tapi secara finansial dan kemampuan kamu mampu. Terus kenapa enggak?


BUDI
Karena nggak mau aja.


CAHYA
Tapi, kan kamu ada kesempatan buat itu?


BUDI

(Menoleh)

Iya, memang ada kesempatan, tapi akunya nggak ada niat. Mau gimana lagi?


Cahya berkedip. Beralih menatap padi yang baru tumbuh. Budi juga kembali melihat awan. Suasana hening sejenak.


CAHYA
Kamu.. nggak mau nyoba dulu?


BUDI

(Menatap Cahya jengah)

Enggak Cahya..


CAHYA
Padahal-


BUDI
Kita bahas kuliahnya udah, ya, sampai sini aja.


Cahya diam. Masih terus menatap padi. Tak lama setelahnya, Cahya kembali bicara.


CAHYA
Kalau beberapa tahun lagi kamu nyesel, gimana?


BUDI

(Menutup mata mengontrol emosi)

Cahya, please...


CAHYA

(Menatap kedua mata Budi)

Aku cuma mau kamu nggak salah ambil keputusan aja.


BUDI

(Membalas tatapan Cahya)

Gini.. kalau aku emang pengen kuliah, dari awal aku nggak aakan ada di sini. Nggak akan bisa kenal kamu. Karena setelah lulus, aku pasti bakal lanjut ke SMA. Tapi, aku milihnya sekolah di sini, di SMK ini, karena aku pengennya setelah lulus, aku bisa langsung kerja cari uang buat modal usaha sesuai dengan apa yang aku minati dan aku pelajari di SMK. Dan dari kecil, pun aku nggak pernah ada niat buat kuliah. Aku pengen gunain otak aku cuat mikirin pelajaran Cuma untuk 12 tahun aja, selebihnya aku pengen gunain otak aku buat ngelakuin apa yang aku suka.

(Berhenti sejenak)

Aku bukan kamu yang suka belajar, jadi jangan paksa aku buat kuliah. Bisa?


CAHYA

(Menunduk)

Iya, maaf.


Budi memandang wajah Cahya lama.


BUDI
Kamu sendiri, gimana?


CAHYA

(Beralih menatap gunung)

Pengen.


BUDI

(Diam. Ikut menatap gunung)

Ke – mana?


CAHYA

(Menghela napas)

Aku pengen bukan berarti aku bisa. Ibu nggak sanggup buat biayain aku kalau sampai aku kuliah.


BUDI
Bukannya kalau lolos SNMPT biayanya bakal ditanggung pemerintah, ya?


CAHYA
Iya, tapi nggak semua juga. Buat makan? Buat kost? Buat kebutuhan lain selama aku kuliah? Ibu buruh tani, udah tua pula. Ayah juga udah nggak ada.


Budi terlihat prihatin dengan keadaan Cahya.


BUDI
Emang kalau ada kesempatan, kamu mau kuliah dimana?


CAHYA

UGM

(Tersenyum miris)


CUT TO:


59. INT. SEKOLAH – RUANG KELAS – SIANG

Cast: Cahya, Bu Guru


INSERT: Suara bel berbunyi


Cahya berdiri dari kursinya dan hendak berjalan keluar pintu kelas bersama teman-teman sekelasnya yang lain.


BU GURU
Cahya tolong tinggal sebentar. Ada yang mau ibu sampaikan.


Tapi, saat sampai di depan meja guru, Cahya berhenti. Berdiri di depan meja menghadap bu guru yang duduk di kursinya.


CAHYA
Ada apa, bu?


BU GURU
Begini.. Sekolah kita akan ikut berkompetisi di lomba keterampilan siswa yang masing-masing jurusan akan diwakili satu siswa. Nah setelah ibu sama guru-guru produktif yang lain musyawarah akhirnya kami memutuskan kalau kamu yang akan maju mewakili jurusan kita. Kamu bersedia, kan?


CAHYA

Saya?

(Kaget seraya menunjuk diri sendiri?

Ikut lomba?


BU GURU

(Tersenyum)

Iya.


Cahya mengedip lambat. Lalu menggeleng sambil tertawa pelan.


CAHYA
Yang lain saja, bu. Jangan saya. Saya nggak yakin bisa menang.


BU GURU

(Berdiri dan mendekat ke Cahya)

Mau menang maupun kalah, itu udah biasa di dalam perlombaan. Pihak sekolah juga nggak menuntut apapun. Kalau kamu bisa menang ya kami bersyukur, kalau kalah ya nggak papa.


CAHYA

Tapi, bu.. saya nggak bisa

(Tersenyum setengah hati)


BU GURU
Ibu mohon Cahya.


CAHYA
Yang lain saja, bu.


BU GURU

(Memegang lengan atas Cahya)

Kami berharapnya kamu. Cuma kamu yang ada di pandangan kami. Ibu yakin kamu bisa mengikuti lomba itu dengan baik, kok. Mau ya?


60. TALKING HEAD CAHYA


CAHYA
Kalau dulu, aku akan langsung mengiyakan dan mengabarkan pada Bapak sama Ibu betapa bahagianya aku bisa ikut lomba. Tapi, setelah kehilangan dua dari tiga alasan kebahagiaan dan harapanku, setelah Bapak meninggal dan setelah tahu kalau aku tidak bisa kuliah, sejak saat itu kata ‘lomba’ sudah tidak semenarik duludan tidak bisa memunculkan rasa bahagia untukku. Karena aku mikirnya, buat apa susah-susah berjuang di perlombaan kalau pada akhirnya aku tetap tidak bisa kuliah dan akan sulit mewujudkan impianku? Buat apa kalau pada akhirnya, hanya tinggal Ibu saja yang bisa kuajak berbahagia atas kemenangan yang mungkin saja aku raih? Buat apa? Sia-sia saja.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar