PLUS MINUS
11. Bagian 50-57
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

50. INT. SEKOLAH – KELAS CAHYA – SIANG

Cast: Cahya, Bu BK, Ayu, Budi


Cahya duduk di kursinya dengan tangan saling bertaut.


CAHYA (V.O)
Bapak sama Ibu pasti senang kalau aku kasih tahu kabar ini.


Cahya tersenyum sendiri membayangkan. Tapi berganti raut wajah resah.


CAHYA (V.O)
Tapi, apa iya aku bisa kuliah? Dulu aja Ibu sama Ibu pernah debat masalah biaya pendidikanku.


Cahya menghela napas. Menyangga dahi dengan kedua tangan. Matanya memejam.


AYU
Ini dia Cahyanya, bu.


Cahya mendongak, melihat ada Bu BK dan Ayu di depan mejanya. Cahya berdiri.


CAHYA
Ada apa, bu?


BU BK

(Memegang lembut pundak Cahya)

Tadi ada telepon dari rumah, kamu diminta untuk pulang. Jadi, sekarang Ibu izinkan.


CAHYA

(Plonga-plongo)

Kenapa saya harus pulang?


BU BK
Ibu juga tidak tahu alasan pastinya. Sekarang kamu pulang dulu saja, ya?


Cahya mengedip bingung. Teman-temannya sekelasnya yang baru pada datang juga bingung.


BU BK
Kamu bawa motor sendiri apa boncengan?


CAHYA
Sendiri.


BU BK
Kalau gitu minta tolong satu temannya buat mengantarkan.


AYU

(Tunjuk tangan)

Biar sama saya saja, bu.


CAHYA

(Celingak-celinguk)

Kenapa harus diantar? Saya biasanya pulang sendiri.


BU BK
Nggak papa dianter. Biar sekali-kali pulang berdua.


AYU

Ayo, aku antar pulang.

(Mengambil alih tas Cahya)


Cahya melihat Ayu ragu. Di mencegah tangan Ayu. Ayu menoleh.


CAHYA
Kamu bisa bawa motor?


Hening sejenak. Ayu menepuk jidat lalu menyengir.


AYU
Nggak bisa, deng.


BU BK

(geleng-geleng)

Yang lain saja kalau gitu. Cahya mau diantar siapa?


Cahya lihat kanan-kiri. Tatapannya jatuh pada Budi yang lewat di jendela. Lalu Cahya kembali menatap bu BK.


CAHYA

Sama Budi saja, bu.

(Menunjuk jendela)


Bu BK, Ayu dan teman kelasnya melihat arah jendela serempak.


BU BK
Kamu yakin?


CAHYA

(Mengangguk)

Yakin.


BU BK
Ya sudah, Ibu panggilkan dulu


Bu BK keluar kelas. Ayu mendekati Cahya dan berbicara pelan.


AYU
Kamu beneran minta diantar Budi?


CAHYA
Kenapa? Dia temenku.


AYU
Tapi, kan-


Perkataan Ayu terpotong saat Budi datang sambil tersenyum lebar.


BUDI
Cahya mana Cahya?


Ayu menggeser tubuhnya sampai Cahya terlihat. Budi menghampiri Cahya dan mengambil alih tas yang ditentengnya.


BUDI
Ini beneran nggak dianggap bolos, kan, bu?


Bu BK
Iya, Budi. Udah sana anter Cahya pulang. Hati-hati loh ya bawa motornya.


BUDI
Siap!


Budi menggandeng Cahya keluar kelas tanpa pamit. Cahyalah yang menganggukkan kepala sedikit sebagai ucapan pamit kepada Bu BK.


BUDI
PULANG DULUAN YA, TEMAN-TEMAN!


51. EXT. DEPAN RUMAH - SIANG

Cast: Cahya, Budi


Cahya turun dari motor dan Budi juga turun setelah menstandarkan motornya.


BUDI

(Melepas helm)

Kamu tumben disuruh pulang pas belum waktunya pulang?


CAHYA

(Melepas helm)

Aneh, kan? Aku nggak diberitahu alasannya.


BUDI

(Ngangguk-ngangguk)

Yaudahlah masuk dulu aja. Nanti juga tahu.


CAHYA

Iya.

(Berjalan dua langkah dan berhenti)

Kamu juga ikut masuk, ayo.


Budi mengangguk. Mereka berjalan beriringan. Budi yang menoleh ke kiri tidak sengaja melihat bendera berwarna kuning di pohon. Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Budi lantas menatap Cahya yang ternyata juga sedang melihat bendera kuning itu.


BUDI
Cahya-


Cahya berlari buru-buru menuju rumahnya. Budi mengikutinya dari belakang. Cahya semakin pucat saat melihat ada banyak orang dan kursi di teras rumahnya.


CAHYA

Budi.. ini ada apa?

(Menatap sendu)


Budi hanya bisa membalasnya dengan kebingungan dan keterdiaman.


CUT TO:


52. INT. RUMAH CAHYA - SIANG

Cast: Cahya, Budi, Ibu, Bapak


Di ambang pintu, Cahya berdiri lemas menatap kain yang menutup seseorang. Langkahnya lunglai saat mendekati jenazah itu. Tepat di depannya, Cahya terduduk tak berdaya. Dia melihat sekeliling mencari Bapak dan Ibu.


IBU
Cahya.


Cahya buru-buru menengok, berdiri, dan berjalan tergopoh-gopoh memeluk Ibu.


CAHYA
Sudah aku duga kalau itu bukan ibu. Ibu nggak mungkin tega ninggalin aku.


Ibu membalas pelukan Cahya sambil mengelus rambutnya. Cahya melepas pelukan itu saat mendengar tangis sesak milik ibu.


CAHYA

Ibu kenapa nangis? Jangan nangis.

(Menghapus air mata Ibu)

Ayah mana?


Tangisan ibu semakin tidak bisa ditahan. Tangisan Ibu pecah. Ibu menarik Cahya ke pelukannya.


IBU
Maafin Bapak, nak. Maafin Bapak.


CAHYA

Enggak. Kenapa minta maaf? Bapak nggak pernah salah.

(Melepas pelukan Ibu)

Sekarang Bapak di mana?


Ibu tidak menjawab. Dia hanya menatap Cahya sendu dengan air mata yang terus menetes.


CAHYA
Enggak. Bukan.


Cahya menggeleng kuat. Kakinya bergerak mundur. Air matanya menetes. Lalu dia berlari dan duduk bersimpuh di dekat jenazah. Perlahan tangannya terangkat dan membuka penutup wajah di jenazah itu.


CAHYA
BAPAAAKKKKKK!


Cahya mundur sambil memegang kepalanya tidak percaya. Tatapannya terus tertuju pada wajah Bapak. Sementara air matanya turun semakin deras.


CAHYA
Enggak! Itu nggak mungkin Bapak! Enggak!


INTERCUT TO:


MONTAGE

53. Momen saat Bapak bahagia mendengar kalau Cahya peringkat satu di sekolah.

54. Momen saat makan bersama Bapak dan Ibu sambil bergurau.

55. Momen saat bertemu Bapak di pinggir jalan dekat sawah.

56. Momen saat Bapak tersenyum pada Cahya.


57. TALKING HEAD CAHYA


CAHYA
Hari itu duniaku seakan runtuh. Cinta pertamaku, hidupku, bahagiaku, Bapak meninggalkan aku untuk selamanya.

































Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar