PLUS MINUS
5. Bagian 23-25
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

23. INT. SEKOLAH – LOBBY – PAGI

Cast: Cahya, Budi, teman Budi


Cahya duduk di kursi lobby sambil melamun. Dia terlihat lesu memikirkan tentang Ibu tadi malam. Bersamaan dengan itu, Budi lewat depannya dengan gaya jalannya yang slengekan. Sampai saat Budi sudah sampai di ujung lobby, baru Cahya sadar dan buru-buru berdiri.


CAHYA
HEY! COWOK YANG PAKAI TAS HITAM ITU TOLONG BERHENTI!


Budi celingak-celinguk mencari cowok yang pakai tas hitam selain dia, tapi nggak ada. Jadi, dia berhenti berjalan. Menoleh ke belakang mendapati Cahya yang mulai berjalan cepat ke arahnya.


BUDI
Eh ketemu lagi. Mauan aja disuruh jaga tiap pagi. Nggak capek, ya?


CAHYA
Kok melanggar aturan terus? Nggak bosan ya?


Budi tertawa. Cahya hanya diam memperhatikan sampai Budi berhenti sendiri.


BUDI

Cowok yang pakai tas hitam itu.. ini?

(Menunjuk dirinya sendiri)


CAHYA
Aku rasa kamu udah periksa sekitar, deh, ada enggaknya cowok yang pakai tas hitam selain kamu. Dan aku rasa kamu juga udah tahu jawaban atas pertanyaanmu sendiri. Makanya kamu mau berhenti.


BUDI

(Manggut-manggut)

Galak. Pintar juga. Pantesan ikut OSIS.


CAHYA
Lepas jaketnya! Di dalam lingkungan sekolah dilarang memakai jaket.


Budi mengamati jaket hoodie hitamnya. Cahya pindah melihat rambut Budi.


CAHYA
Kamu siswa sini, kan? Berarti sudah tahu peraturan sekolah ini, kan?


BUDI
Tahu. 3S, senyum, salam, sapa. Selain itu nggak ingat.


CAHYA
Potongan rambut ukuran 121 untuk cowok. Kamu cowok? Kalau iya, besok harus sudah rapi kalau nggak mau dipotong sama guru BK.


BUDI
Guru BK mulu yang dibahas dari kemarin.


Tiba-tiba teman Budi muncul. Mereka saling tos.


TEMAN BUDI
Ey, Bud! Tumben pagi-pagi banget udah sampai sekolah? Mau latihan dulu, ya?


BUDI

(Mengangguk sambil cengengesan)

Iya. Rencananya-


Cahya yang daritadi mengamati teman Budi langsung memotong omongan Budi.


CAHYA
Dan kamu!


Budi dan temannya menoleh.


CAHYA
Mau gaya ya sampai cat rambut kayak gitu?


Budi mengalihkan pandangannya ke rambut pirang temannya sementara temannya hanya diam.


CAHYA
Besok rambut kamu harus sudah hitam atau dibotak sekalian.


Budi melihat Cahya sedangkan temannya mengelus rambutnya.


BUDI
Katanya ketua OSIS? Kok nggak tahu kalau cat rambut pakai warna hitam itu dosa?


CAHYA

(Beralih menatap Budi)

Tahu, makanya kusuruh dibotak aja sekalian.


TEMAN BUDI

(Melotot)

Gam-


CAHYA

(Beralih menatap teman Budi, memotong pembicaraanya)

Lagipula kamu sendiri yang berjalan menuju jurang. Udah tahu dosa kenapa malah cari perkara?


Sementara temannya melongo, Budi tersenyum kagum dengan sikap tegas ketua osisnya.


CAHYA
Jaketnya tolong dilepas.


Tapi kemudian, Budi tidak sepenuhnya kagum lagi. Melepas jaketnya dan menyerahkan ke Cahya dengan rasa kesal.


CAHYA
Kalian boleh ke kelas, tapi jangan harap untuk besok pagi kalau rambut kalian masih belum diperbaiki. Permisi.


Cahya lalu kembali ke lobby depan membawa jaket Budi. Meninggalkan Budi dan temannya yang juga memutuskan untuk pergi ke kelas.


24. INT. SEKOLAH – DEPAN KELAS – SIANG

Cast: Cahya, Ayu


Bel istirahat berbunyi. Cahya menyimpan buku-bukunya ke dalam laci. Kemudian keluar kelas bersamaan dengan murid-murid yang juga berhamburan melewati pintu kelas. Cahya memeriksa uang di saku seragamnya.


CAHYA

Yah tak kira 50.000. Ternyata cuma 2.000 kelunturan, toh?

(Tertawa bodoh)

Beli apa ya?


Ayu berlari kecil dan berhenti di samping kanan Cahya. Ayu tersenyum lebar. Cahya berhenti melangkah dan melihat Ayu. Sementara Ayu masih tersenyum lebar.


CAHYA
Aku mau sendiri


Ayu

(Cemberut dibuat-buat)

Yah.. padahal aku lagi nggak pengen sendiri. Karena kamu satu-satunya temanku, jadi nggak papa, kan kalau kita ke kantin bareng?


CAHYA

(Berkedip)

Aku paham kalau kamu anggap aku temenmu, tapi aku nggak pengen punya temen.


Ayu diam sejenak mencoba memahami apa yang Cahya katakan.


AYU
Kenapa?


CAHYA
Enak sendiri. Boleh, kan?


AYU
O-oh, iya. Yaudah maaf. Aku duluan.


Ayu berjalan meninggalkan Cahya dengan masih agak bingung. Dia sesekali menengok Cahya. Setelah Ayu menghilang di belokan depan, Cahya baru pergi dari sana.


25. EXT. HALAMAN DEPAN GERBANG SEKOLAH – SIANG

Cast: Cahya, penjual


Cahya berdiri di depan gerobak gorengan. Dia mengamati teman-temannya yang saling berebut dan saling teriak agar cepat mendapatkan pesanannya. Cahya bertanya pada si penjual setelah pembelinya sepi.


CAHYA
Berapaan, Pak?


PENJUAL
2.000 dapat 3 mbak.


Cahya reflek tersenyum. Merogoh uang 2.000 nya dari saku.


CAHYA

Saya mau beli. 2.000 aja.

(Menyodorkan uangnya)


PENJUAL
Gorengannya mau apa? Tahu, tempe, bakwan?


CAHYA
Kalau tiga-tiganya aja.. boleh?


PENJUAL
Boleh.


Si penjual memasukkan gorengan tahu, tempe, dan bakwan itu ke dalam plastik yang kemudian diterima oleh Cahya. 


CAHYA
Terima kasih.


Tapi, saat hendak pergi, Cahya tidak sengaja melihat cabe rawit yang disimpan di mangkuk tepatnya di dalam etalase kaca yang menyatu dengan gerobak gorengan itu.


CAHYA
Eee... pak.


Si penjual mendongak di sela-sela menggoreng tempe.


CAHYA

Boleh minta cabenya?

(Nyengir kikuk)


CUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar