Plastic Killer
6. ACT 2 ( f )

80. INT. FANCY RESTORAN - DAY

Melani masuk dan berjalan menyusuri restoran. Melani memakai riasan sederhana dan dress seadanya. Wajah Melani cukup canggung ketika melirik suasana restoran yang begitu mewah.

Melani melihat Kevin dari jauh. Kevin duduk di salah satu meja restoran paling belakang. Melani mendekati Kevin dan kulit wajahnya mendadak merah dan malu.

Melani terkesima dengan ketampanan dan karisma yang terpancar dari Kevin. Melani bahkan semakin canggung tak kala Kevin menarik kursi ke belakang dan mempersilahkan Melani duduk.

Kini mereka berdua saling bertatapan satu sama lain, sama sama tersenyum. Pelayan datang ke meja mereka dan menyuguhkan minuman anggur mahal.

KEVIN

Maaf kalo pertemuan kita terlalu mendadak dan cepat. Tapi aku senang banget bisa ketemu kamu di sini.

MELANI

Jujur aku masih gak ngerti, kamu pria kaya raya, tampan dan seorang dokter bedah plastik ternama. Buat apa kamu masuk ke situs website itu. Hidup kamu terlalu sempurna, aku dan kamu itu salah server. Kamu udah kaya malaikat, gak salah nih ketemu cewek jelek?


KEVIN

(Tertawa renyah)

Aku bukan apa-apa. Aku juga bukan orang baik. Aku cuman dokter bedah plastik yang terlanjur banyak melihat manusia berharap sama kehidupan.

MELANI

Terus menurut kamu, aku harus berharap kaya gimana?

KEVIN

Aku sudah bilang berapa kali. Aku bisa merubah apa yang gak pernah kamu bisa bayangkan sebelumnya. Kecantikan, kekayaan dan bahkan cinta sekalipun.


Melani tertawa lebar, wajahnya menampakan ketidakpercayaan. Sedangkan Kevin tetap bersikap santai dan hangat. Kevin menawarkan segelas anggur namun Melani menolak.


MELANI

Ayahku seorang polisi. Jika dia tau aku mabuk, habislah.

KEVIN

Kamu pikir ayahmu sempurna? Ayolah, ini cuman segelas anggur. Nikmati semua yang kita miliki sekarang.


Melani tertegun sejenak dan mengangguk. Kevin memberikannya segelas anggur dan mereka saling bersulang. Terdengar suara gelas berdentang. Ting!

Melani meneguk dengan cepat. Kevin tersenyum misterius melihat Melani seperti itu.


KEVIN

Gimana? Udah ngerasa bebas? Ayo,lepaskan ayahmu yang payah itu. Dia lah yang harus bertanggung jawab atas hidupmu yang selalu pahit.

MELANI

(Tersenyum riang)

Aku benci ayahku. Dia polisi tapi ngerasa aku anak dari petugas satpam.


Mereka tertawa bersama, saling melempar pandangan penuh makna.


KEVIN

Apa aku boleh lihat foto ayahmu?

MELANI

(Mengangguk polos)

Boleh.


Melani mengeluarkan HP dan menyerahkan foto ayahnya (Jefri) di depan Kevin.

Insert: Terlihat foto Jefri sedang memakai baju dinas resmi polisi.

Kevin melihat foto itu cukup lama.


KEVIN

(Senyum misteri)

Aaaah... Ini bakal menyenangkan. Gak sabar..!!

CUT TO:

81. EXT. DEPAN RUMAH MELANI - NIGHT

Mobil merah datang dan berhenti tepat di depan pekarangan rumah. Melani keluar dari pintu mobil sambil menenteng banyak paper bag fashion terkenal.

Wajah Melani terlihat sumringah dan melambaikan tangan ke arah kaca mobil. Setelah perpisahan itu terjadi mobil segera pergi meninggalkan tempat.

Melani berjalan masuk dengan wajah berseri-seri, tanpa dia sadari Jefri ada di depan sedang menyaksikan. Melani kini menatap Jefri dengan raut wajah agak terkejut.

JEFRI

(Penuh curiga)

Abis dari mana kamu?

MELANI

Ayah gak liat? Abis belanja.


Jefri melirik semua paper bag yang masih di pegang Melani.


JEFRI

Pria macam apa yang mampu belikan kamu barang mahal kaya gitu?

MELANI

Ayah gak usah khawatir. Kami cuman temenan. Jangan lebay!

JEFRI

Temenan?

MELANI

Iya, gak boleh? Kan Mel udah ingetin jadi suka ikut campur masalah ginian. Risih tau!


Melani mendadak menjadi kesal. Melani berjalan lurus dan tidak memperdulikan Jefri di sampingnya. Melani menerobos Jefri begitu saja.


JEFRI

Hati-hati sama pria kaya gitu. Di dunia ini gak ada yang gratis. Ayah cuman takut kamu salah langkah.


Melani menolehkan wajah dan menatap Jefri bengis.


MELANI

Itu bukan urusan ayah.


Melani masuk ke dalam rumah, membuka pintu lalu menutupnya dengan sangat keras. Sedangkan Jefri menampakan wajah khawatir dan tidak enak.

CUT TO:

82. INT. KANTOR POLISI DAY

Ruang kerja tim investigasi kriminal terlihat sibuk oleh satuan petugas (PROPAM) yang mengobrak-abrik dan menyita semua dokumen. Di sisi lain, Jefri baru datang dan terkejut melihat kantornya di perlakukan seperti itu.

Wildan dan teman-temanya hanya bisa pasrah. Mereka berdiri saja dan tidak berkutik saat petugas (PROPAM) terus menyita semua dokumen termasuk komputer.

JEFRI

(Teriak marah)

Berani-beraninya kalian mengusik ruangan ini HAH!!


Salah satu petugas menghampiri Jefri dan menyerahkan selembar kertas. Jefri mengambil kertas, membacanya sekilas dan wajahnya berubah drastis (semakin marah)

PROPAM 1

Anda dan tim sebaiknya segera melakukan interogasi dan verivikasi kepada tim pendisiplinan.


JEFRI

(Keheranan)

Apa?

RPOPAM 1

Tim anda terbukti melakukan praktik suap dan pemerasan pada sejumlah klub malam.


Jefri tertawa sinis dan wajahnya semakin kacau. Jefri melirik semua rekan kerjanya dan menggelengkan kepala.

83. INT. RUANG INTEROGASI - DAY

Jefri duduk di antara empat orang anggota PROPAM.

JEFRI

Aku dan tim menyangkal semua tuduhan konyol itu. Ayolah, jangan banyak basa-basi. Cepat segera lepas dan keluarkan kami semua.


Pintu terbuka dan terlihat atasan (Kapolres) datang sendiri menghampiri Jefri. Kapolres menyerahkan selembar dokumen di depan Jefri. Selintas Jefri mulai tertawa sinis.


JEFRI

Apa lagi ini? Kalian beraninya main-main denganku.

KAPOLRES

Tandatangani surat mutasi dan pembubaran tim sekarang juga.

JEFRI

Pak, aku dan tim lagi ngejar kasus besar. Pembunuh saja belum bisa kami tangkap. Jangan seenaknya nekan kami kaya gini!!.

KAPOLRES

Pikirkan baik-baik nasib semua rekan kerjamu. Hanya karena kamu terobsesi dengan kasus itu, jangan sampai kalian keluar dari tubuh kepolisian.


Jefri menatap semua orang dengan tajam dan sinis. Terutama melihat Kapolres yang masih berdiri dengan wajah tidak bersalah.

CUT TO:

84. EXT. DEPAN RUMAH SAKIT - DAY

Baron keluar dari rumah sakit sambil menenteng tas gendong kecil. Wajahnya masih terlihat ada beberapa bekas lebam yang belum sembuh.

Dari arah samping mobil butut Jefri berhenti di depan lobi. Kaca mobil itu turun dan Jefri tersenyum hangat menyambut kedatangan Baron.

85. INT. MOBIL - DAY

Jefri dan Baron duduk jok depan. Mobil terlihat berkendara dengan kecepatan sedang. Baron memperhatikan kebersihan dan kerapihan dalam mobil yang berantakan.

Baron mengendus hidung seperti anjing. Wajahnya berubah masam dan tidak nyaman. Baron memperhatikan penampilan Jefri yang sedang menyetir, rambut berantakan dan baju kumal.

BARON

Aku tinggal seminggu di rumah sakit. Ko kamu malah ancur-ancuran gini. Mana bau alkohol lagi.

JEFRI

(Mata fokus menyetir)

Tim investigasi kriminal baru aja dibubarkan. Semua tim di mutasi dan tersebar entah kemana.

BARON

(Terkaget)

Hah?!! Ko bisa...

JEFRI

Sekarang aku tau, kalo kita lagi ngadepin orang yang berkuasa dan sulit buat di jangkau sekalipun.

BARON

(Penuh kemarahan)

Bahkan aku masih belum tau siapa yang membuatku babak belur kaya gini. Di tambah timmu udah bubar. Ko bisa kaya gini? Emang kita ini kaleng kerupuk apa!!


Mereka berdua sejenak terdiam dan masing-masing sibuk dengan lamunan kosong.


JEFRI

Kita gak bisa nyerah gitu aja. Kita bisa memulai kembali, itu semua tergantung ingatanmu yang payah itu.

BARON

Bahkan sekarang aku malah gak yakin, kalo ingatan ini bisa ngebantu kita.

JEFRI

Kamu harus tetap fokus!! Gak boleh lengah.


Jefri kemudian menekan gas lebih kencang. Mobil itu melaju dengan kecepatan di luar maksimal.

86. EXT. DEPAN KLINIK - DAY

Jefri berjalan terburu-buru menghampiri deretan mobil yang terparkir di depan klinik. Sambil membawa botol miras, Jefri dengan sengaja melempar botol miras ke arah kaca spion mobil warna merah.

Jefri bertingkah gila dan kesetanan. Jefri naik ke atas kap mobil dan teriak tidak jelas. Spontan aksi Jefri mengundang banyak orang keluar dan berkerumun memperhatikan Jefri.

Kevin ada di antara kerumunan dan dia keluar untuk menghampiri Jefri yang masih naik di atas kap mobil. Jefri tentu saja tertawa puas melihat Kevin berada di dekatnya.

JEFRI

Aku tau kamu yang bikin kacau semua ini!!!


Kevin tersenyum sinis dan memandang remeh Jefri.


KEVIN

Ayo turun. Jangan bikin malu polisi aja.


Jefri loncat dari atas kap mobil. Jefri dan Kevin saling memandang tajam satu sama lain. Terlebih Jefri yang terus menantang Kevin.

JEFRI

(Ngelantur, teler)

Semoga masih ada hukum yang masih berpihak sama wanita-wanita malang itu!!
Aku pasti kejar sampai mati dia!! Gak peduli mau kaya, miskin, jelek. Bungkus semuanya!!


Kevin mengangguk dan tersenyum remeh. Kevin berbisik ke telinga kanan Jefri dan terlihat sedang membisikan sesuatu.


KEVIN

(Ketawa cengengesan)

Silahkan, aku tunggu. Kalo mampu itu juga. Oh ya lupa, timmu baru aja bubar kan?


Kevin memberi kode pada dua petugas satpam. Kedua satpam mendatangi mereka dan menyeret paksa Jefri untuk keluar.

Jefri masih terlihat ingin membalas, tubuhnya melawan dengan gigih. Namun kedua satpam itu kukuh membawa Jefri pergi jauh.

87. EXT. AREA PERTOKOAN PASAR - AFTERNOON

Melani berdiri di tengah-tengah pertokoan pasar yang sudah tutup. Suasana sangat sepi dan tidak ada siapa-siapa. Melani memakai jeans dan sweater biru. Di tambah ransel besar yang terus menenteng. Wajahnya terlihat santai namun terus memantau keadaan sekitar.

Mobil warna merah melaju ke arah Melani. Spontan wajah Melani menjadi sumringah dan bersemangat. Melani masuk ke dalam mobil merah itu. Mobil merah melaju dan meninggalkan area.

88. EXT. DEPAN RUMAH RAHASIA - AFTERNOON

Pagar besar terbuka secara otomatis. Mobil merah berjalan masuk dan terparkir di garasi khusus. Kevin dan Melani keluar secara bersamaan.

Kevin mulai merangkul hangat tubuh Melani. Mereka saling melempar pandangan hangat dan berjalan masuk ke dalam rumah.

89. INT. RUANG TENGAH - NIGHT

Melani dan Kevin sedang duduk berduaan di atas sofa. Mereka meminum segelas wine dan alunan musik klasik terdengar sangat merdu.

Kevin bangkit dari sofa dan membawa HP dari tas yang tergeletak di atas meja. Kevin mulai memotret Melani yang masih terlihat malu-malu tapi mau.

Kevin mengajak Melani untuk berjalan dan meninggalkan ruangan.

90. INT. RUANG OPERASI - NIGHT

Melani dan Jefri masuk ke ruang operasi. Melani terkesima dan terkejut melihat semua fasilitas medis yang lengkap. Melani berjalan pelan dan mengitari setiap sudut ruangan. Melani berhenti di ranjang operasi dan memandangnya penuh makna.

KEVIN

( Penuh keyakinan dan PD )

Sekarang, ranjang itu bakal jadi milikmu.

MELANI

(Terharu)

Kamu baik banget. Emang kamu bisa operasi sendirian?

KEVIN

(Ngangguk)

Percaya deh, tanganku kalo udah di meja operasi udah kaya tangan kanan tuhan. Penuh mukjizat dan keajaiban.


Melani tertawa kecil dan balik memandang Kevin sangat dalam. Kevin menyerahkan sebuah paper bag, Melani menerima barang itu.

KEVIN

Kamu sekarang pasien paling spesial. Aku udah gak sabar pengen liat kamu pake baju operasi.


Melani mengangguk dan tersenyum hangat.

91. INT. RUANG GANTI - NIGHT

Melani (memakai tas punggung) sudah ada di ruang ganti. Melani membuka sweater dan melihat dirinya ke depan cermin. Saat Melani akan mengambil baju di dalam paper bag. Tak sengaja Melani melihat ikat rambut wanita di pojok sana.

Melani mengambil ikat rambut wanita itu. Tiba-tiba Wajahnya berubah panik, cemas dan penuh ketakutan.

Insert: Memperlihatkan ikat rambut yang masih di pegang Melani.

FLASHBACK:

92. INT. PERPUS - DAY

Melani dan Sonya duduk berdempetan di pojok rak buku. Melani memberikan kado kecil ke Sonya.

Sonya membuka kado dan mendapati ada ikat rambut cantik berwarna pink. Sonya terlihat senang dan langsung mengepang rambutnya. Mereka berdua tertawa bersama-sama.

BACK TO:

93. INT. RUANG OPERASI - NIGHT

Melani memberanikan diri keluar dan masuk ke ruangan itu. Tatapannya begitu cemas melihat kondisi sekitar.

Kevin datang menghampiri Melani yang terlihat panik dan ketakutan. Kevin agak bingung dengan sikap Melani yang mendadak berubah.

KEVIN

Kenapa belum ganti baju? Operasi bentar lagi.

MELANI

(Gugup)

Mmmmmm... Aku tiba-tiba gak enak badan. Boleh ya kita tunda dulu. Aku mau pulang.


Kevin tidak membalas, dia diam sejenak. Melani dengan sungkan berusaha untuk pergi meninggalkan Kevin.

Saat Melani akan mencapai pintu keluar, saat itu Kevin mencengkram lengan Melani dengan kuat. Kevin melihat jika Melani sedang menyimpan ikat rambut milik Sonya.

Kevin mengambil ikat rambut itu dan tersenyum sinis. Melani tentu melototi Kevin dengan sangat tajam dan penuh kemarahan.

MELANI

Aku bodoh... Jadi kamu pria yang Sonya ceritakan selama ini?

KEVIN

Hahahahaha..... Aku? Yang benar saja.

MELANI

(Menjerit)

Jangan bohong!! Kamu ternyata yang bunuh temanku. Tega kamu!!


Kevin lalu membanting kepala Melani dengan keras ke arah tembok. Melani terpental dan tubuhnya kesakitan. Kevin menyeret tubuh Melani masuk ke tengah ruang operasi.

Kesadaran Melani masih terjaga, dia berusaha untuk kabur sebisa mungkin. Melani dengan cepat mengambil alat kejut listrik (disembunyikan di dalam switer) dan mengarahkannya tepat di bagian dada Kevin.

Saat itu juga Kevin terbaring tak sadarkan diri. Melani buru-buru bangkit dan berlarian keluar.

94. INT. LORONG RUMAH - NIGHT

Melani berlarian terbirit-birit dan wajahnya terus menoleh ke belakang ( ketakutan)

95. EXT. DEPAN RUMAH RAHASIA - NIGHT

Melani berlarian menuju gerbang besar itu. Melani berusaha membuka ujung gerbang dengan kedua tangganya namun tidak bergerak sama sekali.

Melani menjerit ketakutan, wajahnya terus melihat sekitar dengan panik. Melani masih terus berusaha membuka gerbang besar yang terlihat sia-sia.

Melani melihat dari celah pagar, dari luar ada mobil lain yang sedang melintasi rumah itu. Melani panik bukan main dan berjingkat- jingkat.

MELANI

(Teriak)

Toloooooongg!! Help.. Help..


Kevin terlihat berjalan sempoyongan menuju arah Melani. Melani menyadari Kevin akan mendekat, Melani mulai menangis.


MELANI

(Geleng-geleng kepala)

Jangan!! Jangan mendekat.


Tanpa basa-basi lagi, Kevin dengan sangat marah memukul kepala Melani sampai pingsan. Kevin terlihat kelelahan namun merasa sangat puas. Kevin lalu mengambil HP dan memotret Melani dengan kamera belakang

CUT TO:

96. INT. RUANG TENGAH - NIGHT

Siti terlihat cemas tidak karuan. Beberapa kali dia melihat jam dinding yang menunjukan pukul 7 malam. Ibu Melani segera melakukan panggilan telepon.

97. INT. MOBIL TUA - NIGHT

Jefri sedang duduk termenung di atas jok supir. Tiba-tiba HP berdering dan Jefri menerima panggilan telepon. Jefri dengan fokus mendengar percakapan telepon tersebut.

JEFRI

(On. Phone)

Kamu jangan khawatir. Ini baru jam 7 malam. Melani gak kemana-mana, paling pergi sama teman-temanya.

JEFRI

Coba terus hubungi Melani dan teman-temannya di kampus. Aku kesana bentar lagi.


Pintu samping mobil terbuka dan Baron duduk di sebelah Jefri. Baron langsung menginjak gas dan mobil melaju cepat. Jefri langsung menutup panggilan telepon.

JEFRI

Kamu yakin itu tempatnya?

BARON

(Mengangguk penuh keyakinan)

Jack udah konfirmasi. Kali ini kita menemukan limbah medis ilegal milik rumah sakit keluarga Kevin.


98. EXT. PEMBUANGAN LIMBAH ILEGAL - NIGHT

Jefri, Baron dan Jack masuk bersama. Mereka bertiga berpencar dengan menggunakan senter di tangan masing-masing. Suasana sangat gelap gulita. Mereka kesusahan menemukan mayat-mayat yang belum di temukan.

Baron mengarahkan sinar senter ke bawah. Ternyata di sana ada sebuah sungai kecil kecil dengan air yang sangat kotor dan bau menyengat. Baron turun dan masuk ke sungai itu.

Sulit untuk berjalan di atas sungai yang terhalangi semak-semak besar. Sampai pada titik sinar senter berhenti pada sebuah tiga gundukan hitam misterius.

Baron berjalan mendekat dan memperhatikan dengan seksama. Wajahnya mendadak berubah kaget dan panik. Karena dia melihat ada tiga mayat yang sudah membusuk saling bertumpuk satu sama lain.

Baron memberanikan diri dan lebih mendekat pada tiga mayat itu. Sinar senter lalu menyoroti mayat paling atas dan memperlihatkan pada bagian saku baju.

Insert: Pouch Serum masih terlihat di dalam saku kaos depan mayat wanita itu.

Baron terus menyinari mayat-mayat tersebut dan terlihat beberapa logo baju branded yang mereka kenakan.

BARON

(Teriak)

Kalian kesini... Udah ketemu.


Beberapa saat setelah itu Jefri dan Jack datang menghampiri titik penemuan mayat. Jefri dan Jack kaget bukan main karena ada tiga mayat yang sudah membusuk saling bertumpuk.

BARON

(Sambil menggunakan senter)

Lihat, dugaan ku selama ini benar. Salah satu dari mereka punya pouch serum di sakunya.

JACK

Apa mereka mau fashion show? Mayat ko pake jaket Gucci.

JEFRI

Ini mencurigakan. Padahal mereka semua berasal dari keluarga miskin. Aku harus melapor ini pada atasan dan meminta Wildan dan yang lain kembali pada tim.


Jefri lalu melakukan panggilan telepon. Baron berjalan terburu-buru menghampiri Jefri dari belakang.


BARON

Anakmu Melani... Kamu bilang dia belum pulangkan? Gawat!! Kita harus segera balik ke rumah.


Jefri menutup telepon dan berbalik badan. Wajahnya semakin panik dan ketakutan.

Insert : Menampilkan sekilas adegan flashback dimana Melani turun dari mobil merah dan membawa beberapa paper bag fashion mahal.

CUT TO:

99. INT. RUANG TENGAH - NIGHT

Jefri dan Baron berlarian masuk ke dalam. Siti sedang duduk lemas sambil menangis. Jefri mendekatinya dan langsung duduk di samping.

JEFRI

Udah ada kabar dari Melani?

SITI

(Geleng kepala)

Belum!! Kamu ko lama banget datangnya. Anak kita hilang gak ada kabar.


Jefri menghela nafas panjang dan wajahnya semakin panik tidak karuan. Jefri menepuk pundak Siti dan memberikan tatapan penuh penguatan.


JEFRI

Kamu tunggu di rumah. Aku ayahnya, aku juga polisi. Aku pasti menemukan dimana anak kita. Percaya sama aku, jangan khawatir.


Siti semakin menangis dan memeluk Jefri dengan erat. Mereka larut dalam kesedihan dan kegalauan.


SITI

Anak kita... Kamu harus bawa dia pulang ke rumah.

JEFRI

(Tatapan serius)

Aku janji.


100. EXT. DEPAN RUMAH KAPOLRES - NIGHT

Mobil tua terparkir di depan pagar rumah besar. Jefri keluar dari mobil dan berjalan sambil melompat pagar.

Setelah berhasil melompat, Jefri langsung menggedor pintu rumah dengan anarkis. Tak lama pintu itu terbuka, Kapolres dan istrinya memakai piyama datang melihat Jefri.

Jefri langsung menunduk dan bersimpuh di depan mereka berdua. Mereka berdua masih terlihat bingung.

JEFRI

(Memohon serius)

Pak dengan segala hormat!! Tolong kembalikan tim saya secepatnya. Malam ini anak saya hilang. Semua ini ada kaitannya dengan kasus yang sedang kami tangani. Anak saya sedang dalam bahaya!! Pembunuh itu sedang mengincar anak saya!!

KAPOLRES

(Kaget dan terkejut)

Kamu yakin?

JEFRI

Aku yakin sekali pak!! Tolong bantu kami menyelesaikan tugas ini!!


Kapolres menghela nafas berat. Wajahnya penuh kebingungan dan keresahan.


KAPOLRES

Segera temukan putrimu!!

CUT TO:

101. INT. RUANG POLISI - NIGHT

Jefri masuk dengan terburu-buru. Dia melihat semua anggota tim investasi sudah berkumpul kembali. Wildan dan yang lain tersenyum dalam kesedihan.

WILDAN

Pak, sepertinya kami sudah tau kemana anak anda pergi.


Jefri terlihat bersemangat dan langsung menghampiri laptop yang tergeletak di atas meja.

Insert: Memperlihatkan rekaman CCTV dimana mobil merah sedang mengisi BBM di SPBU pertamina. Terlihat Melani masuk ke dalam mobil sambil membawa plastik mini market.


JEFRI

Apa kamu punya rekaman minimarket?


Wildan mengangguk dan mulai ngotak-katik keyboard laptop.

Insert: Memperlihatkan rekaman CCTV minimarket jika Melani sedang membeli beberapa botol air mineral.


JEFRI

Dari mana kalian tau anakku berada di sana?

AHMAD

Sinyal HP terakhir yang kami dapatkan ada di sekitar pertokoan pasar. Cuman di sana gak ada CCTV. Untungnya kami masih bisa telusuri CCTV sekitar pasar.

JEFRI

Mobil merah ini? Kayanya aku pernah lihat.

TEGAR

Ini milik dokter Kevin yang terdaftar. Si pemilik klinik itu.


Sontak saja wajah Jefri berubah. Dia sangat terkejut dan warna kulitnya menjadi merah padam.

102. INT. RUANG OPERASI - NIGHT

Kevin dan tenaga medis lainnya sedang melakukan operasi. Telepon berdering dan perawat menjawab panggilan telepon tersebut.

Setelah panggilan telepon selesai, perawat mendekati Kevin yang masih fokus pada pasien. Perawat itu berbisik ke telinga Kevin. Sejenak Kevin berhenti dan tatapannya menjadi tegang.

103. INT. LOBI KLINIK - NIGHT

Masih menggunakan seragam medis, Kevin datang menghampiri Jefri dan polisi yang lain. Mereka saling menatap satu sama lain.

Jefri langsung menyerbu Kevin dan berusaha untuk menghajarnya. Kemarahan Jefri membludak dan tidak bisa terbendung lagi. Terjadi kericuhan besar antara Jefri dan Kevin.

104. INT. RUANG INTEROGASI - NIGHT

Kevin duduk sendiri di ruang interogasi yang redup akan pencahayaan. Wajahnya sedikit lebam dan ketenangan masih terlihat jelas di wajahnya.

Pintu ruangan terbuka, Jefri masuk ke dalam dengan wajah murka. Namun kali ini dia berusaha untuk menahan amarah. Jefri duduk dengan kesal di depan Kevin.

JEFRI

(Penuh emosi dan amarah)

Dimana Melani? Dimana kamu sembunyikan anakku?

KEVIN

(Senyum licik)

Mana aku tahu?

JEFRI

Aku ingatkan, kamu bermain-main dengan orang yang salah. Aku bisa bunuh kamu dengan mudah!!!

KEVIN

Hei kalian polisi bodoh? Aku udah bilang berapa kali. Mobil merah itu punya klinik. Semua orang di sana bisa pakai sesuka hati.


Jefri tersenyum ketus mendengarnya. Jefri mendekatkan wajahnya ke arah Kevin, dia terus melototinya.


JEFRI

(Mencekik kerah baju Kevin)

Bajingan gila!! Dimana kamu sembunyikan anakku!!


Kevin tertawa kecil dan meremehkan Jefri dengan mudah.


KEVIN

Anak yang malang. Padahal ayahnya seorang polisi tapi masih berdiam diri kaya gini. Dasar polisi tak kompeten!


Jefri habis kesabaran dan dia menghajar Kevin sampai terpental ke lantai. Wildan dan Ahmad masuk ke ruangan dan langsung melerai pertikaian mereka secepatnya.

105. INT. RUANG KONTROL REKAMAN - NIGHT

Jefri berdiri sambil melihat Kevin yang masih duduk di balik kaca. Wajahnya masih penuh kemarahan dan kecemasan.

Tegar masuk ke ruangan dengan wajah cemas. Semua orang kini memperhatikan Tegar dengan tatapan penuh kebingungan.

WILDAN

Apa ada sesuatu?

TEGAR

(Mengangguk)

Aku baru saja dapat konfirmasi. Para perawat dan dokter anestesi menjadi saksi kuat kalo selama 5 jam berturut -turut jadwal operasi Kevin sangat padat. Semua menyaksikan Kevin sibuk di ruang operasi. Alibinya sangat kuat.

JEFRI

( Ekspresi tidak percaya )

Kamu yakin?


Tegar mengangguk.


JEFRI

Mobil merah itu?

TEGAR

Mobil itu.... saat kejadian anak anda menghilang. Mobil merah itu di bawa pergi sama Felix, dokter muda yang bekerja di klinik.


Raut wajah semua orang di sana menjadi ciut tidak karuan. Terlebih Jefri yang sudah hilang arah dan kacau balau.

Sedangkan di sisi lain, dari balik kaca terlihat Kevin mulai senyum-senyum sendiri.

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar