Pesugihan Putih
10. #10

64.INT. KANTOR, RUANG PAK JIWO - PAGI

Pak Jiwo kini memiliki posisi Direktur di Aman & Ah. Di ruangannya tersebut ia sedang bicara dengan pak Aman yang mendapakan tempatnya kembali di kantor ini.

PAK AMAN
Tender yang kemarin sudah kita menangkan, tiba-tiba pagi ini ditarik lagi penawarannya sama klien, Mbah? Kira-kira kenapa ya?
KAKEK JIWO
Bapak sudah cek kualitas tim Bapak belum? Lelembut pesugihan saya hanya bisa melembutkan hati klien, tapi kalau proposal tim Bapak jelek ya tetap tidak akan bertahan lama efeknya.
PAK AMAN
(Agak kurang senang)
Normal, kok. Nggak ada yang aneh-aneh. Jelek-jelek gini saya juga lama di bisnis auditor, Mbah.
KAKEK JIWO
Hmm, ada apa ya? Para lelembut juga sempat marah tak jelas tadi malam, tapi belum saya telusuri apa sebabnya? Paginya mereka sudah menghilang.
PAK AMAN
Nah, Kan! Cocok. Semalam setannya marah, pagi ini proposal saya yang udah goal ditolak!

Kakek Jiwo memberi isyarat pada Pak Aman agar memburamkan kaca. Pak Aman segera meraih remote untuk memburamkan jendela kaca ruangan tersebut. Setelah itu dengan hikmat ia duduk bersila di sudut ruangan menemani Kakek Jiwo yang sudah khusyu'. Kek Jiwo nampak merapal mantra dan memejamkan matanya. Tiba-tiba saja tubuh Kakek jiwo bergetar hebat, wajahnya memerah mengeluarkan keringat. Kakek Jiwo membuka mata dengan terengah-engah. Pak Aman ketakutan dibuatnya. Pak Aman menatap Kakek Jiwo dengan penasaran, mengharapkan jawaban.

KAKEK JIWO
BANGSAT! Apa yang dilakukan anak sialan itu? Ada yang mau main-main dengan Sujiwo?

CUT TO:

65.INT. RUMAH MEWAH, KAMAR - MALAM.

Supers: Kemarin Malam.

Terlihat Soleh sedang bicara empat mata dengan pak Gondo yang masih saja terlihat menderita dan belum juga menemui ajalnya. Kita melihat tampilan wajah Soleh terlihat babak belur, kacamata hitamnya pun tak mampu menyembunyikan memar di mata kanannya dan luka memanjang di pelipis kirinya, serta bibir bawahnya yang masih menyisakan jejak goresan darah.

PAK GONDO
Hahaha.. Jiwo memang dukun sialan. Ini hasil melanggar pantangan pesugihan? Bung, melawan sendirian para penagih hutang itu?
SOLEH
Justru saya sama sekali tidak melawan, Pak. Mati pun saya rela malam itu. Hidup saya sudah gagal sebagai ayah dan suami.

Pak Gondo penasaran dengan apa yang terjadi.

PAK GONDO
Lalu apa yang terjadi? Kok, Bung bisa selamat?
SOLEH
(Sambil senyum)
Yang menyelamatkan saya bukan pesugihan, tapi kebaikan saya sendiri.

CUT TO:

FLASHBACK.

66.EXT. RUMAH BARU, HALAMAN - MALAM

Soleh sudah meringkuk di tanah menahan pukulan dan tendangan para penagih hutang. Tangan Soleh melemah, lengannya terkulai, wajahnya tak terlindungi. Tiba-tiba kepalan yang menuju tepat ke wajahnya terhenti di udara ..

MALING
Abang?

Dari matanya yang bengkak Soleh samar-samar melihat penampakan seseorang pemuda yang .. IA INGAT! Ini adalah pemuda yang hampir mati di pabrik yang dia audit dulu. Ternyata maling itu kini ada di Jakarta dan menjadi penagih hutang yang menagih dirinya.

FLASHBACK END.

67.INT. RUMAH MEWAH, KAMAR - MALAM

Pak Gondo tertawa terbahak hingga terbatuk-batuk mendengar kisah Soleh.

SOLEH
Ternyata hidup itu penuh kebetulan juga ya, Pak.
PAK GONDO
Kalau dari pengalamanku, hidup itu bukan kebetulan, tapi kebenaran. Contohnya kita berdua ini. Terjerumus ke jalan yang tidak benar, malah jadi susah hidupnya. Hahaha.

Soleh kembali serius.

SOLEH
Iya, Pak. Kakek Jiwo bilang Pak Gondo adalah pelanggan pertama dan paling lama, siapa tau Bapak tahu cara lepas dari pesugihan putih ini.
PAK GONDO
Hmm, otak bisnis aku itu sudah ada sejak muda. Jadi waktu si Jiwo menawarkan pesugihan aku tak gampang percaya. Aku kulik betul baik buruknya, pantangannya, cara keluarnya. Nah, pesugihan putih itu sangat berat. Hebat Bung, sanggup untuk tidak berbohong di dunia yang penuh kebohongan ini.
SOLEH
(Tersenyum masam)
Buktinya baru berapa bulan, saya sudah babak belur dan minta pertolongan Bapak.
PAK GONDO
Yang aku tahu pesugihan putih ini bisa dialihkan, dalam kasus Bung rupanya si Jiwo mengalihkannya ke .. siapa tadi Bung bilang?
SOLEH
Pak Aman. Mantan atasan saya.
PAK GONDO
Aku tahu kunci untuk melumpuhkan pesugihan itu, syaratnya Bung juga harus bantu aku.
SOLEH
Bantu untuk apa, Pak?
PAK GONDO
Aku mengambil pesugihan bulu jimbung. Yang menyebabkan pengikutnya mati jika tubuhnya sudah dipenuhi bercak putih secara sempurna. Tapi kamu lihat sendiri, cuma tangan dan leherku saja yang putih. Sudah tiga tahun aku sakit tapi tidak mati-mati. Uangku memang banyak, tapi malah bikin istri dan anak dan menantuku saling ribut.

Pak Gondo menunjuk pigura besar di dinding kamar. Foto keluarga tiga generasi, ada istri, anak, cucu bahkan cicit. Jumlahnya puluhan, semua terlihat ceria dalam balutan seragam batik kelas butik.

PAK GONDO
Bayangkan dari manusia sebanyak itu, tak ada satu pun yang ada di sini. Aku hanya ditemani dokter dan perawat pribadi. Yang ada di sini hanya karena kugaji. Uhuk.. uhuk..
SOLEH
Maaf, ginjal bapak?
PAK GONDO
Ginjalku sudah dicangkok. Tapi ini bukan urusan ginjal, ini karena makhluk gaib masih ingin aku hidup. Padahal aku yakin keluargaku pasti mengumpat, kenapa tua bangka ini tak mati-mati? Mereka tidak perlu diriku, mereka cuma rindu warisanku.

Suasana hening. Kemudian pembicaraan berlanjut tapi penonton tidak bisa mendengar isi pembicaraan. Hanya bisa melihat ekspresi wajah Soleh yang takut, marah hingga geleng-geleng kepala.

68.INT. KANTOR, RUANG PAK JIWO - MALAM

Kakek Jiwo terlihat murka, sementara Pak Aman resah dibuatnya. Di hadapan mereka ada Lamhot, pengacara Pak Gondo yang tiba-tiba datang secara mendadak.

KAKEK JIWO
Sugondo meninggal? Nggak mungkin?! Mustahil!? Kapan?
LAMHOT
Kemarin malam, Pak.
KAKEK JIWO
(Berbisik)
Pantas? Bajingan!
LAMHOT
Bagaimana, Pak?

Kakek Jiwo mengabaikan pertanyaan si pengacara, dia malah balik bertanya.

KAKEK JIWO
Apa Pak Gondo kedatangan seseorang malam itu?
LAMHOT
Pak Jiwo pernah ketemu, kok. Yang waktu itu gak jadi menjual ginjal.

Kakek Jiwo mendengus keras, Pak Aman menatapnya penuh tanya.

KAKEK JIWO
Soleh.
LAMHOT
Betul. Pak Soleh Insani.

Pengacara merogoh saku jasnya dan mengeluarkan amplop panjang yang agak cembung.

LAMHOT
Kedatangan saya ke sini hanya mengantarkan surat untuk pak Jiwo dari almarhum Pak Gondo. Dalam wasiatnya dikatakan harus diantarkan segera tanpa perantara. Mohon diterima, Pak.

Kakek Jiwo memandang amplop dengan curiga, diterimanya dengan hati-hati. Pak Aman terlihat tak nyaman dengan perkembangan peristiwa ini.

Baru saja pengacara pak Gondo mau pamit, ada keributan di luar ruangan mereka. Dari dalam ruangan kaca mereka bisa melihat tiga anggota kepoisian masuk tanpa bisa dicegah oleh petugas keamanan yang hanya bisa mendampingi. Para karyawan heboh, mau berurusan dengan siapa polisi tersebut.

69.INT. KANTOR, RUANG KARYAWAN - MALAM

Ternyata polisi itu menuju ruang Pak Aman yang kosong. Pak Aman pun panik ingin bersembunyi, sayang pihak polisi sudah bisa melihat pergerakannya di ruangan Kakek Jiwo, karena ruangan yang terbuat dari kaca.

70.INT. KANTOR, RUANG PAK JIWO - MALAM

Mereka segera menyerbu masuk ke ruangan Kakek Jiwo. Ia hanya bisa duduk pasrah melihat Pak Aman ditangkap, dua tangannya ditelikung dan diborgol. Lamhot, pengacara Pak Gondo meski kaget tapi dia tetap bisa menjaga ketenangannya dan menyaksikan peristiwa ini dengan datar-datar saja.

POLISI
Bapak Aman Suryaatmaja, Anda kami tangkap atas kasus penipuan di Aman & AH.

Pak Aman tidak memberontak, dia hanya melihat marah ke arah Kakek Jiwo.

PAK AMAN
HEY JIWO! BAGAIMANA INI?? AKU SUDAH BAYAR MAHAL PESUGIHAN PUTIHMU ITU! KENAPA MALAH JADI BEGINI!!??

Kakek Jiwo duduk makin pasrah tak menjawab apa-apa, dia terus menimang amplop pemberian Pak Gondo di tangannya.

CUT TO:

71.INT. KANTOR, RUANG PAK JIWO - TENGAH MALAM

Suasana kantor Aman & Ah sudah gelap gulita. Tak ada kesibukan. Tapi ada satu ruangan yang masih menyala hingga kelihatan menonjol di antara ruangan lain yang gelap.

Terlihat Pak Jiwo sudah menyiapkan dupa berisi kemenyan yang mengepul. Amplop yang diterimanya diasapi dengan asap dupa sambil komat kamit membaca mantra entah apa.

Di atas asap dupa, dibukanya amplop dengan hati-hati, hanya ada secarik kertas bertuliskan tebal-tebal dan kantung plastik ziplock berisi sesuatu.

Kertas itu bertuliskan “SELAMAT MENIKMATI KEMARAHAN PESUGIHANMU SENDIRI”

Dengan tangan bergetar Kakek Jiwo mengangkat plastik ziplock ke arah lampu, membuka penutupnya, ternyata plastik itu terisi gumpalan daging LIDAH MANUSIA!

Kakek Jiwo bergetar hebat, dari lidah itu keluar suara-suara magis yang tumpang tindih.  

SUARA MAGIS
Mana makanan kami Jiwo? Mana Makanan Kami Jiwo? MANA MAKANAN KAMI JIWO?! MANAA MAKANAAAN KAMIII JIWOOO?!! MANAAA MAKANAAAAN KAMIII JIWOOOOO?!!!!!!! MANAAAA MAKANAAAAAN KAMIIII JIWOOOO?!!!!!!

Suara tersebut memekakkan telinganya. Kakek Jiwo menutup telinganya yang bahkan mulai mengeluarkan darah. Suara makin keras hingga menjungkalkan Kakek Jiwo dari kursi hingga menabrak dinding kaca. Begitu kerasnya hingga membuat dinding kaca itu pecah berantakan.

CUT TO:

72.INT. BUS LUAR KOTA - MALAM

Soleh dengan ransel di punggung dan memegang alat tulis kanak-kanak yang bisa dihapus tulis ulang sudah duduk di bus antar kota. Meski wajahnya pucat ia terlihat gembira. Ibu-ibu yang duduk di sebelahnya penasaran dengan mainan gambar-tulis yang dipegang Soleh.

PENUMPANG
Buat anaknya ya, Pak?

Soleh tersenyum dan segera menuliskan pesan di alat terseut dan memperlihatkannya ke si Ibu. Tulisannya “Maaf, saya tidak bisa bicara. Ini buat membantu saya.”

Segera saja si Ibu menangkupkan tangan tanda ia meminta maaf.

Soleh tersenyum tanda ia tak apa-apa. Terngiang ucapan Pak Gondo.

PAK GONDO (V.O.)
Untuk memutarbalikkan Pesugihan Putih adalah dengan mengorbankan organ tubuh yang diikat oleh perjanjian itu. Memotong organ tubuh yang bisa membuatmu berdusta. Lidah.

CUT TO:

73.EXT. PESANTREN, KAMAR - PAGI

Terlihat suasana pesantren yang sederhana api nyaman, tak ada mobil terparkir, tapi ada kambing tertambat di halaman dan ayam yang sedang diberi makan oleh para santri.

74.INT. PESANTREN, KAMAR - PAGI

Kamera masuk ke kamar yang dihuni keluarga Soleh. Terlihat Soleh dan Rumi asik berkomunikasi dengan alat mainan yang dibawanya. Sementara Arum memeluk rapat suaminya tak mau dipisahkan lagi.

SELESAI











Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Terima kasih, Bung.
1 tahun 10 bulan lalu
Mantap ceritanya. Saya baca sekali duduk langsung habis. Bagus sekali.
1 tahun 10 bulan lalu