Pesugihan Putih
8. #8

49.INT. BALLROOM HOTEL - MALAM

Ini adalah malam gathering dan awarding perusahaan auditor seluruh Indonesia. Terlihat ratusan peserta sudah duduk di meja-meja yang diatur penempatannya. 

Arum yang kini jadi sangat pendiam mendampingi di sisi kiri Soleh yang tampil gagah dan berkelas, sementara di sisi kanan Soleh ada Bu Diah yang tampil bak sosialita. Kakek Jiwo mengawasi dari sudut tersembunyi di dekat sound system.

MC
Dan ini adalah yang ditunggu-tunggu. Auditor terbaik untuk tahun 2022 jatuh kepada ..

Soleh berdebar sambil menggenggam tangan Arum yang matanya kosong tapi memaksa tersenyum demi suaminya. Bu Diah menguatkan Soleh dengan mengelus punggungnya.

MC
.. SOLEH INSANI dari auditor lokal kenamaan Aman & Ah milik Ibu Diah Puspitasari. Silakan Bapak Soleh Insani naik ke atas panggung.

Soleh segera berdiri dan diselamati semestinya oleh Arum. Di peluk dengan heboh oleh Bu Diah.

Soleh jalan ke atas panggung diiringi tosan dan tepukan di punggung oleh para rekan dan kolega sesama auditor.

CUT TO:

50.INT. BALLROOM HOTEL, PODIUM DI PANGGUNG - MALAM

Soleh diberi piala sebagai auditor terbaik tahun 2022 diiringi tepuk tangan yang meriah. MC pun memberi isyarat agar Soleh memberi sepatah dua patah kata.

SOLEH
Assa.. 
(Langsung sadar dan berhenti)
Selamat malam teman-teman semua. Saya ingin berterima kasih atas kepercayaan Bu Diah pada saya. Pada rekan kerja di Aman & Ah. Pada Arum istri saya. Terima kasih.
MC
Apa nih tipsnya Pak Soleh untuk jadi auditor terbaik, bahkan mengalahkan auditor dari perusahaan multinasional.
SOLEH
Syaratnya klise sih. Kerja keras. Jujur dan ..

Mata Soleh bertatapan dengan Kakek Jiwo yang mengangguk menyetujui.

SOLEH
.. pesugihan.

Sesaat penonton diam. Lalu muncullah ledakan tawa yang dipimpin MC.

MC

Sekali lagi beri tepuk tangan paling meriah untuk auditor terbaik tahun 2022, Soleh Insani, yang selain jujur ternyata juga punya selera humor yang tinggi.

CUT TO:

51.INT. RUMAH BARU, KAMAR TIDUR - MALAM

Soleh dan Arum sudah siap-siap tidur. Soleh baru saja menarik selimutnya saat Arum manja memegang bahunya.

ARUM
Akang besok jadi pergi?
SOLEH
Jadi, Neng. Klien baru dan besar, jadi Bu Diah minta Akang tangani langsung. Pesawatnya flight malam.

Wajah arum berseri-seri.

ARUM
Jadi bisa dong besok temanin Neng check up si Dedek. 

Arum mengusap perutnya yang makin besar. Soleh menoleh ke arah istrinya dengan lelah.

SOLEH
Sejujurnya secara waktu sih keburu Neng. Tapi Akang malas banget, Neng. Diantar supir sama Mbak kayak biasanya aja, ya? Plis.

Tanpa menunggu jawaban istrinya, Soleh mencium keningnya lalu tidur membelakangi Arum.

Arum lagi-lagi hanya bisa menatap kecewa langit-langit kamar.

CUT TO:

52.INT. BANDARA, RUANG TUNGGU KELAS BISNIS - MALAM

Soleh bersama Kakek Jiwo berdiri dari kursi, sedang bersiap untuk ke pesawat ketika terdengar pengumuman.

PENGUMUMAN
Maaf. Diberitahukan pada para penumpang yang terhormat. Penerbangan NO 311 KS ditunda keberangkatannya selama 2 jam karena ada masalah teknis. Terima kasih.

Segera terdengar seruan tak puas para penumpang. Soleh dan Kakek Jiwo segera duduk kembali. Soleh segera menghempaskan tubuhnya ke kursi empuk yang tak terasa kenyamanannya karena penundaan penerbangan.

Tiba-tiba bunyi telepon masuk. Berkelap-kelip nama “Istri” melakukan panggilan. Dengan wajah kesal Soleh me-reject-nya. Beberapa saat kemudian ada bunyi telepon masuk lagi, kali ini dari nama “Bu Diah-Bos”, segera Soleh mengangkatnya dengan semangat.

SOLEH
Malam Ibu. 
(Jeda mendengarkan jawaban)
Iya, ibu delay dua jam katanya. (fade out)  

Kakek Jiwo yang matanya pura-pura memejam tersenyum penuh kemenangan melihat Soleh sudah jadi manusia yang berubah.

CUT TO:

53.INT. PABRIK ALAT BERAT, GUDANG - SIANG

Di gudang berisi berbagai alat pertukangan yang dikemas dan disusun rapi dalam rak-rak yang presisi. Di sudut gudang itu kita lihat ada sebuah ruangan kantor kecil, di sanalah Soleh dan Kakek Jiwo lengkap dengan topi proyek untuk pengaman standar, sedang mengaudit semua data yang dimiliki pabrik tersebut. Mereka berdua sibuk dengan laptopnya. Kepala pabrik ada di ruangan menemani mereka.

KEPALA PABRIK
Maaf Pak Soleh dan Pak Jiwo, barangkali mau kami pesankan makan siang. Kalau bapak suka kepala kakap ..

Belum selesai kata-kata kepala pabrik, Soleh sudah memotong sambil melambaikan tangan tak sabar ke arah pintu.

SOLEH
Pak, maaf kami para auditor dilarang menerima pemberian sekecil dan sesederhana apa pun. Agar penilaian kami bisa dipertanggungjawabkan. Kami ini bisa dibilang KPK nya perusahaan-perusahaan swasta.

Kepala Pabrik itu terlihat serba salah. Ia tak tahu harus berbuat apa. Soleh mengulangi gesturnya menunjuk pintu.

SOLEH
Jadi, tolong kami ditinggalkan saja tidak apa-apa. Nanti setelah audit di sini selesai atau kami butuh data tambahan akan kami panggil Anda ke sini.

Kepala Pabrik mengangguk penuh hormat sambil berjalan menuju pintu.

KEPALA PABRIK
Baik, Pak. Kalau ada apa-apa pakai HT (Handy talky)itu saja ya. Saya akan segera ke sini, saya menunggu di mess karyawan. Lima menit dari sini.

Soleh mengangguk dan memberi ibu jari tanda mengerti. Kepalanya tidak menengok, masih sibuk meneliti data yang ada di perusahaan ini.

CUT TO:

54.EXT. PABRIK, DEKAT MESS KARYAWAN - SIANG

Di siang yang terik terlihat sesosok manusia yang berkaus lusuh dan bercelana selutut melarikan diri seolah lari dari maut. Begitu kencang larinya hingga debu dan kerikil beterbangan disentuh kakinya yang mengenakan sepatu butut.

KARYAWAN PABRIK 1 (O.S.)
MALIIIIINGGGG!!!

Teriakan tersebut diiringi lemparan batu yang lumayan besar menghantam pundak kanannya. Kausnya sobek, darah mengucur dari sana. Tapi manusia ini tidak berhenti berlari. Sialnya cucuran darah malah membuat jalur pelariannya jadi gampang terbaca.

Teriakan tadi disusul pintu-pintu mess membuka, puluhan lelaki dengan mata nyalang langsung ikut berteriak mengejar.

PARA KARYAWAN
MALIIIING!! MALIIING!! MALIIIING!!!

Puluhan manusia memburu satu manusia dengan memegang berbagai barang yang bisa digunakan untuk menyakiti. Ada yang membawa golok, palu, tang, pemukul baseball, linggis, batu bahkan cangkul.

SMASH CUT TO:

55.INT. PABRIK ALAT BERAT, GUDANG - SAAT YANG SAMA

Soleh dan Kakek Jiwo bangkit dari kursi karena sayup-sayup mendengar keributan di luar gudang.

PARA KARYAWAN
(Dari kejauhan dan makin mendekat)
Maliiing! Maliing!! Maliiiing!!!

Soleh bertatapan dengan Kakek Jiwo yang sepertinya sudah menanti saat ini terjadi.

KAKEK JIWO
Ini ujianmu paling berat. Ingat,Jangan berbohong!

Belum sempat Soleh berkomentar dari pintu gudang tergopoh seorang pemuda kurus mendekat ke arah mereka dengan terengah-engah. Di belakangnya tampak tetesan darah mengikuti, karena darah di pundaknya terus menetes.

MALING
Tolong.. tolong saya. Saya bisa mati kalau tertangkap.

Ingatan Soleh berkelebat, teringat nasihat almarhum ayahnya.

AYAH (V.O.)
Satu hal lagi yang boleh berbohong. Untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Jadi jika kebohonganmu bisa menyelamatkan nyawa itu dibolehkan.

Terdengar suara pengejar ya makin mendekat.

PARA KARYAWAN
(Suara makin mendekat)
Maliiing! Maliing!! Maliiiing!!!
MALING
Tolong, Bang. Saya mencuri untuk obat anak saya yang sakit.  

Soleh tampak bimbang, Kakek Jiwo mengawasi dengan waspada. Ia berkata pelan ke Soleh.

KAKEK JIWO
Hati-hati sampeyan ambil keputusan. Ingat resikonya!

CUT TO:

56.INT. PABRIK ALAT BERAT, GUDANG - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Puluhan orang tampak memburu ke ruangan Soleh dan Kakek Jiwo berada.

KARYAWAN 1
MANA MALINGNYA?

Soleh yang sedang asyik kerja naik pitam melihat orang itu berteriak tidak sopan padanya.

SOLEH
Saya auditor di sini. Pengawas kinerja perusahaan ini. Jangan nggak sopan ya, masuk-masuk nuduh maling!

Puluhan karyawan itu sebagian besar ada di luar karena ruangan tempat Soleh dan Kakek Jiwo terlalu kecil. Mereka membawa berbagai senjata yang membuat Soleh bergidik ngeri.

Tiba-tiba keluar Kepala Pabrik dari kerumunan. Ia maju menjadi penghalang di antara Soleh dan para karyawan pengejar maling yang marah.

KEPALA PABRIK
(Bicara ke rekan karyawannya)
TENANG!! SEMUANYA TENANG. Pak Soleh dan Pak Jiwo ini adalah tamu di sini. Pengawas dari Bos besar kita. Tenang, saya akan tanya baik-baik.

Kepala Pabrik kini menghadap ke Soleh dan Kakek Jiwo.

KEPALA PABRIK
Maaf sekali Pak Soleh dan Pak Jiwo. Mess kami kemalingan motor, tapi keburu ketahuan. Nah malingnya terlihat masuk ke sini, ada jejak darahnya sampai pintu masuk gudang tadi.

Kaki Soleh menggeser gumpalan kain penuh darah ke bawah meja secara sembunyi-sembunyi.

SOLEH
Ooh jadi motornya nggak jadi hilang? Berarti nggak ada yang dirugikan, dong?

Seketika puluhan karyawan yang sudah tenang kembali berteriak nyaring. Rebutan bicara. Kepala pabrik mengangkat tangan, berteriak menenangkan.

KEPALA PABRIK
Maaf. Sekali maling tetap maling, Pak Soleh. Sekali maling di sini dibiarkan lolos, maka akan mengundang maling lain ke sini.
SOLEH
Hmm, masuk akal. Biasanya Bapak melibatkan polisi, kan?

Suasana yang tadinya panas jadi gaduh oleh suara tertawa puluhan karyawan. Mereka merasa jawaban Soleh sangat lucu. Bahkan Kepala Pabrik yang tenang itu pun ikut menyunggingkan senyum simpul.

KEPALA PABRIK
Polisi? Saya nggak tahu kalau di tempat Bapak. Di sini kalau kami lapor kehilangan motor, maka kami bisa kehilangan mobil, Pak.

Soleh tersenyum kecut, tak bisa menampik kenyataan tersebut.

SOLEH
Jadi biasanya dibawa ke mana malingnya, Pak?
KEPALA PABRIK
(Dingin tanpa emosi)
Diselesaikan sesuai tradisi di sini, Pak. Bisa dipanggang sampai mati. Atau dikubur dalam coran semen.

Soleh bergidik ngeri, semakin ngeri melihat lelehan air seni mengalir dari bawah meja.

Kakek Jiwo menatapnya penuh ancaman, tapi Soleh sudah memutuskan.

SOLEH
Tadi kami memang dengar ribut-ribut di pintu gudang. Tapi belum sempat masuk orang itu sudah melihat kami berdua. Jadi ia langsung lari keluar lagi.

Soleh mengarahkan telunjuknya keluar, berusaha mengalihkan perhatian para karyawan tersebut dari bawah meja.

PARA KARYAWAN
Huuu, kelamaan ngomongnya.
Malingnya pasti udah jauh sekarang.

Segera sebagian besar dari mereka keluar, berusaha mencari tapi dengan semangat tak sebesar di awal tadi. Di dalam tinggal menyisakan Kepala Pabrik yang melihat ruangan seperlunya untuk kemudian minta maaf dan pamit keluar pada Pak Soleh dan Kakek Jiwo.

CUT TO:

57.INT. PABRIK ALAT BERAT, GUDANG - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Kakek Jiwo menatap tajam Soleh yang sedang bicara dengan pemuda lusuh yang kini sudah mengenakan seragam dan helm pabrik pinjaman untuk menyamar. Di sampingnya di dalam plastik terlihat pakaian si maling yang punggungnya sobek dan berdarah, juga celana yang basah dengan air seni di bagian selangkangan.

Soleh menyerahkan sejumlah uang untuk maling gagal tersebut. Maling itu membungkukkan badan berkali-kali tak tahu harus berterima kasih berapa kali untuk nyawanya yang tak jadi pergi hari ini.

SOLEH
Kalau kamu mau berbuat yang aneh-aneh, ingat saja hari ini. Kesempatan hidup tidak datang dua kali. Cepat pergi sebelum mereka memeriksa ke sini lagi!

Setelah sekali lagi membungkukkan badan maling itu segera mengendap keluar gudang.

Kakek Jiwo langsung mempertanyakan tindakan Soleh dengan keras.

KAKEK JIWO
Sampeyan dengan sadar melanggar pantangan untuk bohong. Sampeyan akan menerima konsekuensi.
SOLEH
Tapi, Kek. Saya kan berbohong untuk kebaikan?
KAKEK JIWO
Sampeyan ternyata masih saja naif. Sampeyan ini sedang pesugihan bukan pengajian!

Soleh menundukkan kepalanya.

SOLEH
Apakah bisa dicegah, Kek?
KAKEK JIWO
Tidak. Sampeyan hanya bisa menunggu, apa yang diminta para lelembut sebagai konsekuensi pelanggaran.
SOLEH
Biasanya apa, Kek.
KAKEK JIWO
Sesuai tingkat pelanggaran. Dalam kasus sampeyan, menyelamatkan nyawa. Maka akan ada kehilangan nyawa sebagai pengganti. 

Soleh terperanjat, dia tak menyangka akan ada konsekuensi yang begitu fatal.  

Tiba-tiba terdengar dering HP Soleh, istrinya menelpon. Secara otomatis Soleh mengangkat telpon tersebut.

ARUM (O.S.)
(Kurang jelas, tertutup tangisan)
Kang, Neng huhu.. minta .. minta maaf ya, ..Kang. Huhuhuhu.
SOLEH
Minta maaf kenapa, Neng? Neng kenapa nangis? Neng?!
ARUM
Dedek, Kang. Dedeeeek. Huhuhu..
SOLEH
(Mulai panik)
Dedek kenapa, Neng? Neng??!

Selanjutnya yang terdengar hanya suara panik di ujung telepon. Soleh kebingungan menatap Kakek jiwo, yang balik menatap dengan ekspresi ‘gue bilang juga apa’.

PERAWAT
Halo. Halo, maaf saya bicara dengan?
SOLEH
Soleh, ada apa dengan istri saya ya, Mbak?
PERAWAT
Saya perawat, istri Anda ada di Rumah Sakit Cempaka dan barusan pingsan karena banyak kehilangan darah.

Soleh memucat, hp dipegangnya makin erat.

SOLEH
Darah? Istri saya kenapa Sus? Kecelakaan?
PERAWAT
Eh, maaf kalau anda harus tahu lewat telpon. Istri anda keguguran. Secepatnya ada yang mendampingi ya, istri Anda sangat butuh dukungan dari orang terdekatnya.
SOLEH
(Pelan dan menahan tangis)
Ba.. Baik Sus. Saya .. Saya segera ke sana.

Soleh menatap tajam ke Kakek Jiwo.

SOLEH
Saya ingin melepas pesugihan ini.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar