Pesugihan Putih
7. #7

43.INT. RUMAH BARU, MEJA MAKAN - PAGI

Arum sibuk di dapur barunya. Meracik cemilan pisang goreng madu di Minggu pagi yang ceria. Dengan bangga Arum meletakkan pisang goreng madu berwarna coklat keemasan di hadapan suami dan anaknya.

Soleh menatap penuh selera, ia menyuapkan pisang goreng ke mulutnya, mengunyah lalu mengernyitkan dahinya.

AYAH (V.O.)
Bohong untuk kebaikan rumah tangga itu nggak apa-apa. Misal masakan istri kamu keasinan, tetap kamu habiskan sambil tersenyum.
KAKEK JIWO (V.O.)
Kamu harus selalu mengatakan apa yang ada di pikiran dan hati, tidak boleh dipendam.

Soleh mengambil tisu dan segera mengeluarkan sisa makanan dari mulutnya.

SOLEH
(Berusaha sambil tersenyum)
Kamu mau bikin Akang darah tinggi ya, Neng. Asin bangeet.
RUMI
Aciiiin, Pisang buatan ibu nggak enak ya, Yah?

Arum memerah menahan tangis. Segera saja ia membereskan makanan dalam diam dan membuangnya ke tempat sampah. Berusaha menahan isak tangisnya sambil menuju kamar mandi dan menutup pintunya.

Soleh mengawasinya dengan hati gundah.  

RUMI
Ibu kenapa, Yah?

CUT TO:

44.INT. KANTOR, RUANG PAK SOLEH

Soleh sedang mendengar curhatan Nita pegawai kepercayaannya. Di sudut ruangan Kakek Jiwo pura-pura sibuk kerja. Nita sempat melihat tak nyaman ke arah Kakek Jiwo.

SOLEH
Tenang. Beliau tangan kanan saya. Asisten pribadi merangkap konsultan. Sampaikan saja apa yang mau kamu sampaikan. Jangan ditahan-tahan.

Nita menghirup napas dalam, menguatkan dirinya sebelum akhirnya bicara.

NITA
Saya susah kerja dengan anggota tim yang terlalu negatif thinking kayak Dewi, Pak. Bikin suasana tim nggak kondusif.
SOLEH
Kamu sudah bicara langsung ke Dewi?
NITA
Percuma kayaknya Pak. Itu udah karakter kayaknya. Ya maklumlah fresh graduate. Generasi mereka kan katanya generasi stroberi. Manis tapi lembek. Apalagi .. (Fade out)

Soleh terus mendengarkan curhatan tersebut.

MATCH CUT TO:

45.INT. KANTOR, RUANG PAK SOLEH - PAGI

Di hari yang lain dengan gaya yang hampir serupa Soleh sedang mendengarkan curhatan Dewi. Kakek Jiwo masih setia pura-pura kerja di sudut ruangan.

DEWI
Maaf, Pak. Bukannya mau menjelek-jelekkan ya. Tapi Kak Nita itu bossy banget. Padahal posisi kami kan selevel. Apalagi kalau dari sisi skill saya berani diadu, kok.

CUT TO:

46.INT. KANTOR, RUANG MEETING KARYAWAN - SIANG

Soleh menghadiri rapat bulanan tim kecil yang diketuai oleh Nita, ada Dewi juga sebagai anggota tim Nita. Soleh memperhatikan Nita memberi presentasi. Kakek Jiwo mengawasi dari sudut belakang.

NITA
Syukurlah tim kami yang solid membuat kami terus bekerjasama dengan baik mengerjar target tahun ini.

SOleh terus memperhatikan suara Nita yang sedang presentasi perlahan hilang berganti suara ayahnya berebutan dengan suara Kakek Jiwo.

AYAH (V.O.)
Berbohong yang lain yang dibolehkan adalah mendamaikan dua orang yang sedang bertengkar.
KAKEK JIWO (V.O.)
Kamu harus selalu mengatakan apa yang ada di pikiran dan hati, tidak boleh dipendam.

Perlahan suara Nita terdengar lagi.

NITA
..demikian Pak laporan dari tim kami untuk bulan ini.

Soleh melihat ke arah tim tersebut, pandangannya terutama fokus pada Nita dan Dewi.

SOLEH
Ini sudah Oktober dan kalian belum mencapai target? Akhir tahun dua bulan lagi? Dan Nita tadi bilang tim kalian solid?

Nita memerah, tidak tahu harus menjawab apa. Anggota tim yang lain menunduk takut, hanya Dewi yang menunduk sambil senyum karena Nita kena marah.

SOLEH
Kenapa, Dewi? Senang ya Nita kena marah?

Dewi tergagap, tak menyangka Soleh akan sefrontal itu.

DEWI
Eh, nggak kok, Pak. Sama sekali nggak.
SOLEH
Ah, masak? Kamu sendiri yang bilang pada saya. Kalau secara skill Nita di bawah kamu, bisa jadi ketua tim hanya karena masuk duluan aja. Udah gitu bossy lagi. Gitu, kan?

Nita menatap tajam ke Dewi yang menunduk dalam-dalam, wajah mereka berdua merah padam.

SOLEH
Dan kamu, Nita. Kamu bilang Dewi itu generasi stroberi. Generasi yang lembek di bawah tekanan pekerjaan. Dewi bikin tim jadi nggak kondusif? Iya, Nita?

Kini ganti Dewi yang melihat tajam ke arah Nita yang salah tingkah.

SOLEH
Oke, karena tidak ada yang bisa jawab. Bulan depan kita meeting lagi. Kalau masih begini juga, kalian harus pilih. Dewi atau Nita yang harus saya pecat. Terima kasih.

Sehabis menjatuhkan ultimatum, Soleh keluar dari ruangan dengan langkah berat diiringi langkah ringan Kakek Jiwo yang menepuk pundak Soleh sambil tersenyum. Mereka meninggalkan Nita dan tim dalam suasana yang serba salah.

Kamera memperlihatkan kalender bulan Oktober.

MATCH CUT TO:

47.INT. KANTOR, RUANG MEETING KARYAWAN - SIANG

Terlihat kalender yang sama berubah kini berubah jadi bulan November.

Di ruang meeting yang sama Nita bersama tim kecilnya termasuk Dewi hadir di ruang meeting dengan suasana hati yang lebih ceria. Ada Bu Diah juga dalam ruangan, duduk tepat di sebelah Soleh yang bingung, mengapa rapat bulanan tim kecil perlu dihadiri orang selevel Bu Diah. Sementara Kakek Jiwo di sudut ruangan memberi senyum untuk menenangkan Soleh yang kebingungan.

Nita dengan wajah berseri-seri memberi laporannya. Layar projector menampilkan grafik tim Nita yang melonjak naik di bulan November.

NITA
Alhamdulillah Ibu Diah dan Pak Soleh, di bulan November, performa tim berhasil naik lebih dari 200%. Tepatnya 211%. Ini berkat kerja keras tim, terutama Dewi dengan masukan-masukannya yang sangat brilian. Terima kasih tim.  

Tim Nita tepuk tangan, bahkan Dewi tepuk tangan yang paling keras. Bu Diah tepuk tangan dengan bangga. Soleh juga ikut-ikutan tepuk tangan. 

Bu Diah dengan bangga menoleh ke Soleh di sebelahnya.

BU DIAH
Salut untuk pendekatan yang Pak Soleh lakukan bulan lalu. Mereka langsung perform sangat bagus. Apa kiatnya Pak Soleh?

Soleh mencoba tetap tenang, dia harus bisa bicara jujur tanpa membongkar rahasia pesugihannya.

SOLEH
Tidak ada yang istimewa, Bu. Saya cuma menerapkan prinsip kejujuran saja. Kalau ada masalah jangan bicarakan di belakang. Langsung hadapi, biar bisa sama-sama dicari jalan keluarnya.

Bu Diah menatap Soleh dengan kagum.

BU DIAH
Luar biasa. Di umur semuda ini pemikiran Pak Soleh sudah matang. Nggak salah saya memberi posisi Direktur. Kalau pak Soleh jadi partner saya untuk memegang Aman & Ah gimana? Oke, nggak? Tentu akan dapat persentase saham. Bersedia, nggak?

Tepuk tangan makin riuh. Bu Diah ikut berdiri. Kakek Jiwo juga berdiri sambil tersenyum puas. Kakek Jiwo mengangguk ke arah Soleh yang mencari jawaban di matanya.

SOLEH
Bersedia, Bu. Terima kasih atas kepercayaan Ibu.

CUT TO:

48.INT. RUMAH BARU, KAMAR TIDUR - MALAM

Arumi yang hamil tua mematut dirinya di depan cermin dengan gaun yang baru saja dibelinya. Soleh berbaring di tempat tidur sambil main game di tab-nya.

ARUM
Akang, Neng gendutan, ya?

Soleh mengernyit mendengar pertanyaan istrinya. Dia menoleh sejenak lalu kembali seru main game.

SOLEH
Kenapa sih cewek tuh sering nanya hal yang nggak penting kayak gini? Masih cantik nggak? Masih sayang nggak? Gendutan nggak? Kamu itu hamil sayang bukan kebanyakan makan nasi padang. 

Semua kata-kata itu diucapkan Soleh tanpa menoleh dari game-nya. Soleh tak melihat Arum yang merengut dan sedih.

ARUM
Kang, Neng kayaknya ngidam deh. Neng mau ..

Soleh menaruh tab-nya, menatap istrinya dengan pandangan menerawang. Mendengarkan pertarungan batinnya.

SOLEH (V.O.)
(+)Jangan, Leh. Jangan diucapkan.
(-)Tapi kata Kakek Jiwo jangan dipendam, harus diucapkan.
(+)Tapi ini Arum, istrimu, Leh.
(-)Justru karena dia hidup serumah denganku, dia harus tahu kalau pertanyaannya itu tidak perlu.
ARUM
..Boleh ya, Kang. Asinan Bogor tapi belinya harus asinan yang dijualnya di stasiun Bogor. Ya, Kang?

Soleh menghela napas.

SOLEH
Neng, ngidam itu nggak ada. Ngidam itu mengada-ada. Buatan ibu-ibu Indonesia aja. Di barat mana ada ngidam begini? Ini kan nyari yang ribet biar membuktikan cintanya pada istri. Padahal suami cari nafkah itu bukannya bukti ya?

Arum terperanjat, tak disangkanya permintaan ngidamnya mendapat jawaban begini nyelekit. Arum pun menahan tangis sambil terisak kecil.

Soleh dengan kesal merebahkan badannya dan mematikan lampu di sisi ranjangnya.

SOLEH
Nangis. Selalu saja itu senjata kalian para perempuan.

Dalam remang sisi ranjang Soleh, Arum memandang suaminya dengan rasa asing yang teramat sangat.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar