43.INT. RUMAH BARU, MEJA MAKAN - PAGI
Arum sibuk di dapur barunya. Meracik cemilan pisang goreng madu di Minggu pagi yang ceria. Dengan bangga Arum meletakkan pisang goreng madu berwarna coklat keemasan di hadapan suami dan anaknya.
Soleh menatap penuh selera, ia menyuapkan pisang goreng ke mulutnya, mengunyah lalu mengernyitkan dahinya.
Soleh mengambil tisu dan segera mengeluarkan sisa makanan dari mulutnya.
Arum memerah menahan tangis. Segera saja ia membereskan makanan dalam diam dan membuangnya ke tempat sampah. Berusaha menahan isak tangisnya sambil menuju kamar mandi dan menutup pintunya.
Soleh mengawasinya dengan hati gundah.
CUT TO:
44.INT. KANTOR, RUANG PAK SOLEH
Soleh sedang mendengar curhatan Nita pegawai kepercayaannya. Di sudut ruangan Kakek Jiwo pura-pura sibuk kerja. Nita sempat melihat tak nyaman ke arah Kakek Jiwo.
Nita menghirup napas dalam, menguatkan dirinya sebelum akhirnya bicara.
Soleh terus mendengarkan curhatan tersebut.
MATCH CUT TO:
45.INT. KANTOR, RUANG PAK SOLEH - PAGI
Di hari yang lain dengan gaya yang hampir serupa Soleh sedang mendengarkan curhatan Dewi. Kakek Jiwo masih setia pura-pura kerja di sudut ruangan.
CUT TO:
46.INT. KANTOR, RUANG MEETING KARYAWAN - SIANG
Soleh menghadiri rapat bulanan tim kecil yang diketuai oleh Nita, ada Dewi juga sebagai anggota tim Nita. Soleh memperhatikan Nita memberi presentasi. Kakek Jiwo mengawasi dari sudut belakang.
SOleh terus memperhatikan suara Nita yang sedang presentasi perlahan hilang berganti suara ayahnya berebutan dengan suara Kakek Jiwo.
Perlahan suara Nita terdengar lagi.
Soleh melihat ke arah tim tersebut, pandangannya terutama fokus pada Nita dan Dewi.
Nita memerah, tidak tahu harus menjawab apa. Anggota tim yang lain menunduk takut, hanya Dewi yang menunduk sambil senyum karena Nita kena marah.
Dewi tergagap, tak menyangka Soleh akan sefrontal itu.
Nita menatap tajam ke Dewi yang menunduk dalam-dalam, wajah mereka berdua merah padam.
Kini ganti Dewi yang melihat tajam ke arah Nita yang salah tingkah.
Sehabis menjatuhkan ultimatum, Soleh keluar dari ruangan dengan langkah berat diiringi langkah ringan Kakek Jiwo yang menepuk pundak Soleh sambil tersenyum. Mereka meninggalkan Nita dan tim dalam suasana yang serba salah.
Kamera memperlihatkan kalender bulan Oktober.
MATCH CUT TO:
47.INT. KANTOR, RUANG MEETING KARYAWAN - SIANG
Terlihat kalender yang sama berubah kini berubah jadi bulan November.
Di ruang meeting yang sama Nita bersama tim kecilnya termasuk Dewi hadir di ruang meeting dengan suasana hati yang lebih ceria. Ada Bu Diah juga dalam ruangan, duduk tepat di sebelah Soleh yang bingung, mengapa rapat bulanan tim kecil perlu dihadiri orang selevel Bu Diah. Sementara Kakek Jiwo di sudut ruangan memberi senyum untuk menenangkan Soleh yang kebingungan.
Nita dengan wajah berseri-seri memberi laporannya. Layar projector menampilkan grafik tim Nita yang melonjak naik di bulan November.
Tim Nita tepuk tangan, bahkan Dewi tepuk tangan yang paling keras. Bu Diah tepuk tangan dengan bangga. Soleh juga ikut-ikutan tepuk tangan.
Bu Diah dengan bangga menoleh ke Soleh di sebelahnya.
Soleh mencoba tetap tenang, dia harus bisa bicara jujur tanpa membongkar rahasia pesugihannya.
Bu Diah menatap Soleh dengan kagum.
Tepuk tangan makin riuh. Bu Diah ikut berdiri. Kakek Jiwo juga berdiri sambil tersenyum puas. Kakek Jiwo mengangguk ke arah Soleh yang mencari jawaban di matanya.
CUT TO:
48.INT. RUMAH BARU, KAMAR TIDUR - MALAM
Arumi yang hamil tua mematut dirinya di depan cermin dengan gaun yang baru saja dibelinya. Soleh berbaring di tempat tidur sambil main game di tab-nya.
Soleh mengernyit mendengar pertanyaan istrinya. Dia menoleh sejenak lalu kembali seru main game.
Semua kata-kata itu diucapkan Soleh tanpa menoleh dari game-nya. Soleh tak melihat Arum yang merengut dan sedih.
Soleh menaruh tab-nya, menatap istrinya dengan pandangan menerawang. Mendengarkan pertarungan batinnya.
Soleh menghela napas.
Arum terperanjat, tak disangkanya permintaan ngidamnya mendapat jawaban begini nyelekit. Arum pun menahan tangis sambil terisak kecil.
Soleh dengan kesal merebahkan badannya dan mematikan lampu di sisi ranjangnya.
Dalam remang sisi ranjang Soleh, Arum memandang suaminya dengan rasa asing yang teramat sangat.