33.INT. KANTOR, RUANG PAK AMAN - PAGI
Pak Aman dan Bu Diah melihat Soleh dengan penuh hormat.
Pak Aman tampak tidak menduga Soleh akan berkata seperti itu, tapi ia tak kuasa menyanggah karena Bu Diah sudah mengangguk setuju.
Bu Diah menengok ke arah Pak Aman. Pak Aman tak siap, ia tampak kaget dan segikit gugup sebelum berhasil menguasai diri dan mengangguk meyakinkan.
Bu Diah tidak begitu saja percaya, kali ini ia menengok ke arah Soleh.
Soleh mengingat lagi kata-kata Kakek Jiwo yang bagai bergema di ruangan tersebut.
Soleh menatap lurus ke arah Pak Aman yang menggeleng dengan tatap mata mengancam. Soleh tidak takut, ada pesugihan putih yang melindunginya.
Mata Bu Diah memerah menatap suaminya, lalu kembali menatap Soleh.
Bu Diah menoleh ke samping tepat ke arah Pak Aman, suaminya.
CUT TO BLACK.
34.INT. KANTOR, RUANG KARYAWAN - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
BRAK. Pintu ruangan Pak Aman terbuka kasar dari dalam. Petugas kemanan yang siaga di depan pintu kebingungan melihat Pak Aman keluar dengan lesu. Soleh yang kalem tanpa ekspresi dan Bu Diah yang mukanya merah ada di belakangnya. Bu Diah berkata dengan lantang hingga bisa didengarkan seluruh karyawan yang hanya bisa ternganga.
Pak Aman yang dipegangi dua satpam yang canggung menengok ke arah istrinya sekaligus rekan usaha.
Wajah Pak Aman pucat dan lunglai, ia pasrah dibawa oleh Satpam kantor. Diiringi tatapan karyawan yang penuh rasa ingin tahu.
Pak Aman tak menjawab. ia terus menunduk, dipapah menjauh dari istrinya. Bu Diah sudah mulai tenang, ia memandang seluruh karyawan yang segera saja pura-pura kerja, pura-pura tidak tahu ada kejadian yang menghebohkan.
CUT TO:
35.INT. KANTOR, RUANG MEETING KARYAWAN - SORE
Soleh dengan sangat dingin memimpin jalannya rapat dadakan Aman & Ah. Para karyawan yang tahu reputasi Soleh sebagai karyawan yang jujur dan relijius menatapnya penuh harap, tapi ada beberapa karyawan yang menatapnya penuh ketakutan, Pak Sam dan Yudi adalah dua di antaranya.
Para karyawan yang merasa sejalan memberi tepuk tangan riuh, segera saja diikuti seluruh karyawan biar tidak dikira tak setuju. Termasuk Pak Sam dan Yudi yang tepuk tangan dengan muka lemas.
CUT TO:
36.INT. KANTOR, RUANG PAK SAM/SOLEH
Terlihat papan nama di pintu diganti oleh HRD kantor dari Pak SAM menjadi Pak SOLEH. Kamera masuk ke dalam memperlihatkan Soleh ada di bangku empuk, yang tadinya kursi pak Sam, menatap dingin Pak Sam yang mukanya merah padam menunduk, Yudi di sampingnya juga tak kalah gelisah. Hanya Nita yang terlihat senang ada di ruangan tersebut.
Mata Yudi menghindari tatapan mendelik Pak Sam padanya.
Soleh dengan dingin bertepuk tangan.
Pak Sam membungkukkan badannya berkali-kali sebagai tanda terima kasih diikuti oleh Yudi.
Pak Sam menatap marah tapi tak bisa berbuat apa-apa, hanya mulutnya saja yang membuka tak percaya tanpa mengeluarkan suara.
Yudi pasrah dan mengangguk setidaknya nasibnya lebih baik dari Pak Sam. Sementara Nita mengucap terima kasih berkali-kali dengan tatapan kagum pada Soleh.
CUT TO:
37.INT. GEDUNG RESEPSI PERNIKAHAN, MEJA PRASMANAN - MALAM
Soleh dan Arum yang hamil mengantri di meja prasmanan. Soleh menyendok lauk sedikit- sedikit saja. Ia diingatkan suara Kakek Jiwo.
Soleh dan istrinya duduk sambil makan di kursi dekat taman. Arum makan dengan ceria, sementara Soleh sedari tadi hanya seolah-olah makan saja, sendok garpunya sibuk memotong ayam berkali-kali.
Ada kenalan Arum yang datang menghampiri, mereka pun sibuk cipika cipiki dan beramah tamah. Kesempatan itu digunakan Soleh untuk membuang makanan dari piringnya ke gerumbulan semak di taman tersebut.
CUT TO:
38.INT. KANTOR, RUANG PAK SOLEH - PAGI
Soleh memulai paginya dari ruangan pribadinya, dinding kaca memungkinkan ia bisa mengawasi semua gerak-gerik karyawan yang kini kelihatan hormat kepadanya. Dengan puas ia menghirup kopi dan meneruskan pekerjaannya di laptop.
Soleh tidak mengangkat matanya dari laptop, ia terlalu serius dengan pekerjaannya.
Soleh mengangkat matanya dengan panik. Di depan pintu kaca sudah berdiri seorang berusia lanjut yang berbalut kemeja berdasi dan jas rapi. Meski rambut putih sebahunya sudah dipotong pendek, ia hapal betul siapa orang ini.
Soleh memberi isyarat dengan tangannya agar Kakek Jiwo segera masuk. Soleh dengan ketakutan melihat ke arah para karyawan. Ia segera mengatur agar dinding kaca kantornya buram, tak kelihatan dari luar.
CUT TO:
39.INT. KANTOR, RUANG BU DIAH - SIANG
Soleh dan Kakek Jiwo duduk menghadap Bu Diah.
Bu Diah agak mengernyit menatap pilihan Soleh yang terlalu tua untuk ukuran asisten pribadi.
Bu Diah bingung mau mengungkapkan pendapat tepat di depan Kakek Jiwo.
Jawaban Kakek Jiwo yang supel membuat Bu Diah yang tadinya ragu jadi tersenyum, lalu mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Kakek Jiwo.
Soleh terlihat lega karena pertemuan ini berjalan lebih lancar dari yang diduganya.
CUT TO:
40.I/E. RUMAH BARU - PAGI
Soleh sedang menikmati udara yang segar di halaman rumah barunya yang berhalaman luas lengkap dengan taman yang asri. Halamannya jika diisi mobil, bisa memuat hingga empat atau lima mobil. Saat ini yang terparkir hanya satu, mobil inventaris kantor Soleh.
Kamera tour ke dalam rumah yang mempunyai tiga kamar tidur dan satu kamar mandi. Di sana-sini masih terlihat tumpukan kardus yang belum sempat dibuka.
Arum terlihat sedang mengagumi dapurnya yang mempunyai kitchen set idamannya. Sementara Rumi sibuk memilih kamar untuk dirinya.
Soleh yang sedang menikmati indahnya taman tiba-tiba dipeluk dari belakang oleh Arumi yang datang diiringi Rumi yang berseri-seri.
Belum sempat Soleh menjawab, tiba-tiba datang sebuah mobil bercap komplek perumahan tersebut. Turun seorang lelaki berpolo shirt dengan logo perumahan tersebut membawa sebuah map.
Arum melepas pelukan pada suaminya. Soleh menatap petugas perumahan tersebut penuh tanya.
Soleh mengerutkan kening, sementara Arumi tampil lebih ramah.
Lelaki tersebut mengangguk senang, ia mengeluarkan isi map.
Arum ternganga tak percaya, Rumi bingung belum begitu paham apa yang terjadi. Soleh tersenyum maklum, pesugihan putihnya berjalan sangat lancar.
CUT TO:
41.EXT. RUMAH, HALAMAN DEPAN - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Soleh, Arum dan Rumi berfoto dengan penuh kegembiraan memegang sebuah papan besar bergambar mobil bertuliskan Rumah ke-Seratus dapat hadiah Mobil Maknyuss!
CUT TO:
42.I/E. RUMAH-MOBIL - PAGI
Terlihat sudah ada dua mobil terparkir di halaman rumah. Satu mobil kantor, satu lagi mobil baru, di dalamnya sudah ada Soleh, Arum dan Rumi.
Soleh memencet klakson dua kali. Sfx : DIN! DIN!
Rumi ribut ingin ikut memencet klakson. Arum geleng kepala melihat bapak-anak berebut, anaknya ingin memencet klakson meniru ayahnya. Sementara sang ayah mencegah agar satu komplek tidak keberisikan.
Soleh menarik napas lega, melirik ke arah spion ternyata istrinya juga menatap arah yang sama. Bedanya mata istrinya menatap penuh kecurigaan.