Pesugihan Putih
4. #4

23.I/E MOBIL DAN SEKITARNYA - PAGI

Soleh tampak gusar di kursi tengah. Kakek Jiwo di kursi penumpang depan terlihat kalem.

SOLEH
Loh, kata Kek Jiwo cuma tiga bulan, loh. Kakek sudah janji.
KAKEK JIWO
Itu tergantung sampeyan, kalo cepet milih pesugihannya. Ya cepet juga sampeyan pulangnya.
SOLEH
Loh, kata Kakek saya gak harus milih kalau nggak ada yag saya setujui?!
KAKEK JIWO
Ya, saya masih pegang janji itu. Tapi berarti kita harus mengitari seluruh pulau Jawa. Mencari semua pesugihan yang ada. Itu bisa lebih dari tiga bulan kalau kamu pemilih.
SOLEH
(Putus asa)
Saya kan gak harus milih, Kek.
KAKEK JIWO
Ya sudah, berarti sampeyan harus bersedia menghabiskan semua pilihan pesugihan yang ada. Adil, toh?

Soleh menghempaskan tubunya ke kursi penumpang. Ia tahu tak bisa mendebat terlalu keras orang sudah dengan mudah memberikan ia uang ratusan juta.

SOLEH
Sudah mau masuk Magrib, saya mau sholat.

Supir, pemuda kurus yang selalu klepas klepus sepanjang jalan tampak bingung dan melirik ke arah Kakek Jiwo.

KAKEK JIWO
Hahaha, pilih pesugihan aja pake sholat istikharah.
SOLEH
MAGRIB, KEK! Wajib!
KAKEK JIWO
Iyo.. iyo.  
(Bicara ke supir)
Sur, kalau ketemu mushola kita mampir. Aku juga harus cari bahan sesajen.

Mendengar itu Soleh memejam pasrah. Kakek Jiwo tertawa terbahak.

CUT TO:

24.EXT. KAKI GUNUNG A - MALAM

Mobil terparkir di depan sebuah rumah sederhana. Soleh dengan enggan mengikuti Kakek Jiwo ke sebuah rumah yang pekat oleh berkabut, entah kabut alami atau pun asap kemenyan yang mengepul keluar dari dalam rumah.

Di pimpin Kakek Jiwo Soleh masuk ke dalam. Ia harus menunduk karena pintunya tak begitu tinggi, bahkan untuk ukuran rata-rata orang Indonesia seperti dirinya.

CUT TO:

25.INT. RUANG DUKUN GUNUNG A - MALAM

Mbah Dukun A terlihat tak jelas, karena berada di belakang asap dupa yang terus mengepul. Soleh terbatuk, sementara Kakek Jiwo dengan kalem duduk bersila di hadapan Mbah Dukun A. Soleh pun sambil menahan batuk meniru posisi duduk Kakek Jiwo.

MBAH DUKUN A
Hmm, bawa siapa kamu Jiwo? Aku tak bisa merasakan ada niat apa-apa dalam diri anak ini? Tidak seperti yang biasa kamu bawa.
KAKEK JIWO
Hehe, ini orang putih, Mbah.
MBAH DUKUN A
Hmm, menarik. Padahal yang terakhir kamu bawa sangat hitam. Sugondo. 
KAKEK JIWO
Seperti dugaan Mbah, Gondo tak kuat dan tak pantas jadi kaya.

Mbah Dukun manggut-manggut maklum, lalu menatap Soleh dengan penuh minat. Sementara Soleh kebingungan dengan arah pembicaraan dua orang tua ini.

MBAH DUKUN A
Namamu siapa anak muda?
SOLEH
Loh, bukannya Dukun itu biasanya tahu nama pasiennya?
MBAH DUKUN A
Haha, saya dukun bukan petugas kelurahan. Saya tahu aura kamu, tapi tentu tidak tahu hal yang terlalu terperinci. Nama kamu?
SOLEH
Soleh Insani, Mbah.

Mbah Dukun A menatap Kakek Jiwo penuh tanya. Kakek Jiwo mengangguk mengiyakan. Dan tanpa dikomando meledaklah tawa dua orang yang sudah uzur tersebut.

KAKEK JIWO & MBAH DUKUN A
Hahahahaha.. Hahahahaha...

Soleh merah padam, tak tahu harus bereaksi seperti apa.

MBAH DUKUN A
Soleh Insani, manusia yang soleh. Hmm, Jiwo, kamu yakin dia cocok dengan pesugihan di sini?
KAKEK JIWO
Karena dia orang putih, maka harus saya yang aktif menawarkan macam-macam pesugihan padanya, Mbah. Karena tiap orang putih punya titik lemahnya masing-masing, kan? Siapa tahu titik lemah anak ini ada di syarat pesugihan ini.
SOLEH
(Jengkel)
Maaf, Kakek dan Mbah, yang diomongin ada di sini, loh orangnya.
MBAH DUKUN A 
Ya, karena kami tidak seperti orang-orang di kantor kamu, yang suka membicarakan kamu dari belakang.  
SOLEH
Loh jadi Mbah tahu, soal ..

Kakek Jiwo memberi isyarat pada Soleh untuk diam. Mbah mulai memejamkan mata, memperbanyak asap dupa dan merapal persyaratan dengan pengucapan seperti mantra.

MBAH DUKUN A
Ini kisah Pangeran samudro dan Nyai Ontowulan. Melarikan diri ke pegunungan, karena cinta tak direstui kerajaan. Memilih moksa dalam kekekalan perasaan.

Mbah tiba-tiba membuka matanya, menatap tajam ke arah Soleh.

MBAH DUKUN A
Jika ingin mendapatkan tuah dari kisah. konon harus bersetubuh dengan lawan jenis yang tidak dikenal. Anda SIAP?

Soleh terkejut, ia terbayang sucinya wajah Arumi yang basah terkena wudhu dan mengenakan mukena.

SOLEH
TIDAK AKAN! Astaghfirullah! Ritual apa ini? Berbuat cabul biar harapannya terkabul?

Dupa serentak ditutup oleh si Mbah. Seketika asap menghilang, suasana ruangan yang temaram berubah terang benderang.

Mbah Dukun A bicara ke Kakek Jiwo.

MBAH DUKUN A
Sudah saya duga, dia dari jenis orang putih yang tidak kalah dengan nsfsu birahi. Cintanya terlalu dalam pada istrinya.

Soleh menghela napas lega, ruangan yang kini terang baru memperlihatkkan kalau ia bersimbah keringat.

KAKEK JIWO
Baiklah, kami pamit kalau begitu.

26.INT. MOBIL - MALAM

Mobil melanjutkan perjalanannya. Soleh rebahan di kursi belakang. Jendela mobil depan dibuka karena Kakek Jiwo dan supir sama-sama merokok. Sambil setengah mengantuk Soleh bertanya penasaran pada Kakek Jiwo.

SOLEH
Kek, itu beneran ada pesugihan syaratnya harus begituan? 
KAKEK JIWO
Itulah yang tersebar di masyarakat. Tadi hanya ujian buat sampeyan. Kalau manusia bejat pasti langsung mau. 

Soleh melihat foto Arum di hp-nya. ia pun memejamkan mata sambil tersenyum.

MATCH CUT TO:

27.INT. RUMAH, KAMAR TIDUR - MALAM YANG SAMA

Tampak Arum memejamkan matanya, berdoa sepenuh hati untuk orang yang fotonya terletak di tengah sajadah. Foto suaminya, Soleh Insani.

CUT TO:

28.I/E. MOBIL DAN SEKITARNYA - SENJA

Mobil terparkir di sisi sebuah rumah yang asri dengan halaman luas. Di dalam mobil, pak supir tidur mendengkur dengan nikmat.

CUT TO:

29.INT. RUMAH DUKUN B - SENJA

Di dalam, Soleh dan Kakek Jiwo tidak duduk di tikar melainkan di sofa kulit yang terawat. Yang di hadapan Soleh tidak terlihat seperti Dukun. Dukun B berkaus pol shirt, merokok vape, berpenampilan necis meski sudah usia setengah baya. Rambutnya hitam sepertinya hasil semir rambut. Sesajen di sudut-sudut ruangan dan kandang burung hantu di pintu masuklah yang menandakan ini rumah seorang Dukun, selebihnya separti rumah kelas menengah di perkotaan.

DUKUN B
Wah lama nggak ketemua sama kamu, Wo. Tak kira kamu udah tobat. Hahaha.. 

Dengan nikmat Dukun B menhembuskan asap vape dari mulutnya. Asap vape berbaur dengan asap bakaran dupa.

KAKEK JIWO
Hahaha, udah kepalang tanggung. Wislah (sudahlah) basah sekalian. Ini biasa, saya mengantar yang punya hajat.

Dukun B menatap Soleh penuh minat. Ia mengipas-ngipaskan asap dupa ke arah hidungnya.

DUKUN B
Hmm, aneh? Nggak ada bau-baunya sama sekali, Wo?
KAKEK JIWO
Dia orang putih.
DUKUN B
Oalahh, pantes. Aku kira kesaktianku yang luntur gara-gara sering nge-vape. Hehe. 

Dukun B melihat ke arah Soleh dengan penasaran.

DUKUN B
Siapa nama kamu?

Soleh tak menyembunyikan kekesalannya mendengar pertanyaan Mbah Dukun B.

SOLEH
Tapi tolong jangan diketawain. Ini nama yang diberikan oleh almarhum kedua orangtua saya.

Dukun B tidak menjawab hanya mengangguk penasaran.

SOLEH
Nama saya, Soleh Insani.

Tidak ada tawa yang keluar. Dukun B mengangguk hikmat.

DUKUN B
Hmm, Manusia yang soleh. Tak ada yang salah, nama itu adalah doa. Tapi kalau doa tidak tercapai ya bukan salah namanya juga. Banyak nama yang lebih agamis dari kamu tapi kelakuannya seperti iblis.

Soleh mengangguk setuju, dia tak menyangka jawaban bijak yang keluar bukan tertawaan. Kakek Jiwo senyum-senyum saja melihat hal itu.

KAKEK JIWO
Sayangnya, nama orang ini sesuai dengan perilakunya. Maka susah mencari pesugihan buat dirinya.
DUKUN B
Hmm, orang seperti kamu cari pesugihan saja sudah aneh? Jiwo, apa kamu menjerat dia dengan madu di depan dulu, makanya dia terpaksa mau?
KAKEK JIWO
Hahaha, dia manusia dewasa yang bisa menerima atau menolak.

Soleh menunduk, jelas merasa dimanfaatkan untuk kesekian kali dalam hidup. Dukun B menatap sambil mengangguk maklum.

DUKUN B
Baiklah anak muda. Jiwo membawa kamu ke sini, karena di sini kamu bisa memilih berbagai macam pesugihan tanpa harus bepergian.

Soleh menatap Dukun B, tertarik dengan kata-kata tersebut. Berarti ia dapat segera kembali dalam waktu yang lebih cepat.  

KAKEK JIWO
Iya. Sampeyan bisa pilih sendiri, di sini toserbanya pesugihan. Kalau ada yang dipilih, sampean bisa segera pulang ke keluarga.

Soleh menatap Dukun B penuh harap. Dukun B mengisap vape dan menghembuskan asapnya dengan nikmat, ia kemudian mengeluarka sebuah .. TAB!

Dikutak-katik sebentar tab tersebut, lalu diperlihatkan layarnya pada Soleh. Menampilkan tulisan “Katalog Pesugihan 2022”.

Soleh kebingungan, matanya menuntut penjelasan.

DUKUN B
Jangan bingung anak muda. Kami tidak menolak teknologi. Kami dukun bukan manusia purba. 

Dukun B menunjuk layar tab-nya.

DUKUN B
Silakan pilih-pilih sendiri.

Ada banyak pilihan di situ, ada Babi Ngepet, Tuyul, Monyet, Tali pocong, bulus jimbung.

SOLEH
Babi ngepet dan tuyul tidak akan saya pilih, karena itu mencuri yang bukan hak. Tali pocong harus itu, kan? 

Soleh menatap penuh tanya ke Dukun B.

DUKUN B
Kamu tidak harus membongkar kuburan perawan dan mencuri tali pocongnya sendiri, sudah kami sediakan. Anda tinggal siapkan uang maharnya saja.

Soleh menatap ngeri ke arah Dukun B. Soleh menggeleng kuat-kuat. Ia pun men-scroll puluhan pilihan pesugihan di Tab Dukun B.

SOLEH
Hmm, kalo monyet ini pesugihan, apa?
DUKUN B
Ya, kalau yang ini tidak merugikan orang lain.

Soleh menghela napas lega.

DUKUN B
Anda punya anak?

Soleh tak suka dengan arah pertanyaan ini. Dengan hati-hati ia menjawab.

SOLEH
Punya, memangnya kenapa?
DUKUN B
Pesugihan monyet ini menuntut tumbal anak anda, kalau punya anak lebih dari satu maka harus dikorbankan yang lebih disayang. Anda akan dapat kekayaan, anak anda akan mengabdi di kerajaan siluman monyet.

Soleh ternganga, tak bisa berkata apa-apa. Dukun B mengklik tautan monyet di tab-nya.

Close up gambar di tab memperlihatkan dua bapak-ibu yang sedang mengelus seekor monyet, sementara puluhan monyet lainnya tak mengganggu.

DUKUN B (O.S.)
Tapi tenang, kamu dan istri bisa mengunjunginya di hari-hari tertentu, untuk memberi makanan kesukaannya semasa jadi anak manusia.

Terlihat monyet yang dielus itu sedang makan pizza, tapi terlihat sedih bahkan seperti menangis. Dua bapak itu pun sangat sedih sambil mengusap sayang monyet tersebut.

Soleh pucat, di kepalanya berkelebat bayangan Rumi dan monyet berganti-ganti. Ia menggeleng kuat mengusir bayangan itu di kepalanya.

SOLEH
Tidak. Tolong. Jangan.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar