11.INT. KAFE - PAGI
Soleh sedang bicara serius dengan dua orang lelaki yang tampak semangat. Lelaki 1 seorang dengan perawakan tinggi besar berkemeja rapi menjelaskan brosur yang dipegangnya. Sementara Lelaki 2 berkaus polo shirt tampak lebih muda dan bergaya, matanya seperti orang mengantuk dan agak merah.
Soleh meraih hp-nya siap mentransfer sejumlah uang. Lelaki 1 dan lelaki 2 saling memberikan kode tanpa sepengetahuan Soleh.
CUT TO:
12.INT. RUMAH, TERAS
Supers : 2 bulan kemudian.
Soleh nampak menelepon dengan panik berkali-kali. Berkali-kali pula hanya diterima pesan suara.
Soleh mematikan pesan suara di hp-nya itu dengan tatapan marah.
Arumi menyaksikan dari dalam rumah dengan gundah. Ia ingat kemarin baru saja dapat telpon dari mantan teman sekantornya di Aman & Ah.
Arum ke teras membawakan buah potong dan air putih.
Soleh kaget, wajah marahnya langsung berubah dicerah-cerahkan. Ia pura-pura tersenyum.
Arum tersenyum menyejukkan, dia mengelus kepala Rumi yang tiba-tiba datang ke pelukannya.
Soleh bangga sekaligus geli dengan tingkah anak pertamanya. Ia pun membantu melanjutkan doa tersebut.
Soleh pun menyuapkan buah ke anak sulungnya tersebut disaksikan senyum menguatkan Arum.
CUT TO:
13.EXT. TROTOAR, JEJERAN WARUNG TENDA - PAGI
Soleh terlihat sedang mengobrol dengan seseorang di salah satu warung tenda dengan mesin kopi baru di dalamnya. Bang Ca’ing (30 tahunan) penjaga keamanan (preman) dan Akbar (20 tahunan), yang akan menjadi penjaga kafenya.
Bang Ca’ing segera menyambar amplop tersebut, ia menghitung cepat dengan jari yang dibasahi dengan ludah. Akbar mengintip dari belakang dengan penuh minat.
Bang Ca’ing puas dengan hitungannya. Iya menepuk bahu Akbar, pemuda tanggung di sampingnya.
Soleh melihat pemuda legam bertubuh ceking di depannya. Matanya cerdas tampangnya lumayan, tapi bekas jahitan yang melintang dari pangkal hidung ke pipi kiri membuat tingkat keangkeran wajahnya naik berlipat-lipat. Pemuda itu sibuk mengamati mesin kopi di dalam warung dengan kagum. Mesin kopi yang baru saja dibeli Soleh untuk bisnisnya tersebut.
Soleh nampak tersenyum setelah diingatkan oleh suara ayahnya tercinta.
CUT TO:
14.EXT. TROTOAR, JEJERAN WARUNG TENDA - MALAM
Akbar membantu Bang Ca’ing menguras isi tenda ke dalam pickup. Gelas, cangkir, beragam sendok dan tentu saja mesin pembuat kopi.
Akbar yang mengangkut mesin kopi terdiam, lalu melanjutkan mengangkut mesin kopi tersebut ke pick up sambil mengucap dikhusyu’khusyu’-kan.
Meledaklah tawa dari dua orang tersebut, membuat malam yang sepi jadi terasa meriah.
CUT TO:
15.EXT. TROTOAR, JEJERAN WARUNG TENDA - PAGI
Soleh menuntun Arum yang kehamilannya memasuki bulan ke-3 dengan mesra. Rumi yang sudah mulai bisa membaca berteriak girang melihat papan nama di warung tenda “Kafe Rumi”
Arum dan Soleh tertawa geli melihat tingkah anak pertama mereka. Soleh pun memimpin jalan, masuk ke dalam kafenya dengan bangga dan .. ia ternganga melihat kafe sudah kosong melompong. Yang tersisa hanya sekotak tisu. Arum menatap mata Soleh yang memerah, ia langsung mengelus punggung suaminya.
Soleh susah payah mencoba tersenyum. Arum segera menenangkan anak sulungnya untuk tidak mengganggu Soleh. Di dekat kotak tisu, ada selembar tisu dengan tulisan besar-besar.
“Jadi orang jangan terlalu baik. Suudzon itu perlu karena penipu ada di mana-mana.”
Soleh meremas tisu itu dengan marah. Ditatapnya istri yang hamil susah payah menahan pertanyaan dan kekecewaan anak sulung mereka. Soleh menatap mereka berdua dengan perasaan gagal dan kalah.
CUT TO:
16.INT. RUMAH, KAMAR TIDUR - MALAM
Soleh berada dalam dekapan Arum, ia tampak sangat lelah.
Soleh berkaca-kaca menatap istrinya.
Arum dengan lembut menutup mulut Soleh dengan telunjuknya.
Soleh langsung mendekap erat Arum. Arum mengusap lembut rambut suaminya tersebut.
Kepala Soleh terangkat dari dekapan.
DISSOLVE TO:
FLASHBACK.
17.EXT. WARTEG - SIANG
Soleh sedang menelpon seseorang dengan es teh tawar di hadapannya.
FLASHBACK END.
18.INT. RUMAH, KAMAR TIDUR - MALAM
Soleh menenangkan istrinya yang resah.
Tiba-tiba terdengar gedoran keras di pintu depan.
SFX : DOK! DOK! DOK!
Arumi dan Soleh saling tatap. Rumi kaget dan terbangun lalu menangis. Soleh menenangkan dirinya menuju pintu dengan emosi, sementara Arum dengan cemas menenangkan anak sulungnya yang menangis makin keras.
CUT TO:
19.I/E. RUANG TAMU/PINTU - MALAM
Soleh dengan geram segera membuka pintu. Di luar terlihat tiga preman bertampang seram yang sudah menanti. Di sekitarnya para tetangga menginip dari balik pintu dan jendela.
Preman yang paling depan mencengkeram kerah Soleh. Ia berbisik mengancam ke telinga Soleh.
Terlihat Arumi berlari dari kamar sambil menggendong Rumi yang terus saja menangis. Matanya panik melihat Soleh dicengkram leher bajunya. Si preman segera mengendurkan pegangannya dari baju Soleh.
Wajah preman berkilat mengancam menatap Arum dan Rumi. Ia lalu berbisik pelan ke telinga Soleh. Hingga hanya Soleh seorang yang bisa mendengarnya. Soleh memalingkan wajah tak tahan mencium bau alkohol murahan yang keluar dari preman tersebut.
Soleh segera melepaskan pegangan si preman dengan geram.
Soleh segera menutup pintu lalu menatap istri dan anaknya yang menangis dengan perasaan gagal, malu dan kalah.