Pesugihan Putih
1. #1

1.INT. KANTOR, AULA - SIANG

Suasana kantor auditor yang meriah. Terlihat kue tart besar dengan lilin angka 3. Kamera close up ke Pak Aman (55tahun) yang berpostur gagah dengan rambut putih yang malah menambah ketampanan seperti aktor Richard Gere dan Bu Diah (50 tahun) dengan jilbab modisnya masih menampakkan aura kecantikan.

Keluar nama Pak Aman & Bu Diah di tulisan yang lalu berubah jadi tulisan Aman & Ah yang ada di dinding kantor. Tulisan timbul warna emas itu di bawahnya dilengkapi tulisan lebih kecil, “Auditor Amanah-Terpercaya”.  

Di dinding kantor juga banyak kutipan tentang pentingnya kejujuran (”Jujur Itu Mujur”, “Kerja Amanah, Rejeki Berkah”, dll.)

Pak Aman dan Bu Diah memberi sambutan di depan karyawan yang sudah berkumpul.

PAK AMAN
Terima kasih kepada semua karyawan Aman & Ah yang sudah mendukung kinerja perusahaan. Hingga di tahun ke-3 ini kita bisa memperahankan klien-klien lama kita dan berhasil mendapatkan klien-klien baru yang ber-billing besar. (melirik ke Bu Diah)
BU DIAH
Betul kata Bapak, saya selaku istri sekaligus Direktur Keuangan Aman & Ah dengan sangat bahagia ingin menyampaikan, bahwa tahun ini semua karyawan akan mendapatkan ...

Pak Aman dan Bu Diah memberi jeda seolah pengumuman Indonesia Idol. Mereka saling tatap lalu berkata bersamaan.

PAK AMAN & BU DIAH
... BONUUSS!!!

Maka meledaklah suasana aula kantor tersebut. Semua larut dalam kegembiraan, menyalami Pak Aman dan Bu Diah. Saling tos satu sama lain. Ada juga yang mulai mengambil potongan tart.  

Soleh (27 tahun) pemuda bertampang biasa bertinggi rata-rata orang Indonesia. Intinya tak ada yang membuatnya menonjol di suatu lingkungan. Ia baru saja keluar dengan rambut setengah basah dari mushola kantor yang terletak di sudut aula. Di pojok sempit dekat ruangan fotocopy. Gambar berhenti (freeze) menampilkan tulisan Soleh, Jomblo Reliji

NARATOR
Ini Soleh. Lengkapnya Soleh Insani, artinya manusia yang soleh. Ibunya meninggal saat ia masih balita. Almarhum ayahnya yang seorang pengajar di pesantren adalah guru, ibu sekaligus ayah. Beliau satu-satunya sumber kebenaran yang dipercaya Soleh.  Kata ayahnya, dia diberi nama Soleh biar bisa jadi penjaga diri kalau mau berbuat yang bukan-bukan. Masa’ Soleh minum alkohol, sih? Masa’ Soleh nyari open bo, sih? Sejauh ini lumayan berhasil. Ada perasaan risih dan malu di diri Soleh kalau mau berbuat yang aneh-aneh.

Gambar bergerak lagi. Soleh berseri-seri melihat keramaian tersebut, dia mulai antri dan mengambil potongan tart yang tesaji di piring kecil di meja panjang. Baru saja ia mau memotong tart dengan sendok kecil, terdengar bisikan berlogat sunda dari Arum (25 tahun), gadis manis berjilbab syar’i, karyawati Aman & Ah bagian administrasi.

ARUM
(Agak berbisik)
Kang Soleh, punten Kang. Ini tart-nya pake rum. Ada alkoholnya. Tadi Arum udah nanya ke Mbak Sinta yang beli. Jangan dimakan, ya. Sayang sama sholatnya Akang.

Soleh terpana menatap Arum, pandangan mereka bertemu, Arum menunduk lebih dulu.

NARATOR
Itulah awal pertemuan Soleh dengan Arumi, istrinya. Soleh seperti mendapatkan perhatian Ibu yang dirindukannya pada diri Arumi. Dari rum turun ke Arumi. Dari nasihat bikin hati terpikat.

CUT TO:

2.BEGIN MONTAGE - BEBERAPA LOKASI - SIANG

NARATOR
Soleh menjadikan nasihat ayah sebagai panduan hidupnya.
AYAH (V.O.)
Leh, kalau mau berbuat baik itu jangan ditunda-tunda. Nggak baik.
NARATOR
Soleh pun langsung memastikan Arumi jadi pelengkap hidupnya.

A. Pelaminan - terlihat Soleh dan Arumi bersanding dengan wajah berseri.

B. Rumah - Foto Soleh mengelus perut hamil Arumi.

C. Rumah - Arumi menggendong anak mereka dengan tatapan mesra Soleh.

NARATOR
Setahun menikah mereka mendapat berkah. Anak lelaki yang diberi nama Jalaluddin Rumi.

END MONTAGE

CUT TO:

3.INT. RUMAH - SIANG

Soleh dan Arumi sedang pillow talk. Rumi yang kini sudah usia 5 tahunan tertidur lelap.

ARUM
Akang yakin mau ambil rumah?
SOLEH
Ya kalo nggak diberaniin kita bakal jadi kontraktor seumur hidup, Neng.

Arumi menatap suaminya tak mengerti.

SOLEH
Ya pindah-pindah kontrakan terus maksudnya, Neng.
ARUM
Iihh, Akang mah. Gariing. (sambil mencubit gemas perut Soleh)
SOLEH
Eh, beraninya main cubit. Akang bales loh, ya. (bangkit ke arah istrinya)
ARUM
Ampuuun Kaaang..

CUT TO BLACK.

4.INT. RUANG PERIKSA KEHAMILAN - MALAM

Terlihat Soleh, kini 33 tahun, menggendong Rumi (5 tahun) sementara Arumi, kini 31 tahun, sedang diperiksa kehamilannya oleh Dokter.

NARATOR
Demikianlah, dari joke garing malah jadi hamil anak kedua.

5.INT. KANTOR, RUANG MEETING - SIANG

Soleh sedang mempresentasikan laporan keuangan klien yang sedang diaudit oleh kantor Aman & Ah disaksikan Pak Aman sang owner. Soleh didampingi dua anak buahnya Yudi (27 tahun) dan Nita (21 tahun) serta atasan langsungnya, Pak Sam (40 tahun)

SOLEH
Jadi bisa disimpulkan kalau laporan keuangan mereka mencurigakan, karena ada selisih yang cukup besar antara pemasukan dan pengeluaran. Oleh karena itu ...

Pak Aman terlihat tak nyaman dengan presentasi tersebut, dia menatap tajam Pak Sam.

PAK AMAN
(Mengangkat tangan)
Oke, cukup!
(Menoleh ke arah Pak Sam)
Sam, ini bisa dikondisikan kayak biasa kan? Perusahaan beliau ini kan langganan lama kantor kita, billing-nya besar loh. Jangan sampai kita kehilangan klien gara-gara laporan yang terlalu menyudutkan seperti ini. Diajarinlah anak buahmu ini, nggak semua klien bisa diginiin.
PAK SAM
Bisa kok, Pak. Amanlah itu.

Soleh menatap tak setuju, ia tak suka dengan arah pembicaraan ini tapi tak tahu harus berbuat apa. Nita hanya bisa menunduk, sementara Yudi mengangguk-angguk seolah membenarkan kata-kata pak Aman, khas penjilat atasan.

6.INT. KANTOR, RUANG PAK SAM - SORE

Pak Sam sedang memarahi Soleh disaksikan oleh Yudi dan Nita.

PAK SAM
(Menatap tajam Soleh)
Kan sudah saya bilang ganti. Ganti! Ngerti nggak sih? Pak Aman itu paling gak suka laporan yang ngerugiin klien kayak tadi. Apalagi klien yang loyal dan royal kayak klien yang ini. Udahlah jangan jadi orang paling sok suci kamu.

Soleh memberanikan diri menatap mata Pak Sam, ia mencoba menyampaikan argumentasi.

SOLEH
Maaf, Pak. Tapi laporan saya tidak ada yang salah. Saya hanya mencoba mengamalkan nilai amanah seperti nama perusahaan kita.
PAK SAM
(Sinis)
Sudahlah Pak Soleh. Susah memang urusan sama si paling kuat imannya. 
(Menengok ke Yudi)
Yud, kamu aja deh, beresin laporan ini kayak biasanya ya.
YUDI
Siap, Bos! Beres!
PAK SAM
Oke, project leader-nya untuk klien yang ini kamu aja kalo gitu, Yud.

Yudi mengangguk girang, Soleh hanya bisa menunduk gundah, sementara paras Nita menyiratkan ketidaksetujuannya tapi tak berani berkata apa-apa. Pak Sam menunjuk Nita.

PAK SAM
Kamu anak baru, kan? Bantu Yudi! Di kuliahan pasti nggak ada pelajaran kutak-katik laporan keuangan. Hahahaha.
NITA
(Bergetar)
Tapi Pak, saya ..
PAK SAM
Kamu kalau mau jadi malaikat mending resign ajalah.

Nita tak punya pilihan, ia pun menunduk lalu mengangguk pelan.

NITA
Baik, Pak. Saya bantu mas Yudi.
PAK SAM
Good! Itu baru team player namanya.

Yudi tersenyum penuh kemenangan, sementara Soleh menatap makin resah tak tahu harus berbuat apa.

CUT TO:

7.INT. RUMAH, KAMAR - MALAM

Soleh sehabis sholat dan berdoa belum juga melipat sajadahnya, malah merenung dan melamun. Arum yang masih mengenakan mukenanya datang menghampiri sambil membawakan secangkir kopi hitam panas. Arum tampak kuatir melihat tampang suaminya.

ARUM
Kenapa, Kang? Urusan di kantor lagi, ya?
SOLEH
Iya, Neng. Akang disuruh utak-atik laporan lagi.
ARUM
Itu juga yang bikin Arum dulu resign, Kang. Akang belum dapat panggilan dari kantor auditor yang lain?
SOLEH
(Menghela napas)
Susah, Rum. Umur udah 30-an. Lagian jaman mau resesi gini, banyakan perusahan malah ngurangin pegawai daripada buka lowongan.
ARUM
Ya udah. Bertahan dulu, asal Akang nggak ikut-ikutan. Insya Allah ada jalan-Nya nanti.
SOLEH
Aamiin.

Tiba-tiba wajah Soleh ceria, dia mengeluarkan berkas dari tas kerjanya yang tergantung dekat pintu kamar.

SOLEH
Eh, Akang ada kabar gembira, Neng.
ARUM
Wah, kabar Apa atuh, Kang?

Soleh menyerahkan brosur perumahan ke Arumi, lengkap dengan akad jual-beli yang sudah resmi ditandatangani.

SOLEH
Alhamdulillah. Kredit rumah kita disetujui.
ARUM
Alhamdulillah. Berarti kita harus mulai berhemat nih, Kang. Gak usah makan dan nonton di luar dulu. Cicilan tiap bulannya kan lumayan, Kang.

Arumi pun membaca berkas secara lebih cermat.

ARUM
Kita harus bisa bertahan, 10 tahun! Insya Allah bisa ya, Kang.
SOLEH
Ya insya Allah kan karir Akang nggak mentok di auditor senior aja. Kalau posisi naik kan gaji juga bisa naik. Buat sekatan ini juga masih cukup kok, Neng. Sekali-kali refreshing bolehlah.
ARUM
Akang kalo dibilangin, pokoknya pengeluaran keluarga ini mulai sekarang harus ketat.

CUT TO:

8.INT. KANTOR, RUANG PAK AMAN - SIANG

Suasana tegang. Pak Sam, Soleh, Yudi dan Nita menunduk di hadapan dua pendiri Aman & Ah, Pak Aman & Bu Diah.

BU DIAH 
Keuangan kita sedang ketat. Mulai banyak kantor auditor baru dengan harga bersaing.  
PAK AMAN
Dan mereka berani ngasih bonus macam-macam Bu ke klien.
BU DIAH
Ya. It’s ok. Tapi kita di Aman & Ah tidak bermain di ranah itu. Kita harus tetap amanah. Kejujuran itu ruh dari perusahaan ini.

Pak Aman tidak melanjutkan perdebatan, karena tidak ada dukungan dari karywan di depannya. Sesungguhnya Pak Sam dan Yudi ingin membela, tapi mereka belum tahu seberapa kuat posisi pak Aman di hadapan istrinya.

BU DIAH
Oke, saya lanjutkan. Karena persaingan ketat, keuangan perusahaan juga makin ketat.
(Menghela napas berat)
Maka dari itu perusahaan dengan berat hati, terpaksa melakukan restrukturisasi agar bisa tetap bertahan. Semua departemen terpaksa kami kurangi jumlah personilnya. Termasuk anggota tim ini harus dirampingkan agar cash flow perusahaan tetap berjalan.

Tak ada yang bersuara. Hanya terdengar suara helaan napas berat dari beberapa orang dan isakan tertahan dari Nita.

Bu Diah berdiri sambil bicara ke para karyawan dan suaminya.

BU DIAH
Oke, itu saja dari saya. Untuk selanjutnya saya serahkan pada Pak Aman.

Bu Diah pun keluar ruangan dengan anggun. Begitu pintu tertutup, Pak Aman seperti mendapakan kekuatannya lagi. Ia menatap ke arah Pak Sam dengan tampang ditegas-tegaskan.

PAK AMAN
Sam, sebelum jam pulang nanti harus sudah diputuskan ya, siapa yang harus di-cut. Tenang saja, siapapun nanti orangnya, saya dan Bu Diah memastikan akan mendapatkan pesangon yang pantas dan dipenuhi semua hak-haknya sebagai pekerja.

Isakan Nita makin keras terdengar, sementara Soleh menatap Pak Sam dengan cemas. Yudi menunduk. Mereka semua berharap bukan dirinya yang dipilih.

9.INT. KANTOR, RUANG PAK SAM - MALAM

Soleh menunduk resah di hadapan Pak Sam yang bergaya sok bijak.

PAK SAM
Pesangon enam bulan gaji akan ditransfer besok oleh bagian HRD, ya. Saya berat memutuskan ini. Kami; saya, Pak Aman dan Bu Diah memilih Pak Soleh karena kamu yang paling banyak pengalaman, jadi pasti paling gampang dapat kerja lagi.

Soleh menggeleng lemah, sama sekali tidak menyetujui argumen tersebut. Argumen yang hanya sampai di pikirannya saja.

SOLEH (V.O.)
Tapi saya juga satu-satunya anggota tim yang sudah berkeluarga dan sudah mau punya dua anak. Yang lain kan masih single?

Sopan santun Soleh membuat diam, membiarkan suara itu hanya mampir di kepalanya saja. Pak Sam melihat hal itu sebagai sebuah persetujuan.

PAK SAM
Kalau sudah tidak ada apa-apa lagi. Pak Soleh tolong tanda tangani surat pengunduran diri ini. Lebih baik mengundurkan diri, kalau dipecat nggak bagus kelihatannya di CV Pak Soleh nanti.  

Soleh mengangguk pelan dan menandatangani berkas yang diberikan Pak Sam.

PAK SAM
Oh ya, kunci mobil perusahaan dan kartu untuk pintu masuk kantor tolong ditinggalkan, ya. Laptop juga data-datanya jangan diapa-apakan, nanti biar bagian IT dan Yudi yang urus.

Soleh tak menjawab apa-apa. Dengan lemas ia menaruh kunci mobil di atas meja, melepas gantungan kartunya, menyerahkan semuanya tanpa suara ke arah Pak Sam. Tanpa bicara ia meninggalkan kantor.

CUT TO:

10.INT. RUMAH, TERAS - PAGI

Kopi hitam manis jambu dan roti tawar kesukaan Soleh, mentega campur gula pasir, di atas meja tak tersentuh sama sekali. Arum merengut sambil menyuapi Rumi.

ARUM
Kok nggak dimakan, Kang? Ngopi juga, nggak?
SOLEH
Waduh, Akang lupa bilang, Neng. Akang mau mulai puasa senin kamis.
ARUM
Loh, ini kan hari Rabu, Kang?
SOLEH
Oh, iya. Ya, puasa Daud deh kalo gitu.
ARUM
Besok-besok bilang atuh ke istrinya kalau mau puasa. Biar bisa disiapin sahur. Biar Neng bisa ikutan puasa juga.

Soleh tersenyum menatap istrinya yang merengut menggemaskan. Ia berdiri siap berangkat. Diciumnya perut Arum.

SOLEH
Ayah, jalan dulu ya, Dek. Bilang ke Mamah jangan sering marah-marah nanti cantiknya nambah.

Arumi bersemu merah dicubitnya Soleh dengan gemas. Soleh juga mengusap kepala Rumi yang sedang asik makan. Arumi mencium tangan Soleh yang sudah membawa tas kerja dan siap berangkat. Soleh meraih helm di meja menuju motor putihnya. Arumi baru sadar, halaman rumah mereka kosong melompong tanpa mobil.

ARUM
Loh, mobil ke mana, Kang?

Soleh sempat terdiam sebentar lalu tersenyum teringat nasihat ayahnya.

AYAH (V.O.)
Bohong untuk kebaikan rumah tangga itu nggak apa-apa. Misal masakan istri kamu keasinan, tetap kamu habiskan sambil tersenyum.
SOLEH
Oooh, lagi dibenerin dulu sama orang kantor, Neng. Naik si bodas dululah sementara.

Soleh menaiki motor putihnya dan membunyikan klakson sebagai tanda pamit.

SOLEH
Assalammualaikum!..
ARUM
Wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.

Arum melepas kepergian suaminya dengan tatapan gundah.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Bagus ceritanya👍😊
1 tahun 6 bulan lalu
Judulnya aja udah menarik banget. Pas baca halaman satu, mantep banget sih eksekusi skripnya. Memang orang yang punya karir sebagai penulis, beda sekali cara menuliskan skrip ketimbang orang awam.
1 tahun 10 bulan lalu