INT. RUMAH GEDHEK ZAHRA, BAPAK, TIA — NIGT
ZAHRA MASUK MENYALAKAN LAMPU. SAKLAR YANG IA TEKAN BERADA DISAMPING KALENDER, PANDANGANNYA TERHENTI PADA SUSUNAN ANGKA KALENDER (teringat tagihan listrik yang harus dibayar).
Tia (6)
Kakak...
SAPAAN YANG SELALU ZAHRA TUNGGU DARI ADIKNYA. MATA KANTUKNYA SELALU MENYAMBUT KEDATANGAN DI LARUT MALAM. TIA SELALU BERUSAHA TIDUR AGAR TIDAK LAPAR.
Zahra (12)
Ini Kakak bawain makanan buat kamu sama Bapak
Tia (6)
Wah... apa ini Kak? Adik kan sudah tidur tadi, sudah tidak lapar kok. Tapi...Kakak kenapa ? gemetar kedinginan? Kakak dari mana?
PR YANG SEBENARYA HARUS CEPAT DISELESAIKAN ZAHRA ADALAH PERTANYAAN DARI ADIKNYA ITU SENDIRI. SETIAP PULANG MALAM HARUS ADA ALASAN-ALASAN LENGKAP DAN MEYAKINKAN ADIKNYA YANG SEDANG SUKA-SUKANYA MENIRU. DI KONDISI SEPERTI INI ZAHRA(12) HARUS MEMBERIKAN CONTOH KEPADA ADIKNYA DALAM SEGALA HAL DENGAN KEBAIKAN.
BAPAKNYA KELUAR DARI KAMAR DENGAN MATA SAYU
Bapak (50)
Sudah-sudah. Tia tidur ya... sudah malam.
Zahra (12)
Tapi Pak (Sambil mengangkat plastik berisi makanan yang Ia beli)
Bapak (50)
Husss... (mendekatkan telunjuknya ke hidung)
BAPAK MENGANTAR TIA MASUK KAMAR
Bapak (50)
Bagaimana? (mengangkat alisnya dengan raut wajah menyimpan tanya)
Zahra (12)
Sudah (dialog mereka dilanjutkan tanpa suara, hanya gerakan tangan dan wajah TAKJUB antar keduanya, gambaran informasi telah ketemu dengan wanita yang dimaksud bapaknya)
EXT. TUGU PETORAN SURAKARTA SAMPAI JALAN GAPURA KAMPUS ISI SURAKARTA ZAHRA, MAS BOY, BU LASTRI — NIGHT
DIULANG-ULANG (TIMELAPSE) PENGGAMBARAN RUTINITAS SETIAP HARI ZAHRA. DIAKHIRI DENGAN SLOWMOTION PADA PERISTIWA PERTEMUANNYA DENGAN WANITA PNS LAGI DI ANGKRINGAN MAS BOY.
SEPERTI BAGIAN PERTAMA DI MALAM YANG DINGIN DAN SEPI MASA PANDEMI. ZAHRA DATANG LAGI DENGAN BADAN YANG BASAH TERGUYUR HUJAN. MALAM INI IA LEBIH PUCAT, SUARANYA TAK LANTANG DAN MERDU SEPERTI BIASANYA. SUDAH ADA WANITA PNS DENGAN SERAGAM YANG MASIH IA KENAKAN. ZAHRA DATANG MENDEKAT DENGAN KANTONG KOSONG. MALAM INI MEMANG KEJAM DAN SANGAT KERING DI KANTONG. KEBANYAKAN ORANG-ORANG LEBIH MEMILIH TAKE AWAY DARIPADA HARUS BERURUSAN DENGAN SATPOL PP YANG SELALU PATROLI. SUARA SANDAL BUTUT MENDEKATI ANGKRINGAN.
Bu Lastri (38)
Jahe ya Mas, aja legi-legi. biasa
Mas Boy (30)
Siap Bu... loh kowe ngapa Ra? (melihat Zahra yang pucat dan mata berat diangkat)
BU LASTRI YANG MENGULURKAN TANGANNYA MEMBERIKAN UANG KERTAS BEWARNA BIRU MENOLEH KE MAS BOY.
Bu Lastri (38)
loh sampeyan kenal Adike Mas?
Zahra (12)
Maturnuwun Bu... maturnuwun sanget, mugi Ibu diberikan kesehatan, rejeki lancar, banyak berkah
Mas Boy (30)
Ya mesti kenal Bu. Lha adike saben dinten mriki.
Bu Lastri (38)
Nama adik siapa?
Mas Boy (30)
Zahra Bu
Bu Lastri (38)
Heh aku i takon adike Mas, kowe ki iyik wae
Zahra (12)
Kula Zahra Bu, ibu Lastri Kan?
Bu Lastri (38)
Loh kok kamu tahu ?
Zahra (12)
(Wajah kebingungan mencari alasan karena keceplosan) Anu Bu... anu itu kan ada nametag Ibu hehehe
Bu Lastri (38)
Ealah pintere... rumah kamu di mana ta Ndhuk?
Zahra (12)
Caket kok Bu. Namung jebres ngriku
Bu Lastri (38)
Sudah makan apa belum ?kok mukanya sampai pucat gitu?
Zahra (12)
Anu Bu...
Mas Boy (30)
Sepi Ra? Wis ta jikuka sega karo gorengan sak cukupmu. Santai wae mumpung aku lagi apikan (caper pada Bu Lastri yang cantik)
Bu Lastri (38)
Mas tulung bungkusna adike iki, pengine apa jupukna. Nanti aku yang bayar.
Zahra (12)
Jangan Bu. Masih ada kok kalau cuma buat beli nasi. Nasi dimakan sama sambelnya juga sudah enak kok
Bu Lastri (38)
Husss. Sudah nurut Ibu aja. Ayo mas kok malah ndomblong(bengong). Ngomong-ngomong bapak kamu di mana Ndhuk?
Zahra (12)
Di rumah Bu
Bu Lastri (38)
(Wajah kaget dan penuh emosi) di rumah? Lalu Ibumu dimana...? (Belum selesai, langsung dijawab Zahra).
Zahra (12)
Ibu sudah tidak ada Bu
MEMBAWA INGATAN(yang diceritakan) PADA PERISTIWA IBUNYA YANG TERSAMBAR TRUCK KETIKA MENGANTARNYA KESEKOLAH. TERPENTAL JALAN YANG SANGAT RUSAK, KARENA BERADA DIBELAKANG, IBUNYA TERJATUH DARI MOTOR. BAPAKNYA SANGAT MERASA BERSALAH ATAS KEJADIAN ITU. IA TIDAK BISA MENGHINDAR DARI LUBANG YANG TAK TERDUGA ITU.
Bu Lastri (38)
Aduh maaf ya Ndhuk. Terus bapak kerja apa Ndhuk?
Zahra (12)
Mmmm anu Bu
Mas Boy (30)
Ini jadinya dibawan pulang atau dibungkus?
Bu Lastri (38)
Heh sama aja ta Mas
Mas Boy (30)
Eh iya ya. Maksudnya dimakan sini atau dibawa pulang?
Bu Lastri (38)
Lah Mas lagi ngobrol ki lho. Oh iya Ndhuk, kamu nanti pulang sama Ibu saja.Tak anter sampai rumah wis.
Zahra (12)
(Matanya bersinar, namun segera Ia tutupi lagi) tidak usah Bu, kata Bapak jangan sekali-kali merepotkan orang lain.
Bu Lastri (38)
Husss nurut sama Ibu. (Bu Lastri memencet kunci mobilnya
INT. MOBIL BU LASTRI, ZAHRA — NIGHT
MEREKA BERDUA MENUJU MOBIL MERAH YANG DIPARKIRKAN DIPINGGIR JALAN. ZAHRA BERLAGAK TIDAK PERNAH NAIK MOBIL SETELAH BU LASTRI MEMBUKAKAN PINTU.
PEMANDANGAN DARI DALAM MOBIL MENUJU RUMAH ZAHRA YANG TAK BEGITU JAUH DARI IA MENGAMEN.
SAMPAI PADA DI DEPAN GANG SEMPIT YANG TIDAK MUAT DIMASUKI MOBIL. HANYA CUKUP UNTUK BERSIMPANGAN MOTOR SAJA.
BU LASTRI MENGANTAR SAMPAI DEPAN RUMAH. TERNYATA DARI JAUH PAK MUJI SUDAH GELISAH DI DEPAN RUMAH. MENGETAHUI HAL ITU, ZAHRA SEGERA LARI.
EXT. GANG SAMPAI RUMAH ZAHRA,BU LASTRI, BAPAK(PAK MUJI), TIA — NIGHT
Bapak (50)
Ealah Ndhuk...Ndhuk... kamu dari mana saja kok baru pulang?
Zahra (12)
Maaf Pak. Zahra tadi ngobrol dulu di angkringan. Ini Zahra bawa untuk Tia dan Bapak
Bapak (50)
Eling Ndhuk, elinga. Pancen awakdhewe iku wong susah. tapi jangan ngrepotin orang terus. Maaf ya Bu jika anak saya...
BIBIRNYA MACET KETIKA PANDANGANNYA MENOLEH KE BU LASTRI. PAK MUJI/BAPAK LEMAS DAN TIDAK BISA BERKATA-KATA.
Bapak (50)
Dhiyah...Dhiyah...Dhiyah (tangisnya pecah)
Zahra (12)
Sudah Pak sudah...
Bu Lastri (38)
Aduh... maaf Pak
BU LASTRI BERUSAHA MENENANGKAN, DUDUK DI DIPAN DAN TERUS MENEMANI SAMPAI TENANG. DI LANJUTKAN OBROLAN KECIL.
Bapak (50)
Maaf ya Bu. Anak saya merepotkan, malah Ibu harus mblusuk-mblusuk sampai sini.
Bu Lastri (38)
Ah tidak Pak, sekalian pulang Kok
Bapak (50)
Lha rumah Ibu daerah mana ?
Bu Lastri (38)
Palur Pak hehehe
Bapak (50)
Yahh itu tidak searah Bu hadeh. Mana ada dari ISI ke Palur lewat rel Jebres
Bu Lastri (38)
Halah Pak, kan masi dekat. Lha wong saya juga gak buru-buru kok
Bapak (50)
Jam segini tidak buru-buru Bu? Apa gak dicari sua....
Bu Lastri (38)
Suami saya sampun seda Pak(Bayangan masa lalu Bu Lastri yang ditinggal tugas oleh suaminya setelah menikah, ternyata pesawat yang membawanya jatuh sebelum sampai di lokasi tugas)
Bapak (50)
Saya tidak bermaksud Bu
Bu Lastri (38)
Halah tidak apa Pak, sudah lama kok
Dilanjutkan obrolan panjang tanpa suara yang dimulai dengan senyum Pak Muji
TIBA TIBA LEWAT SEORANG PRIA DENGAN SETELAN PAMIT PULANG KEPADA PAK MUJI. MELIHAT PRIA ITU, BU LASTRI MEMANDANG DENGAN TATAPAN BINGUNG
Bu Lastri (38)
Saya pamit pulang dulu ya Pak. Oh iya kalau boleh, Zahra dan adiknya besuk saya anter ke sekolah, bagaimana Pak? Saya kasihan sama anak-anak kalau harus jalan kaki setiap hari. Kan jauh pak.
Bapak (50)
Waduhh jangan Bu. Tidak usah repot-repot, Ibu sudah banyak direpotkan Zahra hari ini. Napa nggih patut Bu kula niki namung sinten ta?
Bu Lastri (38)
Tidak Pak, santai mawon. Hitung-hitung penawar mimpi saya punya anak yang pupus karena takdir itu. Saya senang kalau dekat dengan anak Pak. IjinKan saya Pak. Tapi kalau tidak boleh ya sudah Pak.
Bapak (50)
Baiklah Bu, kalau memang keinginan Ibu seperti itu. Tapi tetap saja saya tidak enak Bu
Bu Lastri (38)
Saya pulang dulu Pak. Gak enak sama tetangga.
Bapak (50)
Mari Bu saya antar ke gang
PERJALANAN MENUJU GANG MELEWATI BAPAK-BAPAK YANG SEDANG MERONDA
EXT. GANG KECIL MENUJU KELUAR PAK MUJI, BU LASTRI, LIK KASWI — NIGHT
Lik Kaswi (50)
Ealah Ji arep menyang ngendi wengi-wengi kaya ngene? Gek karo sapa iku? mbok anyare Zahra?
Bapak (50)
ngawur yen ngomong hisss
Bu Lastri (38)
Pareng Pak...
Didepan gang Pak Muji melambaikan tangan ke arah mobil yang mulai berjalan.