Perjalanan Dinas (Bagian 3: Persinggahan Terakhir)
13. JAKARTA - 2

81. (JAKARTA) INT. KAFE - DAY


ESTABLISH bagian dalam sebuah kafe. Siang itu, kafe tidak terlalu penuh. Lebih banyak tempat yang kosong. Hanya dua tempat yang ada orangnya, salah satunya adalah yang ditempati Bu Ning dan Christie. Meja yang terisi satu lagi diduduki dua orang pria muda.

Seorang pelayan (laki-laki, 20 tahunan) datang dan membawakan dua cangkir berisi minuman. Secangkir teh untuk Bu Ning dan kopi susu untuk Christie.


BU NING
Terima kasih, Mas.

PELAYAN
Sama-sama, Bu.


Pelayan itu kemudian pergi.

Bu Ning menatap Christie yang tampak menunduk dengan raut wajah tidak bersemangat.


BU NING
Sehat, Chris?


Christie menengadah menatap Bu Ning, lalu mengangguk pelan.


BU NING
Tampang kamu kayak capek banget.

CHRISTIE
Baru pulang dari dinas luar, Bu. (tersenyum, lalu menyeruput sedikit kopinya) Bu Ning ada acara apa? Tumben main ke kantor?

BU NING
Ada reuni pensiunan. (tertawa kecil) Kangen juga lama nggak ketemu teman-teman. (melirik Christie) Sekalian nengok ruangan terakhir saya juga.


CUT TO


82. (JAKARTA) INT. KAFE - DAY


Suasana kafe masih terasa sepi. Hanya ada suara televisi yang menyala dengan tayangan berita.


CHRISTIE
Ruangan terakhirnya udah bubar, Bu. (tersenyum getir)

BU NING
(menatap Christie) Saya juga sudah mendengar kabar beritanya. Sejak presiden baru terpilih, banyak hal yang berubah.


Dua orang yang duduk di tempat satunya lagi berdiri dan keluar.


PELAYAN
Terima kasih, Kak.


Bu Ning menatap ke kedua orang pengunjung yang keluar itu.


CHRISTIE
Saya gagal, Bu. (pelan, menunduk)


Pandangan Bu Ning beralih ke Christie. Christie tampak menunduk, kemudian menutup wajahnya dan menelungkup. Pundaknya tampak sedikit terguncang.


CUT TO


83. (JAKARTA) INT. KAFE - DAY


Televisi di kafe tampak menyala dengan tayangan berita. Sayup-sayup terdengar suara Presiden berbicara kepada wartawan.


PRESIDEN (OS)
Dengan selesainya pembentukan nomenklatur lembaga dan instansi yang terbentuk saat ini, saya pikir pemerintahan sudah mulai bisa berjalan dengan efektif.


Christie perlahan menegakkan kembali punggungnya. Tampak matanya merah karena sembab. Ia menyeka matanya dengan tangan.

Bu Ning mengeluarkan sebungkus tisu dan menyodorkannya ke hadapan Christie.

Christie mengambil selembar, lalu menggunakannya untuk mengelap wajahnya.

Bu Ning memegang pundak Christie, menatapnya, dan tersenyum.


BU NING
Kamu sudah melakukan yang terbaik, Chris.

CHRISTIE
Saya hanya melaksanakan perintah. Tapi … kenapa semuanya malah jadi kacau? (menggeleng) … bahkan Fitra…. (terputus, menghela napas, kembali mengusap mata lalu menengadah dan menatap Bu Ning) Apalagi yang harus saya lakukan?

BU NING
(kembali tersenyum) Lakukanlah yang menurutmu perlu dilakukan. (menggenggam tangan Christie) Kamu pasti bisa. (menepuk pundak Christie)


Christie kembali menunduk. Air matanya kembali tumpah.

Bu Ning merangkul Christie.


ESTABLISH suasana dalam kafe yang sepi. Sayup-sayup terdengar suara pembawa acara berita di televisi.


PEMBAWA ACARA (OS)
Demikian yang dapat kami sampaikan….


CUT TO


84. (JAKARTA) INT. KANTOR-RUANG RAPAT - DAY


ESTABLISH suasana di ruang rapat utama. Tampak meja melingkar berbentuk “U” di tengah-tengah ruangan dengan interior desain yang terkesan mewah.

Beberapa pejabat tinggi sudah hadir. Termasuk Ferdi, juga Pak Menteri. Ferdi tampak celingukan, sesekali ia memeriksa ponselnya.


PAK MENTERI
Sudah hadir semua, ya? Kita bisa mulai.

FERDI
Izin, Bapak.


Seisi ruangan menoleh.


FERDI (CONT’D)
Saya masih menunggu Bu Christie.

PAK MENTERI
Oh, iya … iya. Tentu saja. Dia yang akan memimpin penyusunan reorganisasi badan pengganti Ditjen Perencanaan Wilayah, ya?


Terdengar suara pintu dibuka.

Seisi ruangan menoleh.

Christie masuk ruangan. Sorot matanya tampak canggung. Ia kemudian mengambil tempat duduk di samping Ferdi.


FERDI
Nah, ini yang ditunggu, Pak.


Christie hanya menunduk. Tampak sedikit keraguan di wajahnya, tetapi ia tampak berusaha untuk tegar.


CHRISTIE
Izin, Pak. Mohon maaf sebelumnya.


Seisi ruangan kembali menoleh dan menatap Christie.


CHRISTIE
Saya … (mengedarkan pandangan) rasanya tidak bisa melanjutkan ini. (menunduk)


Terdengar gumaman di ruangan. Beberapa orang tampak mengernyit.

Ferdi sendiri tampak terkejut.


FERDI
Maksudnya bagaimana, Bu Christie?


Christie menatap Pak Menteri. 


PAK MENTERI
Silakan kalau ada yang mau disampaikan, Bu Christie.


Christie menghela napas, seperti berusaha menguatkan dirinya sendiri. Lalu tersenyum.


DISSOLVE TO


85. (JAKARTA) INT. KANTOR - DAY


Christie berjalan menyusuri lorong di gedung yang dulu ditempatinya. Kini, lorong itu terasa sepi. Pintu-pintu semuanya tertutup. Papan-papan nama yang tertempel di depan pintu pun sudah dicopot. Beberapa ordner dan map berisi kertas yang sepertinya tidak terpakai tampak ditaruh begitu saja di pinggir lorong.

Langkah Christie terhenti di depan sebuah ruangan. Sama seperti ruangan lainnya, pintunya pun sudah bersih dari papan nama.

Christie tampak menghela napas sebentar, kemudian tangannya memutar kenop dan membuka pintu.

WIDESHOT ruangan yang sudah kosong melompong. Sudah tidak ada lagi barang yang tersisa. Bahkan, partisi-partisinya pun sudah dibongkar.

Christie tampak termenung beberapa saat. Kemudian, ia kembali menutup pintu.


FADE OUT


DISSOLVE TO


86. (JAKARTA) INT. KANTOR - DAY


Di sebuah ruangan kerja yang luas, Alfi tampak sibuk memilah-milah berkas. Ruangan tampak masih berantakan.


ALFI
Ini berkas apaan lagi, sih? Taruh dimana, ya?


Pak Iwan yang juga tengah memilah berkas pun menoleh. Ia kemudian mengambil berkas yang disodorkan, kemudian memberikannya lagi kepada Alfi.


PAK IWAN
Kumpulkan di sini saja dulu. (memberikan sebuah ordner) Nanti kita pilah-pilah lagi.

ALFI
Pindah kantor ribet. (mengambil ordner, lalu memasukkan beberapa berkas ke dalamnya) Padahal cuma nyeberang gedung. Tapi surat-surat sama berkas-berkas jadi nggak keruan gini. Mesti dicari lagi.

CHRISTIE
(muncul tiba-tiba) Tapi surat susulan yang ada nama saya waktu itu udah dikirim, kan?


Alfi menoleh. Kemudian tersenyum lebar.


ALFI
Eh, Bu Christie! (berdiri dan menghambur memeluk Christie) Duduk, Bu. (menyodorkan sebuah kursi)


Christie tersenyum, lalu duduk.


PAK IWAN
(memutar kursinya hingga menghadap Christie) Wah, ada mantan Bu Bos. Tapi nggak ada minuman, nih. Nggak ada makanan juga. Lagi pada pengiritan. Gaji belum turun gara-gara sistemnya belum sinkron.


Christie tertawa.


PAK IWAN
Mbak Christie sekarang di mana, sih?

CHRISTIE
Saya di Ditjen 1. Di ditjen sebelah. (PAUSE) Saya udah nggak ngurusin kepegawaian lagi.


Pak Iwan tampak tersenyum. 


CHRISTIE
Tugas saya untuk mengawal perpindahan Ditjen Perencanaan Wilayah ke kementerian baru selesai sudah. (terdiam, seperti memikirkan sesuatu)


CUT TO


87. (JAKARTA) INT. KANTOR - DAY


Alfi tampak sibuk mencari sesuatu di meja kerjanya. Christie menatapnya sambil duduk berhadapan dengan Pak Iwan di ruangan yang masih berantakan itu.


PAK IWAN
Senang, dong?

CHRISTIE
Kenapa?

PAK IWAN
Bukannya Mbak Christie udah lama pengen balik lagi ke kerjaan teknis?

CHRISTIE
(tertawa) Saya udah nggak terlalu memikirkan itu. (PAUSE) PNS, kan, harus bersedia ditempatkan di mana saja.


Pak Iwan tersenyum getir.


CHRISTIE (CONT’D)
… dan diperlakukan apa saja.


Kali ini Pak Iwan tersenyum sinis.


CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar