81. (JAKARTA) INT. KAFE - DAY
ESTABLISH bagian dalam sebuah kafe. Siang itu, kafe tidak terlalu penuh. Lebih banyak tempat yang kosong. Hanya dua tempat yang ada orangnya, salah satunya adalah yang ditempati Bu Ning dan Christie. Meja yang terisi satu lagi diduduki dua orang pria muda.
Seorang pelayan (laki-laki, 20 tahunan) datang dan membawakan dua cangkir berisi minuman. Secangkir teh untuk Bu Ning dan kopi susu untuk Christie.
Pelayan itu kemudian pergi.
Bu Ning menatap Christie yang tampak menunduk dengan raut wajah tidak bersemangat.
Christie menengadah menatap Bu Ning, lalu mengangguk pelan.
CUT TO
82. (JAKARTA) INT. KAFE - DAY
Suasana kafe masih terasa sepi. Hanya ada suara televisi yang menyala dengan tayangan berita.
Dua orang yang duduk di tempat satunya lagi berdiri dan keluar.
Bu Ning menatap ke kedua orang pengunjung yang keluar itu.
Pandangan Bu Ning beralih ke Christie. Christie tampak menunduk, kemudian menutup wajahnya dan menelungkup. Pundaknya tampak sedikit terguncang.
CUT TO
83. (JAKARTA) INT. KAFE - DAY
Televisi di kafe tampak menyala dengan tayangan berita. Sayup-sayup terdengar suara Presiden berbicara kepada wartawan.
Christie perlahan menegakkan kembali punggungnya. Tampak matanya merah karena sembab. Ia menyeka matanya dengan tangan.
Bu Ning mengeluarkan sebungkus tisu dan menyodorkannya ke hadapan Christie.
Christie mengambil selembar, lalu menggunakannya untuk mengelap wajahnya.
Bu Ning memegang pundak Christie, menatapnya, dan tersenyum.
Christie kembali menunduk. Air matanya kembali tumpah.
Bu Ning merangkul Christie.
ESTABLISH suasana dalam kafe yang sepi. Sayup-sayup terdengar suara pembawa acara berita di televisi.
CUT TO
84. (JAKARTA) INT. KANTOR-RUANG RAPAT - DAY
ESTABLISH suasana di ruang rapat utama. Tampak meja melingkar berbentuk “U” di tengah-tengah ruangan dengan interior desain yang terkesan mewah.
Beberapa pejabat tinggi sudah hadir. Termasuk Ferdi, juga Pak Menteri. Ferdi tampak celingukan, sesekali ia memeriksa ponselnya.
Seisi ruangan menoleh.
Terdengar suara pintu dibuka.
Seisi ruangan menoleh.
Christie masuk ruangan. Sorot matanya tampak canggung. Ia kemudian mengambil tempat duduk di samping Ferdi.
Christie hanya menunduk. Tampak sedikit keraguan di wajahnya, tetapi ia tampak berusaha untuk tegar.
Seisi ruangan kembali menoleh dan menatap Christie.
Terdengar gumaman di ruangan. Beberapa orang tampak mengernyit.
Ferdi sendiri tampak terkejut.
Christie menatap Pak Menteri.
Christie menghela napas, seperti berusaha menguatkan dirinya sendiri. Lalu tersenyum.
DISSOLVE TO
85. (JAKARTA) INT. KANTOR - DAY
Christie berjalan menyusuri lorong di gedung yang dulu ditempatinya. Kini, lorong itu terasa sepi. Pintu-pintu semuanya tertutup. Papan-papan nama yang tertempel di depan pintu pun sudah dicopot. Beberapa ordner dan map berisi kertas yang sepertinya tidak terpakai tampak ditaruh begitu saja di pinggir lorong.
Langkah Christie terhenti di depan sebuah ruangan. Sama seperti ruangan lainnya, pintunya pun sudah bersih dari papan nama.
Christie tampak menghela napas sebentar, kemudian tangannya memutar kenop dan membuka pintu.
WIDESHOT ruangan yang sudah kosong melompong. Sudah tidak ada lagi barang yang tersisa. Bahkan, partisi-partisinya pun sudah dibongkar.
Christie tampak termenung beberapa saat. Kemudian, ia kembali menutup pintu.
FADE OUT
DISSOLVE TO
86. (JAKARTA) INT. KANTOR - DAY
Di sebuah ruangan kerja yang luas, Alfi tampak sibuk memilah-milah berkas. Ruangan tampak masih berantakan.
Pak Iwan yang juga tengah memilah berkas pun menoleh. Ia kemudian mengambil berkas yang disodorkan, kemudian memberikannya lagi kepada Alfi.
Alfi menoleh. Kemudian tersenyum lebar.
Christie tersenyum, lalu duduk.
Christie tertawa.
Pak Iwan tampak tersenyum.
CUT TO
87. (JAKARTA) INT. KANTOR - DAY
Alfi tampak sibuk mencari sesuatu di meja kerjanya. Christie menatapnya sambil duduk berhadapan dengan Pak Iwan di ruangan yang masih berantakan itu.
Pak Iwan tersenyum getir.
Kali ini Pak Iwan tersenyum sinis.
CUT TO