Perjalanan Dinas (Bagian 3: Persinggahan Terakhir)
9. YOGYAKARTA - 2

57. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL - DAY


Fitra tampak menatap tajam Ferdi. Ekspresi wajahnya tidak menyiratkan rasa takut ataupun sungkan, sebaliknya justru terlihat menantang.


FERDI
Berterima kasihlah pada Pak Menteri. Meski kamu bukan lagi stafnya, beliau masih mau membantu untuk kasusmu. Beliau memang orang yang sangat luar biasa. (mengulurkan tangan hendak bersalaman dengan Fitra)

FITRA
Saya akan lebih senang jika beliau berjuang untuk mempertahankan saya, dan teman-teman ditjen lainnya, tetap di Kementerian Infrastruktur. (berkata dingin, menatap dingin Ferdi, dan tidak menyambut salamannya)


Ferdi tampak terkejut dengan sikap yang ditunjukkan Fitra. Ia pun menarik tangannya. Sorot matanya berubah tajam menatap Fitra.


FERDI
Kalau kamu merasa diri sebagai orang Kementerian Infrastruktur, bersikaplah seperti orang Kementerian Infrastruktur.

FITRA
(menjawab cepat) Dengan tidak memilih-milih tempat dan bersedia ditempatkan di mana saja? (nada suara dingin) Seperti … Anda, maksudnya? Yang bersedia … TETAP dipertahankan di Kementerian Infrastruktur? (tersenyum sinis)


Gya melirik Christie. 

Christie tampak diam saja. Ia tidak berusaha mencegah Fitra.


FERDI
Setidaknya, tolong tunjukkan rasa terima kasih karena kamu tidak jadi dipenjara….

FITRA
(memotong) Saya ingin bertemu Pak Menteri.


Christie memandang Fitra dengan terkejut.


FITRA
Tenang. Jangan khawatir. Saya bukan ingin melobi. Saya hanya ingin berterima kasih kepada beliau. (tersenyum sinis) Lagipula, saya siapa? Saya bukan siapa-siapa. Saya cuma staf rendahan. Saya bukan orang yang bisa membelokkan keputusan. Saya cuma bisa menerima apa yang diputuskan orang lain untuk saya. Ya, kan?


Ferdi menatap tajam Fitra.

Gya menatap Fitra dengan khawatir. Begitu juga dengan Christie.


FERDI
(masih menatap tajam Fitra) Pengacara yang akan membela kamu, itu atas rekomendasi saya.

FITRA
(menatap Ferdi tanpa ekspresi takut) Terima kasih. (nada suara datar)


DISSOLVE TO


58. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL-RUANG RAPAT - DAY


Ruang rapat yang luas ini terasa sepi. Di ruangan hanya ada tiga orang, yaitu Christie, Fitra, dan Menteri Infrastruktur.

Pak Menteri Infrastruktur tampak menatap Fitra dan Christie.

Fitra tampak sedikit menunduk.

Christie sesekali melirik Fitra.


MENTERI INFRASTRUKTUR
Masalahmu sudah selesai, kan?

FITRA
(mengangguk) Mungkin saya akan dikenakan wajib lapor. Entah, Pak. Saya kurang tahu juga.

MENTERI INFRASTRUKTUR
Kami akan menyediakan bantuan hukum untuk kamu.

FITRA
(tersenyum) Terima kasih, Pak.

MENTERI INFRASTRUKTUR
Kalau perlu, saya akan minta bantuan Presiden.


Fitra tersenyum.


MENTERI INFRASTRUKTUR (CONT’D)
Jangan salah. Saya satu kampus dengan Presiden Republik Indonesia. Sebagai sesama alumni, kami berteman baik.

FITRA
Terima kasih, Pak. (kembali tersenyum)


Christie tampak kembali melirik Fitra.


MENTERI INFRASTRUKTUR
Mbak Fitra. (PAUSE) (menatap lekat Fitra) Saya tahu kamu orang baik-baik.

FITRA
(menunduk) Orang baik-baik nggak akan dipenjara, Pak.

MENTERI INFRASTRUKTUR
(menggeleng) Nggak. Saya nggak basa-basi. Saya tahu kalau kamu orang baik.


Fitra menengadah.


MENTERI INFRASTRUKTUR
Kalau bukan orang baik-baik, mana mungkin mau menyerahkan diri untuk dihukum. (melirik Christie)


Christie hanya menunduk. Sedangkan, Fitra tampak sedikit melongo, bingung dengan kata-kata Menteri Infrastruktur barusan.


CUT TO


59. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL - DAY


Christie dan Fitra masih berada di ruang rapat bersama Menteri Infrastuktur.


MENTERI INFRASTRUKTUR
Bu Christie.


Christie menoleh.


MENTERI INFRASTRUKTUR
Saya … kami … maksud saya kementerian, berharap Bu Christie dapat membantu untuk merumuskan organisasi yang baru.

CHRISTIE
(menunduk dan tersenyum) Berarti ini yang ketiga kalinya saya diminta untuk merumuskan organisasi.


Pak Menteri tertawa. 


MENTERI INFRASTRUKTUR
(bercanda) Saya ada stok payung cantik. (tertawa)


Christie tertawa pelan. Sedangkan Fitra tampak menunduk seolah ingin menyembunyikan ekspresinya.


MENTERI INFRASTRUKTUR
Saya paham perasaan semua teman-teman Ditjen Perencanaan Wilayah. Hanya saja, saya pun manusia biasa. Ada hal-hal di luar kemampuan saya. (menghela napas) Kalian pikir saya tidak merasa kehilangan?

FITRA
(tiba-tiba ikut bicara) Saya rasa, teman-teman akan paham. 


Christie menoleh. Ekspresi wajahnya agak terkejut.


CUT TO


60. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL-RUANG RAPAT - DAY


Fitra tampak menatap Menteri Infrastruktur.


FITRA
Tapi … saya pribadi…. (terdiam)


Menteri Infrastruktur tampak menatap Fitra. Begitu juga Christie.


FITRA
Saya tahu, saya bukan PNS dengan kinerja terbaik. Walau … kalau saya seandainya diberikan kesempatan untuk mengulang waktu … (menarik napas panjang) saya akan … (tampak berpikir sebentar) tidak akan seperti saya selama ini….

MENTERI INFRASTRUKTUR
Bagaimanapun, peraturannya sudah keluar, Mbak. Dan daftar nama yang akan pindah maupun tetap di sini juga sudah ditentukan. Suratnya sudah ke BKN dan sedang dalam proses. Begitu SK-nya turun, sulit untuk diubah lagi.


Fitra terdiam sesaat.


FITRA
Saya ingin mengajukan pindah.


Christie memelotot. Namun, Fitra tampak yakin dengan ucapannya.

Menteri Infrastruktur menatap Fitra.


FITRA
Bukan … bukan. (seperti ingin meralat) Ini bukan seperti yang Bapak pikirkan. (melirik sekilas Christie) Tapi … saya hanya merasa harus mengambil keputusan.


Christie tampak menatap Fitra. Raut wajahnya menyiratkan kebingungan. Begitu juga dengan Menteri Infrastruktur.


DISSOLVE TO


61. (YOGYAKARTA) EXT. JALAN RAYA - DAY


Hari mulai beranjak sore ketika Fitra mengemudikan mobilnya menyusuri jalan Laksda Adisucipto ke arah timur. Tampak Christie duduk di samping Fitra, sedangkan Gya duduk di belakang.

Lalu lintas tampak ramai. Meski demikian, nyaris tidak terdengar suara klakson.

Mobil berhenti di pertigaan ketika lampu lalu lintas menyala merah. Sebuah jembatan layang membentang dari sisi selatan jalan, hingga lurus searah jalan menuju timur. Tembok-temboknya penuh dengan poster. Beberapa poster tampak bertuliskan kata-kata protes.

CU poster bertuliskan “JOGJA ORA DIDOL!”

Christie melirik Fitra yang sedari tadi tampak serius dengan kemudi di tangannya.


CHRISTIE
Fit?


Fitra menoleh.


CHRISTIE
Kamu yakin dengan keputusanmu tadi?


Fitra menatap ke depan lagi.

Tampak lampu lalu lintas berganti menjadi kuning, lalu hijau.

Mobil pun kembali maju.


CUT TO


62. (YOGYAKARTA) EXT. JALAN RAYA - DAY


ESTABLISH Jalan Laksda Adisucipto yang ramai dengan berbagai kendaraan. Beberapa bus besar tampak di antaranya.

Tampak toko-toko buah tangan berjejer di kiri jalan. Beberapa toko dengan halaman parkir luas tampak dipenuhi oleh bus-bus yang parkir.

Fitra menoleh sekilas sambil tetap tidak melepaskan konsentrasi dari jalanan di depannya.


FITRA
Saya berasal dari keluarga pendidik, Bu Christie.


Christie tidak menanggapi. Ia tampak menunggu kelanjutan kata-kata Fitra.


FITRA (CONT’D)
Jadi, kalau saya terpikir untuk mengikuti jejak kedua orang tua saya, wajar, kan?


Christie lagi-lagi tidak menanggapi. Ia masih ingin mendengarkan alasan Fitra.


FITRA
Seperti yang saya bilang, sebagai PNS, saya pun bukan PNS baik-baik. (menoleh) Semua yang kemarin Ibu bilang itu benar. Saya sering terlambat. Saya tidak pernah mengikuti upacara. Saya kabur cuti. Saya sengaja mengulur waktu kuliah (kembali menoleh sekilas) Maafkan saya, Bu.


Christie menoleh. Fitra memang tengah konsentrasi dengan pandangan ke depan. Namun, ada semacam gurat penyesalan di wajahnya.


CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar