Perjalanan Dinas (Bagian 3: Persinggahan Terakhir)
8. YOGYAKARTA - 1

51. (YOGYAKARTA - KOTA) EXT./INT. JALAN RAYA – DAY


ESTABLISH suasana jalan raya (Jalan Sudirman). Tampak di kiri dan kanan terdapat gedung dan bangunan. Tampak hotel berada di sebelah kiri jalan, sedangkan di sebelah kanan terlihat sebuah kantor surat kabar, yang diikuti dengan sebuah toko buku besar.


CHRISTIE
Masalahnya, nama saya sudah telanjur terdaftar. Semua akomodasi juga sudah disediakan. Termasuk uang-uang SPPD-nya segala. Membatalkan itu semua, tidak semudah membalik telapak tangan. (menghela napas) Lembaga donor marah besar. Mereka komplein. Dan … saya kemudian disidang.


Fitra melongo.


CHRISTIE
Gimana, Fit? Saya lebih bandel dari kamu, ya? (tertawa)

FITRA
Terus … gimana kelanjutannya?

CHRISTIE
Sebenarnya, setelah hasil sidang pun, nyatanya tidak ada pelanggaran disiplin yang saya lakukan kalau dilihat berdasarkan aturan. Jadi, saya bebas dari sanksi apapun. Hanya saja, sepertinya kementerian merasa tetap harus menghukum saya. (PAUSE) Itu sebabnya saya dikenakan “hukuman kebijakan”. 

FITRA
(mengernyit) Hukuman kebijakan?

CHRISTIE
Salah satunya, diklatpim saya ditunda terus. Beberapa kali saya menanyakan ke Biro Kepegawaian pusat. Jawabannya selalu sama, belum dijadwalkan. Akhirnya lama-lama saya malas menanyakannya. Saya mulai paham bahwa itulah salah satu hukuman untuk saya. Ya sudahlah. Saya terima saja.

FITRA
Saya baru tahu….

CHRISTIE
Bukan hanya itu. Saya bahkan dipindah ke sekretariat. 


Christie melirik Fitra yang duduk di depan. Tampak Fitra tengah menatap ke depan.


CUT TO


52. (YOGYAKARTA - KOTA) INT. JALAN RAYA – DAY


Fitra tampak memperhatikan jalan di depannya. Mobil berbelok ke kanan karena jalan di depan sudah berlaku satu arah. 

Suasana tampak asri dengan pohon rindang yang ditanam di tengah pembatas jalan. Beberapa bangunan berdiri di kiri jalan. Mulai dari sebuah klinik kecantikan, kafe, hingga toko buku. Kemudian kantor perusahaan telekomunikasi. 


CHRISTIE
Kalau kamu mau tahu, sejujurnya saya kecewa. Saya dipindah ke bagian yang bukan menjadi minat saya. (menghela napas) Apalagi di kepegawaian.


Fitra kembali menoleh.


CHRISTIE
(mengangkat bahu) Entah apa pertimbangannya. Tapi … saya terima saja itu semua.


Fitra tampak mendengarkan dengan saksama.


CHRISTIE
Lalu saya ketemu kamu. (kembali menoleh) Saya sampai berpikir, kalau kamu pun hukuman juga buat saya.

FITRA
Hah? (terbelalak)

CHRISTIE
Sedikit banyak, kamu mengingatkan pada saya dulu. Makanya, sewaktu kamu membatalkan beasiswa, saya pasang badan untuk membela kamu.


Fitra terdiam. Ia tampak menunduk.


CHRISTIE
Saya pun tidak mempermasalahkan lebih lanjut soal ulahmu yang main kabur cuti itu. Saya pikir … rasanya dulu saya akan begitu juga.


Mobil terus melaju, membelok di antara bangunan museum, sekolah, hingga rumah. Tampak pohon-pohon rindang berdiri di pinggir jalan.


CHRISTIE
Setiap kali melihat kamu, saya seperti melihat diri saya sendiri. (menghela napas)


CUT TO


53. (YOGYAKARTA) EXT./INT. JALAN RAYA – DAY


Sedan putih itu masih melaju. Menyusuri jalan yang sedikit memutar untuk kemudian kembali ke jalan utama menuju ke arah timur. Mobil tampak memelan melewati sebuah mal besar yang bersebelahan persis dengan hotel yang juga merupakan cagar budaya. Di depan, pasukan pengamanan tampak berjaga-jaga.

Gya melirik Fitra.


GYA
Hukuman “kebijakan” itu tidak ada, Fit.


Fitra menoleh.


GYA
Harusnya nggak boleh ada yang namanya “hukuman kebijakan”. (mengganti tuas perseneling ke N)


Mobil terhenti karena antrean mobil di depannya.


GYA
Birokrasi itu rasional. Semua harus berdasarkan peraturan. “Hukuman kebijakan” itu tidak memiliki landasan aturan. Jadi, tidak ada yang namanya “hukuman kebijakan”. (kembali memindahkan tuas perseneling ke D)


Fitra masih menatap Gya.


GYA
Sanksi itu harus atas dasar aturan yang jelas. Bukan atas dasar kebijakan, bukan karena like or dislike. Jadi … (menatap lurus ke depan) yang menimpa Christie waktu itu pun juga tidak adil.


CUT TO


54. (YOGYAKARTA) EXT./INT. JALAN RAYA – DAY


Gya membelokkan mobil ke kiri memasuki komplek hotel mewah.


GYA
Rasanya, selama kita masih hidup di dunia, kita akan selalu mengalami perlakuan-perlakuan yang tidak adil. (menoleh ke Fitra) That’s life, Fit.


Gya menghentikan mobil tepat di gerbang karena dihadang oleh pasukan pengamanan. Salah seorang petugas keamanan mengetuk jendela, sedangkan yang satu lagi langsung memeriksa kolong mobil dengan metal detector.


PETUGAS 1
(mengetuk jendela) Permisi.


Gya segera membuka central lock. Petugas itu kemudian membuka pintu dan melongok ke dalam.


PETUGAS 1
Terima kasih.


Mobil kembali melaju menuju tempat parkir. 


DISSOLVE TO


55. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL - DAY


Lobi hotel tampak ramai. Beberapa wartawan tampak duduk-duduk. Beberapa pegawai pemerintahan tampak berlalu lalang, terlihat dari pakaiannya yang putih-hitam dan sebagian lagi batik. Sebagian tampak menenteng koper dan mengantre di resepsionis.

Christie, Fitra, dan Gya tampak berdiri di lobi dengan pandangan menyapu ke segala arah.


GYA
Rapatnya memang masih berlangsung?

CHRISTIE
(mengangkat bahu) Entah.

FITRA
Kayaknya udah selesai. Itu udah banyak yang check out. (menunjuk ke arah meja resepsionis)


Tampak beberapa tamu mengantre di depan resepsionis sambil membawa koper.

Beberapa tamu hotel tampak melirik ke arah Christie, Fitra, dan Gya. Penampilan ketiganya yang agak berantakan memang tampak kontras dengan pengunjung hotel yang sebagian besar rapi dan parlente.


56. (YOGYAKARTA) INT. HOTEL - DAY


ESTABLISH suasana lobi hotel yang ramai dengan para pengunjung. Sebuah suara membuat Christie, Fitra, dan Gya sontak menoleh.


FERDI 
Bu Christie!


Christie menoleh ke arah suara. Ferdi tampak menghampiri.

Fitra tampak menatap Ferdi tanpa menunjukkan ekspresi.


FERDI
(langsung menyalami Christie) Akhirnya datang juga.


Christie bersalaman sambil tersenyum malas.


FERDI
Beres, kan, urusannya?


Christie mengangguk.


FERDI (CONT’D)
Nomenklatur kementerian yang baru sudah ditetapkan. Ada sebagian tusi yang tidak dilepas ke kementerian baru. Bu Christie termasuk yang dipertahankan karena kementerian membutuhkan masukan dari Bu Christie sebagai kepala kepegawaian untuk menyusun lebih lanjut organisasinya.


Fitra terdiam.

Gya menatap Fitra dengan tatapan khawatir.

Sedangkan raut wajah Christie menunjukkan ekspresi tidak nyaman. Ia tersenyum datar, lalu melirik Fitra yang berdiri di sampingnya.


FERDI
(beralih ke Fitra) Eh, iya. Saya senang kamu tidak apa-apa.


Fitra hanya menanggapi Ferdi dengan senyum garing.


CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar