Pergilah Puan Tanah ini telah Bertuan (Script Version)
11. Scene 52 - 57 [END]

52.     INT. RUMAH BINAR DI JAKARTA – PAGI

 

TITTLE: 2 Tahun kemudian ...

 

Binar sibuk memasak di dapur. Ayahnya datang dengan kursi rodanya, menatap Binar sambil tersenyum. Binar menyadari kedatangan ayahnya dan langsung menghampirinya. Ia berjongkok di depan ayahnya.

 

BINAR:

Pagi, ayah! Sarapan dulu yuk, Binar udah masakin makanan kesukaan Ayah.

 

Binar berdiri, berjalan ke belakang sang ayah dan mendorong kursi rodanya menuju meja makan. Binar mengambil makanan dan menyuapi ayahnya. Setelah selesai makan, ia membereskan meja makan.

 

BINAR:

Binar berangkat kerja dulu ya, Ayah.

 

Binar tersenyum, mencium pipi ayahnya, lalu mencium tangan sang ayah. Ayah Binar tersenyum dan mengusap rambut Binar sambil menggerakkan bibirnya kesusahan.

 

BINAR:

(Mengangguk dan tersenyum) Pasti, Binar akan hati-hati kok di jalan. Ya udah, Binar berangkat dulu. Assalamu’alaikum!

 

Binar keluar, memasuki mobilnya dan melajukannya menuju tempat kerjanya.

 

CUT TO:

 

Long shot pemandangan jalanan Jakarta yang macet, kemudian close up ke wajah Binar yang terlihat kesal. Binar menghela napas, ia kemudian menoleh ke kanan saat seorang anak mengetuk kaca jendela mobilnya. Binar kemudian menurunkan kaca jendela mobilnya dan seketika terkejut melihat seorang anak yang hampir mirip Najandra. Anak itu menyanyikan lagu jalanan, seusai bernyanyi Binar mengambil uang Rp. 50.000 dari dompetnya lalu ia berikan kepada anak itu.

 

ANAK JALANAN (12):

(Kaget) Kak, ini kebanyakan.

 

BINAR:

(Tersenyum) Gapapa, suara kamu bagus banget!

 

ANAK JALANAN:

(Matanya berbinar senang) Terima kasih, Kak!

 

Binar mengangguk, anak itu berlalu. Binar kemudian melajukan mobilnya kembali karena sudah tidak terlalu macet.

 

BINAR: (VO)

Dua tahun sudah aku lost contact dengan Naj dan Kirana. Kami seolah hilang dan tenggelam dalam kesibukan cerita masing-masing. Gimana ya kabar Kirana? Di mana Naj sekarang? Najandra seolah hilang ditelan bumi, bahkan semua media sosialnya seolah mati.

 

Pintu lift terbuka, Binar keluar dan langsung berjalan menuju meja kerjanya. ARA (teman kerja Binar) menghampiri Binar dan melongok ke kubikelnya sambil membawa beberapa foto cowok dan menunjukkan kepada Binar.

 

ARA (20):

Eh, Bi –

 

BINAR:

(mengangkat kedua tangan) Aduh, enggak Ra!!

 

ARA:

Yaelah, belum juga gue ngomong, Bi!

 

BINAR:

Belum ngomong pun, aku udah tau maksud kamu!

Ra, aduh, udah deh yaa! Mau kamu comblangin aku sama seribu cowok pun, nggak minat.

 

ARA:

Liat dulu kali, Bi, nih pada ganteng-ganteng kayak oppa-oppa Korea!

 

Ara menunjukkan beberapa foto yang dibawanya kepada Binar, namun Binar tidak mempedulikannya dan sibuk mengetik.

 

ARA: (CONT’D)

(Mendengus) Kenapa?! Lo belum move on ya sama si siapa tu, yang namanya Najandra-Najandra itu?!

 

Binar terdiam, menghentikan jari-jarinya yang mengetik di keyboard seketika. Ia menatap Ara, kemudian mengambil tumbler minumnya dan meninggalkan Ara untuk mengambil minum.

 

ARA:

Yaelah, malah pergi!!

 

CUT TO:

 

53.     INT. RUMAH BINAR – MALAM

 

Binar keluar dari kamar ayahnya setelah mengecek keadaannya, ia langsung berjalan menuju kamarnya. Binar mengambil ponselnya yang terletak di nakas yang layarnya menyala dan terkejut melihat notifikasi dari akun instagram yang menunjukkan:

 

@alfa.najandra like your post

 

Alis Binar bertaut melihat akun instagram Najandra yang aktif lagi dan baru saja menyukai postingan terakhirnya. Binar kemudian membuka WhatsApp-nya dan mengecek kontak Najandra yang ternyata online. Binar kemudian mengetikkan chat menanyakan kabar, namun dihapus, diketik lagi, dan dihapus lagi. Binar berjalan mondar-mandir, kemudian mencoba mengetik pesan kepada Najandra yang tadi ia hapus. Namun, sebelum Binar mengirim pesannya, pesan dari Najandra terlebih dahulu masuk.

 

[TEXT] Naj : Bi, apa kabar?

 

Binar mengembangkan senyum tipis, jarinya cepat membalas pesan dari Najandra.

 

[TEXT] Binar : Baik, Naj. Kamu sekarang di mana?

[TEXT] Naj   : Aku di Finlandia, menyusul ayahku

[TEXT] Naj   : Gimana kabar Kirana?

[TEXT] Binar : Aku lost contact sama dia, Naj. Sekarang aku pindah ke Jakarta, tinggal sama ayah.

 

INTER CUT: Najandra yang sedang duduk di sofa ruang keluarga dengan pakaian tebal sambil memainkan ponsel, ada cerobong asap yang menyala di belakangnya.

 

[TEXT] Naj : Ada sesuatu yang aku mau kabari ke kamu dan Kirana

 

INTER CUT:

1.     Binar yang menunggu pesan yang ingin disampaikan Najandra yang sedang mengetik.

2.     Ponsel Najandra yang tiba-tiba mati karena habis baterai.

3.     Binar menghela napas karena melihat kontak Najandra yang offline padahal belum mengirimnya pesan, ia menaruh ponselnya ke meja kemudian membaringkan diri di sofa.

 

CUT TO:

 

54.     EXT. TOKO ROTI BINAR – PAGI

 

Binar keluar dari mobilnya, membawa beberapa kantong plastik yang berisi bahan-bahan membuat roti. Ia berjalan menuju toko rotinya, namun tak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita.

BINAR:

Maaf ... (bersamaan dengan wanita yang ditabraknya)

An?!

 

KIRANA:

Bi!!

 

Binar dan Kirana saling tersenyum tak percaya.

 

CUT TO:

 

55.     INT. TOKO ROTI BINAR – PAGI

 

Binar meletakkan segelas teh ke atas meja di hadapan Kirana, kemudian duduk di sampingnya.

 

BINAR:

Dua minggu setelah kamu dan Naj ninggalin panti, aku pindah ke Jakarta untuk tinggal dan merawat ayah. Jadi gini deh kesibukanku sekarang, kerja, ngurus toko roti, sama ngerawat ayah. Hari ini kebetulan aku libur ngantor, jadi bisa ke toko roti pas pagi gini! Btw, kamu kok di Jakarta, An?

 

KIRANA:

(Tersenyum tipis) Aku sama ibu angkatku mengunjungi sanak saudara ayah yang kebetulan tinggal di Jakarta, kebetulan punya bisnis perhiasan jadi sekalian ibu ngajak aku untuk milih cincin.

 

BINAR:

(Mengerutkan alis) Cincin?

 

Ekspresi Kirana berubah menjadi sedikit murung.

 

BINAR: (CONT’D)

Buat apa, An?

 

KIRANA:

Aku dijodohkan, Bi.

 

BINAR:

Hah?!

 

KIRANA:

(Menghela napas kemudian mengangguk) Aku dijodohkan oleh ayah sama anak dari teman lamanya.

 

BINAR:

Tapi, kamu udah ketemu anak temen ayahmu itu?

 

KIRANA:

(Menggeleng) Aku nggak kenal, Bi. Aku cuma nggak mau mengecewakan ayahku dengan menolak perjodohan yang dia sepakati bersama teman lamanya.

 

BINAR:

An ...

 

Binar tidak bisa berkata apapun, dan memilih memeluk Kirana.

 

BINAR: (CONT’D)

Setiap pilihan yang kita tentukan pasti memiliki risiko dan konsekuensinya sendiri, An. Dalam pilihan pasti ada yang dikorbankan. Tapi, aku tau pilihan yang kamu ambil selalu melewati beberapa pertimbangan. Percaya, selagi dalam menentukan pilihan kita melibatkan Tuhan, maka tidak ada yang namanya kerugian dan penyesalan. Karena setiap pilihan yang ditentukan dengan melibatkan-Nya selalu punya hikmahnya.

 

CUT TO:

 

Binar mengantar Kirana keluar toko roti, Kirana berpamitan kepada Binar lalu masuk ke dalam taksi online. Binar menatap taksi yang membawa Kirana sampai lesap di jalanan.

 

SFX: suara dering ponsel Binar

 

Binar merogoh ponselnya di kantong dan mengangkat panggilan yang ternyata dari bibinya.

 

BINAR:

Halo, iya Bi ... (shock, seketika ponselnya terjatuh ke lantai)

 

CUT TO:

 

56.     INT. RUMAH SAKIT – PAGI MENJELANG SIANG

 

Binar berlari terburu-buru di lorong rumah sakit sambil menangis, ia kemudian melihat bibinya dan menghampirinya. Bibi Binar seketika memeluknya dan menagis. Binar kemudian masuk ke dalam kamar rumah sakit, melihat seorang yang terbaring di brankar dan ditutupi kain putih. Binar memberanikan diri membuka kain putih itu dan ternyata adalah ayahnya. Seketika Binar menangis, berteriak, dan memeluk ayahnya.

 

MONTAGE (VARIOUS LOCATION)

 

1.     Di pemakaman, Binar memandangi pusara ayahnya, satu per satu pelayat pulang, tinggal ia bersama bibinya

2.     Di rumah, setelah ayahnya meninggal, Binar sering melamun dan membayangkan ayahnya masih hidup

TITTLE: Satu bulan kemudian ...

BINAR:

Aku mau pindah rumah, Bi. Di sini selalu keinget sama ayah!

 

Bibi Binar hanya mengusap pundaknya saja Binar pun mengemasi barangnya dan memasukkannya ke dalam koper. Ia kemudian memasukkannya ke bagasi. Bertepatan dengan itu, seorang tukang pos datang dan memberikan surat kepada Binar. Binar menerima amplop surat dari tukang pos itu dan melihat nama Kirana di salah satu sisi amplopnya. Binar menaruh surat dari Kirana di dashboard, kemudian berpamitan kepada bibinya untuk pindah rumah.

 

CUT TO:

 

Binar membuka pintu sebuah apartemen yang ia sewa, menaruh barang-barang bawaannya. Kemudian teringat surat dari Kirana, Binar segera membuka surat itu.

 

KIRANA: (OS)

Assalamu’alaikum, Binar apa kabar?

Tidak terasa, sudah satu bulan semenjak kita bertemu beberapa waktu lalu. Waktu berjalan secepat itu ternyata, sampai kita kewalahan mengimbangi dibuatnya.

Binar, aku masih begitu ingat kata-katamu bulan lalu, bahwa setiap pilihan yang kita tentukan pasti memiliki risiko dan konsekuensinya sendiri. Dalam pilihan pasti ada yang dikorbankan. Tapi, selagi dalam menentukan pilihan kita melibatkan Tuhan, maka tidak ada yang namanya kerugian dan penyesalan. Karena setiap pilihan yang ditentukan dengan melibatkan-Nya selalu punya hikmahnya.

Setiap kita adalah kepingan rencan terbaik-Nya. Di suatu waktu yang telah tentu, kepingan itu akan dipertemukan dengan kepingan lainnya yang membawa kita pada kecukupan yang utuh, keutuhan yang cukup sehingga berhenti mencari. Di saat itu tiba, Dia Yang Maha Rahasia telah menunjukkan kuasanya atas segala do’a. Dan benar, untuk mengabulkan pinta setiap hamba Dia hanya perlu waktu. Karena segala hal baik selalu punya waktu terbaik.

Kita tak pernah tahu bagaimana cara Yang Maha Mengabulkan menjawab do’a lewat kebetulan-kebetulan mengejutkan. Bagaimana Dia Yang Maha Romantis kembali mempertemukan Adam dan Hawa setelah lama saling merindu dalam do’a. Allah pun begitu syahdu mempertemukan aku dan Naj melalui sebuah takdir perjodohan yang sebelumnya begitu tak kuingini.

Naj dan aku berta’aruf dan telah diputuskan kami akan menikah bulan depan. Di waktu itu dia akan pulang ke Indonesia dan langsung bertolak ke Makassar. Kehadiranmu begitu kunanti, Bi. Datanglah, kau akan melengkapi hari bahagia kami. Semoga Allah mengizinkan kita bertemu di waktu baik itu.

Wassalamu’alaikum.

Kirana

 

 

Binar terkejut membaca isi surat kirana, mencoba menguatkan dirinya. Ia meraih ponselnya dan mengirimi Najandra pesan.

 

[TEXT] Binar : Naj, jelaskan padaku apa yang disampaikan Kirana.

 

Binar menunduk, menunggu balasan pesan dari Najandra.

 

[TEXT] Naj: aku nggak tau harus menjelaskan apa, Bi. Tadinya aku ingin mengabarimu dan Kirana kalau aku di jodohkan ayahku dengan anak teman lamanya, aku nggak tau kalau gadis itu adalah Kirana. Maaf bila kau terluka mendengarnya, tapi Allah maha membolak-balikkan hati lagi maha menghendaki. Percayalah bila nama kita berada dalam satu daun di Lauhul Mahfudz, maka tak ada apapun yang bisa menghalangi kuasa-Nya. Tidak pula seorang hamba.

 

Binar menangis membaca balasan pesan Najandra dalam diam.

 

CUT TO:

 

57.     MONTAGE – VARIOUS LOCATION (KEMBALI KE USIA BINAR 22 TAHUN)

 

Binar berdiri di balkon apartemennya, menuruni tangga. Dan berjalan di stasiun, ia memerhatikan orang-orang yang berjalan dengan menjaga jarak dan memakai masker. Long shot keadaan kereta yang sepi dengan tanda silang di kursi, Binar duduk di kursi kereta yang tidak ada tanda silangnya, ia menghadap ke jendela.

 

BINAR: (VO)

Begitulah kisah ini berakhir, tidak bahagia tapi setidaknya lega karena telah menemukan akhirnya. Beberapa hal memang rumit, tapi bukan berarti semua yang rumit nggak bisa disederhanakan. Mungkin nggak semua hal bisa menjadi suatu keharusan, karena kadang yang kita butuh hanya sebuah penerimaan. Belajar menerima kalau nggak semua rasa bisa berjalan di arah yang sama. Belajar bahwa, ikhlas adalah cara terindah mencintai seseorang tanpa batas. ‘Cause sometimes, letting go just means you’re readying yourself into something and someone better for you!

 

           Close up wajah Binar yang tersenyum.

 

DISSOLVED INTO BLACK:

 

TITTLE: letting go just means you’re readying yourself into something and someone better for you

 

CREDIT TITTLE

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar