Pergilah Puan Tanah ini telah Bertuan (Script Version)
9. Scene 38 - 45

38.     MONTAGE – VARIOUS LOCATION

 

1.     Binar berjalan di koridor sekolah kemudian dihampiri oleh Wulan yang terlihat kaget melihat tangan Binar yang di gips.

2.     Shot para siswa yang sedang mengerjakan ujian sekolah dengan serius

3.     Shot para siswa yang berdesakan melihat pengumuman hasil ujian sekolah beberapa waktu lalu yang ditempel di mading

4.     Shot semua siswa yang merayakan kelulusan dengan corat-coret baju. Binar yang tak sengaja bertatapan dengan Kirana di momen kelulusan itu seketika terdiam. Binar dan Kirana saling tatap, lalu ia memtutus tatapan saat diajak Wulan bergabung merayakan kelulusan dengan teman-teman lain yang mencorat-coret baju. Shot Wulan yang menulis tanda tangan di perban lengan kiri Binar, lalu tertawa bersama tanpa memerhatikan Kirana.

 

 

39.     EXT. POHON AKASIA – SIANG

 

Camera follow Binar yang berjalan menuju pohon akasia, Binar kemudian berhenti melangkah, memerhatikan sejenak seseorang yang berdiri membelakanginya.

 

BINAR:

Irgi!

 

Irgi membalikkan badan, menyadari kalau Binar sudah datang. Binar berjalan beberapa langkah lagi untuk mendekati Irgi. Saat Binar sudah tiba dihadapannya, Irgi memberikan sebuah CD kepada Binar.

 

IRGI:

Lagu terakhir yang gue ciptain di Indonesia dan khusus buat sahabat terbaik gue.

 

Binar mengambil CD yang diberikan Irgi dan tersenyum.

 

IRGI: (CONT’D)

(Tersenyum) Gue nggak yakin bakal nemuin sahabat yang kayak lo di London nanti. Thanks ya, Bi, lo masih mau jadi sahabat gue.

 

BINAR:

Makasih juga, Gi, udah jadi sahabat terbaikku. Jangan pernah lupain aku ya, dan ... hati-hati, Gi.

 

Irgi mengangguk dan kembali tersenyum. Binar pun tersenyum membalas Irgi.

 

CUT TO:

 

40.     EXT. PANTI ASUHAN – SORE

 

Binar berjalan memasuki panti asuhan, dilihatnya sebuat mobil yang terparkir di halaman panti. Binar mengerutkan alis melihat mobil yang teparkir di halaman panti, namun kembali melanjutkan langkah dan tidak terlalu peduli. Dari arah yang sama, Najandra juga berjalan ke arah pinu masuk panti asuhan sepulang mengantar jahitan. Binar melirik sekilas ke arah Najandra beberapa detik, kemudian kembali mengalihkan pandangan ke depan. Tepat di ambang pintu keduanya kompak berhenti melangkah bertepatan dengan ucapan Bunda panti yang membuat keduanya kaget.

 

CUT TO:

 

BUNDA PANTI:

(Berbicara pada Kirana) Jadi, Pak Rahman dan istrinya resmi menjadi orang tua angkat Eneng sekarang.

 

PAK RAHMAN (48):

Nak Kirana, anggap saja kita berdua sebagai orang tua kandung nak Kirana, ya?

Lusa, kami akan menjemput nak Kirana dan kita akan pindah ke Makassar.

 

Kirana tersenyum dengan mata berbinar, kemudian beranjak dari tempat duduknya untuk mencium tangan Pak Rahman dan istrinya. Setelah mencium kedua tangan orang tua angkatnya, Kirana kembali duduk lalu memeluk bunda panti.

 

CUT BACK TO:

 

BCU wajah Binar yang terlihat pias mendengar Kirana akan pindah ke Makassar. Perlahan ia menoleh ke arah Najandra di sampingnya yang juga cukup terkejut mendengar berita kepindahan Kirana.

 

SFX: Suara motor yang memasuki halam panti

 

Binar dan Najandra kompak menoleh ke arah suara motor Mang Asep yang berhenti di halaman panti. Mang Asep buru-buru menghampiri Binar dan Najandra dengan semringah.

 

MANG ASEP:

Jang, ada Jang! (Berseru semangat)

 

NAJANDRA:

(Terlihat bingung) Ada apa, Mang?

 

MANG ASEP:

Ada kabar bahagia atuh!

Mamang teh dapet kabar dari temen di Surabaya, keluarga ayah Ujang tinggal di sana.

 

NAJANDRA:

Beneran, Mang?

 

MANG ASEP:

Iya, Mamang udah minta alamatnya dari temen Mang Asep.

Kalau mau, lusa Mamang teh juga mau ke Surabaya. Ada hajatan saudara, hayuk Jang bareng!

 

Najandra tersenyum lebar dengan mata berbinar mendengar kabar tentang keluarga ayahnya kemudian reflek memeluk Mang Asep.

 

NAJANDRA:

Makasih banyak ya, Mang!

 

MANG ASEP:

Sama-sama atuh, kasep!

 

Binar yang mendengar semua obrolan Najandra dan Mang Asep, berlalu menuju kamar begitu saja. Ia menutup pintu kamar kemudian bersandar di pintu itu.

 

CUT TO:

 

41.     INT. KAMAR BINAR DAN KIRANA – MALAM

 

Shot Kirana sedang memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. Binar kemudian masuk ke kamar dan menuju lemarinya hendak mengambil baju. Saat Binar memegang gagang pintu lemari, tangan Kirana juga melakukan hal yang sama sehingga tangan mereka berdua bersinggungan. Binar menoleh ke arah Kirana yang juga menoleh ke arahnya.

 

KIRANA:

(Mengembangkan senyum) Bi ... (terdiam sejenak) besok aku akan pindah

 

Binar hanya terdiam. Kirana menggigit bibir bawahnya sendiri kemudian kembali berbalik untuk melanjutkan memasukkan bajunya ke dalam koper.

 

BINAR:

An ...

 

Kirana berhenti dan kembali berbalik ke arah Binar, dengan tiba-tiba Binar langsung memeluk Kirana dengan erat. Kirana sempat kaget dengan pelukan Binar, namun perlahan membalas pelukan Kirana. Keduanya saling berpelukan dengan erat.

 

CUT TO:

 

42.     EXT. STASIUN – SIANG

 

KIRANA: (OS)

Aku sudah beberapa kali bertemu orang tua angkatku sebelumnya, Bi. Mereka berdua salah satu pemilik perkebunan teh di Bandung ini, sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke Makassar. Yang kuketahui keduanya baik. Jangan khawatir Bi, meski aku jauh, kita pasti akan sering ketemu. Kamu dan Naj jaga diri baik-baik ya!

 

Long shot suasana stasiun yang belum terlalu ramai. Close up roda koper yang berputar ditarik oleh Kirana. Najandra, Binar, Kirana, dan kedua orang tua angkat Kirana berjalan beriringan. Sebuah kereta api kemudian berhenti. Kirana berhenti sejenak sebelum masuk ke dalam kereta, memandang Binar dan Najandra kemudian mengembangkan senyum. Setelah itu, Kirana masuk ke dalam kereta bersama kedua orang tua angkatnya. Kereta pun perlahan bergerak menjauhi Binar dan Najandra.

 

CUT TO:

 

43.     INT. DI DALAM TAKSI – SORE

 

Binar memandang matahari yang mulai tenggelam dari balik kaca mobil, sedangkan Najandra juga menatap pemandangan sekeliling Jalan Braga di luar jendela mobil. Keduanya saling terdiam. Najandra tiba-tiba meminta supir taksi untuk berhenti. Ia kemudian turun dari taksi, Binar yang bingung pun ikut turun dari taksi bersama Najandra.

 

BINAR:

Kenapa, Naj?

 

NAJANDRA:

Nggak, Bi. Hari ini juga hari terakhirku di Bandung. Aku cuma mau menikmati senja terakhir di Braga.

 

Binar mengangguk, menyejajari langkah Najandra menyusuri Jalan Braga. Najandra dan Binar kemudian duduk di salah satu kursi besi di pinggir jalan. Keduanya terdiam beberapa saat.

 

NAJANDRA:

Bi ... maaf

 

Binar menoleh ke arah Najandra yang menatap lurus pemandangan di depannya.

 

NAJANDRA: (CONT’D)

Maaf, aku belum bisa jadi canopusmu. (Menghela napas berat)

Andai rasa punya remot kontrol untuk mengendalikannya, pasti mudah untuk membuatnya searah. Karena sebenernya ... kita punya rasa yang sama. Cuma arahnya yang berbeda ...

 

Binar mengalihkan pandangan ke arah lain, menganggukkan kepala sembari menahan air mata di kelopak matanya.

 

NAJANDRA:

Aku nggak tau hidup akan membawa aku ke mana setelah ini, Bi. Entah aku akan bertemu ayahku, atau masih harus melanjutkan pencarianku di Surabaya nanti.

 

Najandra kemudian mengeluarkan sebuah Al-Qur’an hijau tua lusuh miliknya, kemudian ia berikan kepada Binar. Binar terlihat terkejut dengan benda yang diberikan Najandra, namun perlahan tangannya terulur untuk menerima Al-Qur’an hijau tua itu dari tangan Najandra. Ia kemudian tidak bisa lagi menahan air matanya.

 

MONTAGE: (VARIOUS LOCATION)

 

1.     Binar berjalan sendiri melewati Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, dan terowongan bawah jembatan.

2.     Kalimat Najandra terngiang di pikiran Binar.

 

NAJANDRA: (OS)

Andai rasa punya remot kontrol untuk mengendalikannya, pasti mudah untuk membuatnya searah. Karena sebenernya ... kita punya rasa yang sama. Cuma arahnya yang berbeda ...

 

3.     Najandra yang berjalan menyusuri jalan Braga, namun berbeda arah dengan Binar.

 

CUT TO:

 

44.     EXT/INT. PANTI ASUHAN – MALAM

 

Najandra memasukkan tas gendongnya ke dalam bagasi mobil Mang Asep, kemudian beralih mencium tangan Bunda Panti dan berpamitan. Bunda Panti tidak kuasa menahan tangisnya, langsung memeluk Najandra dengan erat.

 

BUNDA PANTI:

Jaga diri baik-baik, Nak. Bunda teh cuma bisa berdoa, nuhun keselamatan buat Ujang sama Gusti Allah. Sering-sering pulang ke sini, jangan lupain Bunda atuh!

 

Najandra mengangguk membalas pesan Bunda Panti, ia kembali mencium tangan Bunda Panti lalu masuk ke dalam mobil Mang Asep. Mobil itu kemudian melaju meninggalkan halaman panti.

 

INSERT:

Binar membuka ghorden jendela, melihat Najandra yang berpamitan dari dalam panti. Setelah mobil Mang Asep meninggalkan halaman panti asuhan, Binar menutup kembali ghorden yang ia sibak. Binar diam termangu sejenak lalu akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.

 

45.     INT. KAMAR BINAR – MALAM

 

Binar masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu dengan pelan. Establishing shot kamar yang sepi. Binar berjalan menuju tempat tidurnya, saat melewati tempat tidur Kirana, Binar menoleh. Dipandanginya tempat tidur Kirana yang sekarang sudah tidak ditempati lagi. Binar kemudian mengambil sebuah bingkai foto di atas meja belajarnya, ia memandangi fotonya bersama Najandra dan Kirana.

 

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar