Pergilah Puan Tanah ini telah Bertuan (Script Version)
7. Scene 29 - 33

29.     INT. PANTI ASUHAN – PAGI

 

Establishing shot matahari yang terbit di pagi hari. Seperti hari biasa, Kirana sudah berangkat sekolah terlebih dahulu menggunakan angkot. Camera follow Binar dan Bunda Panti yang berjalan dari kamar Binar menuju ruang tamu.

 

BUNDA PANTI:

Teh, nggak usah sekolah dulu kenapa? Kamu kan masih kurang sehat. (Tampak khawatir sambil memegang tangan Binar)

 

BINAR:

(Tersenyum tipis dengan muka masih tampak pucat) Binar gapapa, Bunda. Cuma demam kayak biasanya doang!

Lagian nanti ada ujian praktik olahraga, terus bentar lagi ujian sekolah. Kalau nggak berangkat, ketinggalan banyak dong.

 

Najandra masuk dan berhenti di ambang pintu, mengisyaratkan kalau sudah memanaskan vespa dan mau berangkat sekolah. Bunda panti yang sempat mengalihkan perhatian kepada Naj, kembali menatap Binar.

 

BUNDA PANTI:

Nggak bisa susulan ujiannya, Teh?

 

BINAR:

Kalau susulan, nilainya nanti nggak maksimal Bunda. Cuma pas KKM aja.

Pliss, Bunda!

 

Binar memasang wajah memelas. Bunda panti diam sejenak tampak berpikir, kemudian menghela napas pelan.

 

BUNDA PANTI:

Ya udah atuh, tapi janji nanti obatnya diminum ya di sekolah.

 

BINAR:

(Tersenyum menang) Makasih, Bunda. Nanti obatnya pasti Binar minum, ya udah Binar berangkat dulu.

 

Binar mencium tangan Bunda Panti kemudian diikuti oleh Najandra yang juga mencium tangan Bunda Panti.

 

BUNDA PANTI:

Ati-ati, Jang, bawa motornya yah! (berbarengan saat Najandra mencium tangan Bunda Panti)

 

NAJANDRA:

Iya, Bunda. Assalamu’alaikum.

 

BUNDA PANTI:

Wa’alaikumussalam.

 

Najandra dan Binar berjalan keluar ke teras. Binar masih menghindari bertatapan dengan Najandra langsung dan hanya diam. Najandra kemudian menyerahkan helm kepada Binar dan mulai menghidupkan vespa.

 

NAJANDRA:

Beneran kuat kan, Bi?

 

Binar mengangguk dengan wajah datar sambil sibuk memakai helm. Kemudian ia naik ke jok belakang vespa. Setelah Binar naik, Najandra pun melajukan vespanya meninggalkan halaman panti asuhan.

 

CUT TO:

 

30.     EXT. PARKIRAN SEKOLAH – PAGI

 

Shot dari aras vespa yang dikendarai Naj dan Binar memasuki gerbang sekolah dan berhenti di parkiran. Binar segera turun dari vespa, melepas helm dan hendak menuju lapangan basket sekolah.

 

NAJANDRA:

Eh, Bi! Tunggu, Bi!

 

Binar berhenti dan berbalik lagi ke arah Najandra. Najandra buru-buru melepas helm dan menghampiri Binar, ia dengan cepat membuka tasnya seolah mencari sesuatu. Binar mengerutkan alisnya penasaran.

 

NAJANDRA:

(Menyerahkan beberapa tablet paracetamol kepada Binar) Jangan lupa diminum, ingat kata Bunda.

 

Binar sedikit terkejut, menatap Najandra beberapa saat kemudian menerima paracetamol yang dibelikan olehnya.

 

BINAR:

Makasih (mengucapkan dengan suara pelan)

 

Najandra tersenyum, kemudian berjalan menuju kelasnya. Binar memandangi punggung Najandra yang semakin mejauh. Ia kemudian perlahan menunduk, menatap paracetamol di tangannya dan beralih menatap punggung Najandra lagi. Binar kemudian menghembuskan napas cukup berat ketika ingat kalau kepedulian Naj tidak seperti yang dia kira, Binar lalu berjalan menuju lapangan basket.

 

CUT TO:

 

31.     EXT. LAPANGAN BASKET – PAGI

 

Camera follow Binar yang berjalan menuju pinggir lapangan Basket untuk menaruh tasnya, bertepatan dengan itu Wulan datang menghampirinya dengan suara heboh seperti biasanya.

 

WULAN:

GOOD MORNING, BABEEE (Semangat dan ceria)

 

Binar hanya menghela napas menyikapi tingkah lebay Wulan.

 

WULAN:

OMG, WHY YOU LOOK SO PAIL? Ya ampun, pucet banget Bi!! Kamu sakit? Istirahat aja yaa, nanti izin aja. Hayuk, ke UKS! (Sambil menangkup pipi Binar)

 

BINAR:

(Melepas tangkupan tangan Wulan di pipinya) Gapapa, Lan. Lebay, deh!

 

Binar kemudian duduk di bangku pinggir lapangan, mengambil tumbler air minum dari dalam tasnya dan meminum paracetamol yang diberikan Najandra.

 

WULAN:

Lebay gimana sih, sistaa. Tuh, kamu aja masih minum obat!

 

Binar tidak menanggapi cerocosan Wulan. Kirana yang melihat Binar masuk sekolah langsung menghampirinya dan tersenyum ramah.

 

KIRANA:

Bi, gimana, udah mendingan? Kalau belum enakan banget, enggak usah ikut ujian praktik dulu ya. Nanti aku yang bilang ke Pak Abdul.

 

BINAR:

(Tersenyum singkat) Sehat kok, An.

Eh, Lan. Lari buat pemanasan dulu, yuk!

 

Binar langsung menarik tangan Wulan untuk lari mengelilingi lapangan basket dan meninggalkan Kirana begitu saja dengan cuek. Wulan sedikit bingung dengan sikap Binar kepada Kirana tapi hanya diam dan mengikuti Binar yang menarik tangannya. Kirana lagi-lagi hanya menghela napas, memandang punggung Binar tanpa tahu penyebab Binar menjauhinya.

 

CUT TO:

 

Binar memelankan langkahnya dalam berlari, ia membungkuk demi mengatur napasnya yang tersengal.

 

BINAR’S POV:

Sinar matahari terasa begitu silau di mata Binar, pandangannya pun kadang-kadang kabur, namum kemudian jelas kembali, lalu mengabur lagi.

 

Wulan yang melihat Binar berhenti, langsung menghampiri dan menepuk bahunya.

 

WULAN:

Gapapa, Bi? Kalo nggak kuat jangan dipaksain, izin aja yuk? Mukamu makin pucet tuh.

 

BINAR:

(Mengelap keringat di pelipisnya) Kuat kok, Lan!

 

Binar melanjutkan larinya kembali, sedangkan Wulan hanya menggelengkan kepala dengan sikap keras kpala Binar. Semua siswa kemudian berkumpul di pinggir lapangan, menunggu giliran namanya dipanggil untuk pengambilan nilai ujian praktik. Satu per satu nama murid dipanggil hingga tiba giliran Binar.

 

PAK ABDUL (GURU OLAHRAGA; 45):

Binar Lentera!

 

Binar maju ke depan. Pak Abdul memberikan pengarahan singkat tentang cara mendrible bola basket dan teknik yang dinilai, Binar mengangguk paham.

 

PAK ABDUL:

Siap?!! (Meniup peluit)

 

Binar mendrible bola basket melewati beberapa kun, ketika hendak melakukan shooting Binar menahan bola basketnya di samping kepala.

 

BINAR’S POV:

Pandangan Binar mengabur, papan ring basket di matanya hanya terlihat seperti sebuah kotak merah yang buram. Binar merasakan kalau tanah yang ia injak bergerak dan berputar. Dan dengan tiba-tiba, Binar jatuh tersungkur di lapangan. Hanya terdengar suara siswa-siswa yang dengan ramai memanggil namanya.

 

CUT INTO BLACK:

 

32.     INT. RUANG UKS – SIANG

 

BINAR’S POV:

Binar perlahan membuka mata, benda yang pertama ia lihat saat sadar adalah kipas angin yang berputar di atasnya yang buram berangsur-angsur jelas.

 

Binar bangkit dari posisi berbaring, tangan kanannya menyentuh pipi kanan dekat matanya yang terasa perih (lecet karena tergores lapangan saat ia jatuh pingsan).

 

SOUND EFFECT:

Suara pintu dibuka.

 

Seorang petugas UKS masuk dan tersenyum mendapati Binar sudah siuman. Petugas UKS itu kemudian mengambil segelas teh di nakas dan menyerahkannya kepada Binar.

 

PETUGAS UKS (25):

Sudah siuman? Kalau masih pusing istirahat saja di sini ya? Tadi udah dibuatkan surat izin kok.

 

Binar menerima segelas teh yang disodorkan petugas UKS, namun belum meminum tehnya.

 

PETUGAS UKS: (CONT’D)

Kalau perlu apa-apa panggil aja ya, di meja jaga depan.

 

Binar hanya mengangguk, petugas UKS itu kemudian tersenyum dan berlalu keluar ruangan. Binar meletakkan kembali segelas teh ke atas nakas dan kembali berbaring. Tak lama berbaring, ia kembali duduk dan memutuskan untuk keluar dari ruang UKS.

 

PETUGAS UKS:

Lho, mau ke mana, Dik?

 

BINAR:

Kamar mandi, Bu, saya mual.

 

PETUGAS UKS:

Saya antar?

 

BINAR:

Enggak usah, Bu. Saya sendiri.

 

Binar kemudian berjalan meninggalkan UKS. Namun, bukannya ke kamar mandi Binar justru menuju rooftop sekolah.

 

33.     EXT. ROOFTOP SEKOLAH – SIANG

 

Long shot rooftop sekolah yang sepi, hanya ada beberapa bangku rusak dan tower air. Binar berjalan ke tepi dan menumpukan tangannya ke pagar tembok pembatas rooftop yang hanya setinggi setengah badannya. Ia menelungkupkan kepalanya di kedua tangannya lalu perlahan terisak.

 

IRGI:

Perasaan manusia itu kebohongan paling jujur yang disembunyiin manusia dari semesta.

 

Binar perlahan mengangkat kepalanya lalu dengan cepat menoleh ke belakang.

 

BINAR:

Irgi?

 

Irgi berjalan menghampiri Binar hingga ia berdiri tepat dihadapan Binar. Suasana sunyi sejenak. Irgi hanya menatap Binar yang melempar tatapan bingung dengan kalimat yang diucapkannya barusan. Rambut mereka bergerak diterpa angin.

 

IRGI:

Being not okay is okay, Bi. Karena selalu berusaha baik-baik aja itu kebohongan yang bikin capek. Kalo dengan nangis sesak lo berkurang, nangis aja sepuas lo. Gue akan selalu ada buat lo.

 

Binar menatap Irgi dalam diam, kemudian kembali terisak pelan.

 

CUT TO:

 

Binar duduk sendiri di bangku yang ada di rooftop, menatap ke depan. Irgi datang menghampirinya dengan membawa dua botol air mineral yang ia beli di koperasi sekolah. Ia kemudian menarik bangku yang sandarannya rusak dan duduk di samping Binar. Igi membuka satu botol air mineral kemudian ia berikan kepada Binar.

 

IRGI:

Nih, minum dulu, Bi!

 

BINAR:

(Tersenyum dengan mata masih sembab) Makasih, Gi.

 

Binar langsung meminum air pemberian Irgi beberapa teguk, kemudian ia menghembuskan napas berat. Irgi diam-diam memerhatikan wajah Binar yang masih sedikit pucat. Binar yang kemudian sadar sedang diperhatikan Irgi, menoleh dan menatap Irgi dengan alis bertaut.

 

BINAR:

Ini bukannya masih jam pelajaran?

 

IRGI:

(Mengangguk) Dan gue nggak ikut pelajaran.

 

BINAR:

Kenapa?

 

IRGI:

Pertama, kelas gue lagi pelajaran Sejarah. Kedua, kayaknya guru Sejarah gue cucunya nenek lampir, deh?! Galak banget soalnya. Jadi males gue masuk kelas!

 

Binar tersenyum sambil menggelengkan kepalanya karena perkataan receh Irgi.

 

BINAR:

Bolos dong.

 

IRGI:

Gapapa, yang penting sama lo.

 

Binar mengangkat alis dan kembali tersenyum tipis, mengalihkan pandangan ke depan dan kembali terdiam. Suasana sunyi beberapa detik. Irgi kemudian berdiri dari duduknya.

 

IRGI: (CONT’D)

Ya udah kalo gitu gue ke kelas.

 

Binar menoleh menatap Irgi, lalu mengangguk. Irgi tersenyum kemudian meninggalkan Binar. Binar menatap Irgi yang melangkah menuju tangga turun, sesaat kemudian pandangannya turun ke kursi dimana Irgi tadi duduk. Ada sebatang coklat di kursi bekas Irgi duduk tadi, Binar mengambil sebatang coklat itu, terdapat sesobek kertas kecil di bagian bawah bungkus coklatnya. Binar membuka kertas itu, close up ke kertas yang bertuliskan:

 

Semesta memberikan kita kebahagiaan sederhana lewat coklat. Keep smiling.

-Antares-

Close up wajah Binar yang terkejut.

 

CUT TO FLASHBACK:

 

1.     FLASHBACK (SCENE 10)

 Binar masuk ke kelas dan melihat ada sebungkus coklat batangan di atas mejanya. Ia lalu mengambil coklat yang ada di atas mejanya dan membolak-balik coklat itu.

           WULAN:

(Tiba-tiba sudah masuk ke kelas tanpa disadari Binar)

Ciee, dari siapa tuh?

 

BINAR:

(Kaget)

Nggak tahu, udah disini dari tadi.

 

WULAN:

Ada suratnya tuh!

 

BINAR:

(Mengambil kertas di bawah bungkus coklat dan membacanya)

Antares? Emang ada ya yang namanya Antares di sekolah kita?

 

2.     FLASHBACK (SCENE 25)

Close up tangan Irgi yang menyerahkan sebatang coklat kepada Binar. Move to wajah Binar (BCU) yang melihat sodoran coklat dari Irgi kemudian beralih menatap Irgi sambil mengangkat alisnya karena heran.

 

IRGI:

Coklat punya kandungan feniletilamin yang bisa ningkatin hormon endorfin, makanya kalo makan coklat bisa naikin mood. Ya ... siapa tau bisa naikin mood lo juga.

 

FLASHBACK CUT TO:

 

Binar tersadar dari lamunannya dan buru-buru menyusul Irgi turun dari rooftop. Binar memanggil Irgi yang baru saja menuruni anak tangga.

 

BINAR:

Irgi!!

 

Irgi menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang. Binar segera menghampiri Irgi.

 

BINAR: (CONT’D)

(Sambil mengangkat coklat batangan dari Irgi) Jadi, selama ini Antares yang setiap pagi naruh coklat di mejaku itu ... kamu?!

 

Irgi terdiam, tidak menjawab pertanyaan Binar dan hanya menatap coklat yang disodorkan Binar di depannya.

 

BINAR:

Maksudnya apa, Gi?

 

IRGI:

(Menghela napas) Gue suka sama lo!!

 

Jawaban Irgi sontak membuat raut wajah Binar terkejut.

 

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar