Pergilah Puan Tanah ini telah Bertuan (Script Version)
6. Scene 25 - 28

25.     EXT. POHON AKASIA – SIANG

 

Binar berdiri dibawah pohon akasia, menatap perkebunan teh. Terdengar suara motor yang berhenti di belakangnya. Binar menoleh ke belakang karena mengira Najandra, namun ternyata yang datang adalah Irgi. Irgi kemudian menghampiri Binar setelah mengunci motornya.

 

IRGI:

Lo kenapa suka banget ke sini?

 

Binar kembali mengalihkan pandangan ke perkebunan teh. Wajahnya terlihat tidak bersemangat. Binar kemudian menghela napas.

 

BINAR:

Kalau suka emang harus punya alasan, ya? Nggak bisa apa kalau suka, ya cukup suka aja. Nggak perlu ditanyain ‘kenapa?’

 

Irgi terkekeh sambil menggelengkan kepala.

 

IRGI:

Oke, lo emang selalu bener.

 

Irgi menoleh ke arah Binar dan merasa heran dengan sikapnya yang hari ini tidak seceria biasanya.

 

IRGI: (CONT’D)

Lo, sakit? (Sambil menempelkan punggung tangan ke dahi Binar.

 

BINAR:

(Menghela napas pelan sambil mengalihkan tangan Irgi dari dahinya) Engga, Gi! Gapapa.

 

Irgi menurunkan tangannya dari dahi Binar kemudian membenarkan tas sekolahnya yang hanya tersampir di bahu kanannya saja. Diam memperhatikan Binar dengan tatapan menelisik. Binar yang merasa tidak nyaman dengan tatapan Irgi kembali menghela napas, namun kali ini agak keras.

 

BINAR:

Beneran gapapa!!

 

IRGI:

Gapapa itu artinya apa-apa.

 

BINAR:

(Mendengus kemudian duduk di rerumputan) Sok tau!

 

Irgi mengikuti Binar duduk. Keduanya saling diam, suasana sunyi beberapa detik. Irgi kembali memperhatikan raut wajah Binar, kemudian seolah menemukan ide Irgi buru-buru membuka tasnya. Close up tangan Irgi yang menyerahkan sebatang coklat kepada Binar. Move to wajah Binar (BCU) yang melihat sodoran coklat dari Irgi kemudian beralih menatap Irgi sambil mengangkat alisnya karena heran.

 

 

IRGI:

Coklat punya kandungan feniletilamin yang bisa ningkatin hormon endorfin, makanya kalo makan coklat bisa naikin mood. Ya ... siapa tau bisa naikin mood lo juga.

 

Binar terdiam sejenak, kemudian perlahan berusaha mengembangkan senyum tipis. Ia kemudian mengambil coklat yang disodorkan Irgi.

 

BINAR:

Makasih, Gi.

 

Irgi mengembangkan senyum sambil mengangguk. Long shot langit yang perlahan mulai mendung dan semakin gelap. Irgi mendongak menatap awan-awan gelap di langit.

 

IRGI:

Kayaknya mau ujan, Bi. Pulang, yuk!

 

Tidak lama setelah Irgi berbicara, hujan perlahan turun. Irgi dengan melindungi kepala Binar dari hujan menggunakan tasnya. Mereka berdua segera berlari menuju motor Irgi. Irgi kemudian melajukan motornya meninggalkan pohon akasia.

 

 

CUT TO:

 

26.     EXT/INT – WARUNG TENDA – SORE

Camera follow motor Irgi yang melaju di tengah guyuran hujan. Karena hujan semakin bertambah deras, Irgi menepikan motornya ke sebuah warung tenda. Binar segera turun dari boncengan motor dan segera berteduh di warung tenda tersebut.

 

IRGI:

Berteduh dulu ya, Bi.

 

Binar mengangguk saja. Mereka berdua kemudian duduk di kursi kayu yang disediakan warung tenda. Binar menggosokkan kedua telapak tangannya dan mulai merasa kedinginan. Irgi terlihat memperhatikan gerakan Binar.

 

IRGI:

Tunggu bentar, Bi.

 

Irgi kemudian berdiri dan langsung menuju ke etalase penjual warung dan terlihat memesan sesuatu. Binar tidak terlalu memedulikan apa yang sedang Irgi lakukan dan fokus menggosok kedua telapak tangannya.

 

IRGI:

Teh hangat, Bi. (Sambil menyodorkan segelas teh kepada Binar lalu duduk di kursi seberang meja yang pas berhadapan dengan Binar)

 

BINAR:

(Mendongak dan sedikit terkejut)

Mmm, makasih Gi.

 

Binar menangkup gelas teh hangat itu, namun belum meminum tehnya, hanya mau menghangatkan telapak tangannya saja. Tiba-tiba Irgi menangkup tangan Binar yang sedang menangkup gelas. Binar terkejut dan langsung menatap Irgi dengan alis bertaut kaget.

 

IRGI:

Biar lebih hangat. (seolah mengerti maksud tatapan Binar)

 

Binar diam dan kembali memandangi tangannya yang masih ditangkup Irgi, namun yang ada di pikirannya adalah Najandra. Ia kemudian mengedarkan pandangan ke sekekeliling warung, berharap ada Najandra yang juga kebetulan berteduh, namun ternyata tidak ada. Binar kembali menatap Irgi dan melepaskan tangkupan tangannya.

 

BINAR:

Kita terobos aja ujannya! (sontak berdiri dan berjalan ke pinggir warung tenda)

 

IRGI:

(Refleks berdiri dan menyeimbangi langkah Binar) Tapi masih hujan, Bi. Lo kan nggak bisa kehujanan ....

 

BINAR:

Aku mau cepetan sampe panti! (nada binar agak tinggi)

 

IRGI:

(Diam sejenak menatap Binar, kemudian menarik napas pelan) Oke kalo gitu.

 

Irgi kemudian berjalan ke motornya dan menyalakan motor. Close up wajah Binar yang terlihat cemas dan sedikit bersalah karena membentak Irgi.

 

CUT TO:

 

27.     EXT/INT. PANTI ASUHAN – SORE

 

Motor Irgi berhenti di depan gerbang panti asuhan. Hujan sudah lumayan reda. Binar langsung turun dari motor, memberikan helm dan mengucapkan terima kasih kemudian langsung berlari ke dalam panti. Irgi pun langsung melajukan motornya.

 

Binar berlari ke dalam panti, namun langkahnya seketika berhenti di ambang pintu. Close up wajah Binar yang kembali kecewa.

 

BINAR’S POV:

Najandra dan Kirana yang berjongkok di lantai memunguti kertas-kertas tugas Kirana yang berserakan. Keduanya saling tatap saat memegang satu kertas yang sama.

 

BINAR:

Naj ... (lirih)

 

Najandra dan Kirana menoleh ke arah Binar, keduanya sontak berdiri dari posisi jongkok. Mereka berdua menghampiri Binar yang berdiri di ambang pintu dengan kondisi basah kuyup, Kirana dan Naj terlihat begitu khawatir melihat Binar.

 

KIRANA:

Aku ambilin handuk dulu ya, Bi. Tunggu di sini.

 

Kirana segera berjalan ke dalam kamar untuk mengambil handuk, meninggalkan Naj dan Binar di ruang tamu. Binar mengalihkan pandangannya supaya tidak melihat Naj.

 

NAJANDRA:

Kenapa nekat hujan-hujanan, Bi? (Bertanya dengan nada khawatir)

 

BINAR:

Kenapa?! Takut ganggu waktu kamu? Ya maaf kalo gitu! (nada sinis dan cuek)

 

Binar berlalu meninggalkan Najandra menuju kamarnya.

 

NAJANDRA:

Maksudnya, Bi? Aku nggak ngerti.

 

Binar berhenti melangkah, kemudian kembali berbalik menatap Najandra.

 

BINAR:

Kamu emang nggak pernah ngerti, Naj.

 

Alis Najandra bertaut. Binar lalu melanjutkan langkah menuju kamarnya bertepatan dengan Kirana yang keluar membawa handuk. Binar melewati Kirana begitu saja dan tanpa sengaja menyenggol bahu Kirana. Ia menutup pintu kamar agak keras. Kirana dan Najandra kemudian saling melempar tatapan bingung akan sikap Binar.

 

CUT TO:

 

28.     INT. KAMAR BINAR DAN KIRANA – SORE

 

Binar mendorong pintu kamar dengan asal supaya tertutup, kemudian membanting diri di kasur. Ia menangis dengan posisi tengkurap memeluk bantal. Tidak lama setelah itu, terdengar suara pintu di buka, Kirana masuk ke dalam kamar lalu duduk di pinggir tempat tidur dan mengelus rambut Binar yang basah dengan lembut.

 

KIRANA:

Bi, ada apa? Ceritalah padaku, tapi ganti bajumu dulu ya biar nggak masuk angin.

 

BINAR:

(Sambil terisak) Tinggalin aku sendiri, An .... Sebentar aja.

 

KIRANA:

Tapi, Bi –

 

BINAR:

AN, TOLONG!

 

Kirana tersentak karena bentakan Binar, kemudian dengan pelan Kirana menuruti permintaan Binar dan meninggalkan Binar sendiri di kamar. Setelah Kirana keluar kamar, Binar kembali terisak cukup lama sampai badannya menggigil. Malamnya, Binar demam dan suhu badannya tinggi.

 

DISSOLVED TO BLACK

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar