Pergilah Puan Tanah ini telah Bertuan (Script Version)
2. Scene 7 - 9

7.     EXT/INT. PANTI ASUHAN – SORE

Hujan deras mengguyur, vespa menepi ke panti asuhan. Binar segera loncat ke dalam teras panti, menepuk-nepuk rok abu-abunya yang kotor karena terkena lumpur di jalan. Naj memasukkan vespa ke garasi. Binar menengok jam di ruang tamu yang pintunya terbuka, menunjukkan jam empat sore.

BINAR:

Yah, nggak bisa liat senja lagi!

NAJANDRA:

(Menghampiri Binar setelah memasukkan vespa ke garasi sambil membuka kacamata dan menyugar rambutnya yang basah ke belakang)

Bi, cepet ganti.

Binar menoleh dan seketika diam menatap Naj tanpa kedip.

NAJANDRA:

(Suara agak keras dari sebelumnya)

Bi, kok malah diem?! Cepet ganti, kamu kan nggak tahan hujan!

BINAR:

(Tersentak) Ah, iyaa!

Binar cepat-cepat membuka sepatuya yang kotor terkena lumpur dan menaruh di rak dekat pintu lalu masuk ke dalam rumah. Close up gerakan tangan Binar menekan knop pintu lalu long shot pemandangan kamar yang memiliki dua tempat tidur (satu rapi, satunya lagi sedikit berantakan), di meja belajar pojok duduk seorang gadis berjilbab warna dusti pink (Kirana) sedang menulis. Binar masuk ke kamar dan menaruh tas sekolahnya di atas tempat tidur yang sedikit berantakan lalu mengambil handuk dan mengeringkan rambutnya.

KIRANA:

Bi, kamu kehujanan?

BINAR:

Iya, An.

KIRANA:

Aku buatin jahe anget ya, biar nanti malam nggak demam.

BINAR:

(Membuka lemari pakaian, terlihat baju Kirana di sisi kanan tersusun rapi dan sesuai warna, sedangkan di sisi kiri lemari adalah baju milik Binar yang tersusun tidak terlalu rapi)

Boleh, An.

Kirana menutup bukunya lalu keluar dari kamar. Binar mengambil celana jins beserta kaos dan langsung ke kamar mandi. Binar kembali lagi ke kamar setelah ganti dan sudah ada segelas wedang jahe di atas meja belajarnya, tapi tak ada Kirana di dalam kamar. Binar menyeruput wedang jahe tersebut, lalu mengambil sweater karena merasa kedinginan. Saat memakai sweater, Binar bersin.

KIRANA:

(Baru masuk ke kamar) Bi?!

Kirana menghampiri Binar dan menempelkan punggung tangannya di dahi dan leher Binar secara bergantian.

KIRANA:

(Khawatir) Badanmu mulai anget, Bi.

BINAR:

Biasa aja, An.

KIRANA:

Biasa gimana, panas gitu! Kamu istirahat yaa!

Kirana menuntun Binar ke tempat tidurnya dan menyelimutinya, sedangkan Binar hanya menurut saja.

KIRANA:

Istirahat ya, Bi!

Binar hanya mengangguk. Kirana mengusap rambut Binar beberapa kali dan kembali ke meja belajarnya lalu melanjutkan menulis. Binar memerhatikan Kirana yang sudah kembali fokus menulis, belum berniat memejamkan matanya.

BINAR: (VO)

Dia Kirana. Gadis cantik, baik, lembut, dan penuh keibuan. Seperti yang terlihat, sangat jauh berbeda denganku dilihat dari segi manapun. Satu tahun yang lalu, Kirana datang ke panti ini dengan keadaan yang ya, tidak berbeda denganku dulu. Kacau, berantakan, dan terlihat tak terurus. Ceritanya, ia hendak dijual ayahnya namun berhasil kabur dan akhirnya bertemu bunda panti lalu dibawalah ia ke panti ini. Tapi, kalau menilik kisah yang pernah kami alami, sebenarnya antara aku dan Kirana tak jauh berbeda. Sama-sama memiliki ayah sesosok monster.

Binar menghela napas lalu perlahan-lahan memejamkan matanya.

DISOLVED TO:

8.     INT. KAMAR TIDUR – DAPUR – MALAM

Shot jam dinding di kamar yang menunjukkan pukul sebelas malam dengan suara detik jam cukup keras. Close up wajah Binar yang tertidur lalu perlahan membuka mata, tangannya meraba handuk putih yang menempel di dahinya. Binar bangkit dari posisi berbaring menjadi duduk, menoleh ke arah tempat tidur Kirana dan melihat Kirana yang tengah tertidur lelap. Dengan lemas Binar turun dari tempat tidur lalu keluar kamar. Binar mengambil sepatunya yang kotor di teras lalu menuju dapur.

NAJANDRA:

Bi!

BINAR:

(Kaget, mendapati Najandra di dapur) Naj?! Lagi apa?

Najandra langsung menghampiri Binar dan menempelkan punggung tangannya di dahi Binar.

NAJANDRA:

Masih panas!

BINAR:

(Mendengus)

Lebay!

NAJANDRA:

Kamu demam, kok dibilang lebay sih?!

BINAR:

Naj, aku cuma demam biasa. Dan ini selalu terjadi kalo aku kehujanan, karena emang imunku aja yang cemen.

NAJANDRA:

Lain kali aku nggak bakal biarin kamu kehujanan lagi, Bi.

BINAR:

(Tersenyum sambil menggelengkan kepala)

Kamu sama Kirana terlalu berlebihan deh, besok juga pasti udah mendingan!

Oh iya, kamu ngapain di dapur jam segini?

NAJANDRA:

Mau buat mie, laper!

BINAR:

(Terkekeh kecil)

Kebiasaan! Jadi kamu yang ngehabisin mie instan hampir satu kardus selama ini?

NAJANDRA:

(Tertawa)

Mau juga? Eh ... jangan! Masih sakit gini.

Terus kamu ngapain kesini?

BINAR:

Mau ngelap sepatu. (Sambil mengangkat sepatunya)

NAJANDRA:

Ooh, ya udah sini aku yang ngelap sepatunya.

BINAR:

Enggak usah, aku aja.

NAJANDRA:

(Merebut sepatu Binar)

Ssst, duduk aja di situ. Kamu masih sakit, inget?!

BINAR:

(Menghela napas)

Hmmm, iya deh!

Najandra langsung ke kamar mandi membawa sepatu Binar, sedangkan Binar duduk di kursi meja makan. Binar duduk menyangga dagu, sekitar 10 menit Najandra sudah kembali ke dapur.

BINAR:

Udah?

NAJANDRA:

Udah dong, tuh lagi diangin-anginin. Besok pasti udah kering!

BINAR:

Cepet banget, keren!

NAJANDRA:

(Menyalakan kompor untuk memasak mie instan)

Tidur lagi sana, Bi.

BINAR:

Nggak ngantuk, Naj.

NAJANDRA:

(Sibuk dengan alat masak, beberapamenit kemudian menyerahkan segelas susu coklat yang ia buat)

Susu coklat hangat buat tuan putri Binar!

BINAR:

(Terkekeh)

Makasih, pelayan.

NAJANDRA:

Asem! (Najandra dan Binar tertawa bersama)

Najandra mengambil kursi di seberang meja makan lalu duduk dan memakan mie instan buatannya, sedangkan Binar meminum susu coklat buatan Naj yang ternyata panas. Setelah makan, mereka berdua bermain catur sampai pukul dua pagi. Binar kemudian kembali ke kamar, saat membuka pintu ia mendapati Kirana sudah bangun dan tengah bersujud dengan mukena putih, melaksanakan sholat malam.

CUT TO:

9.     EXT. PANTI ASUHAN – RUMAH MANG ASEP – PAGI

Long shot pemandangan perkebunan teh dari atas yang masih berkabut, terlihat sebuah angkot melaju dan memasuki pekarangan panti asuhan kemudian cut to Kirana yang bersiap-siap berangkat sekolah, pamit kepada bunda panti yang sedang menjahit lalu naik angkot. Angkot kembali melaju meninggalkan pekarangan panti asuhan.

Shot jam beker yang berdering keras di atas meja belajar Binar, tangan Binar meraba jam beker tersebut lalu ia matikan. Binar bangun dari tidur dan melihat kamar Kirana sudah rapi, ia melihat kembali jam beker yang menunjukkan pukul 6.30 dan langsung buru-buru ke kamar mandi, cut to Binar yang sudah berseragam berjalan cepat menuju kamar Najandra.

BINAR:

(Mengetuk pintu kamar Najandra cepat dan agak keras)

Naj, bangun! Naj, udah telat!

NAJANDRA:

(Dari luar, masuk ke dalam dan berhenti di ambang pintu, berdeham sambil memasukkan kedua tangan ke kantong saku jaket parka warna hijau tua yang dipakainya)

BINAR:

(Menoleh ke arah pintu saat mendengar dehaman dan langsung menghampiri Naj)

Ck, kok nggak ada yang bangunin aku, sih? Parah kalian!

NAJANDRA:

(Tertawa, menyerahkan helm kepada Binar)

Bukan nggak bangunin, tidurmu aja yang kayak kebo. Udah, ayo naik!

Binar mencebik sambil memakai helm. Najandra menghidupkan vespa lalu Binar pun naik. Vespa meninggalkan pekarangan panti. Shot beberapa pekebun teh yang berangkat memetik teh, move to Najandra dan Binar yang naik vespa dengan asap pekat dari kenalpotnya yang membuat beberapa pekebun teh menoleh ke arah mereka. Vespa berhenti di sebuah rumah gaya kuno dengan cat putih (rumah Mang Asep). Binar turun dari vespa dan melepas helm.

NAJANDRA:

(Mengambil uang sepuluh ribu dari dalam tas dan memberikannya ke Binar)

Ini, Bi!

BINAR:

(Mengambil uang pemberian Naj kemudian berlari menuju rumah Mang Asep. Binar mengetuk pintu rumah beberapa kali)

Mang! Mang Asep!

Pintu terbuka, Mang Asep (45 tahun) keluar masih memakai sarung.

MANG ASEP:

Ooh Binar, saya kira teh saha? (logat sunda)

Bentar ya, Mamang ambilkan.

(Masuk kembali ke dalam rumah, kemudian keluar dengan membawa segulung koran dan memberikannya kepada Binar)

BINAR:

(Menerima gulungan koran dari Mang Asep dan memberikan uang sepuluh ribu)

Makasih, Mang.

NAJANDRA:

(Berteriak tanpa turun dari vespa)

Mang, belum ada kabar apa-apa ya?

MANG ASEP:

Belum, nanti kalau ada teh pasti Mamang kabari atuh, Jang. (Ekspresi Najandra langsung berubah sedikit muram)

BINAR:

Hmmm ... ya udah Mang, saya permisi ya? Mau ke sekolah.

MANG ASEP:

Oh iya, sok atuh. Hati-hati, Neng.

BINAR:

Iya Mang, hehe.

Binar berlari menuju vespa sambil memasukkan gulungan koran ke dalam tas, memakai helm dan naik ke boncengan. Najandra lalu melajukan vespa meninggalkan rumah Mang Asep. Binar menghela napas karena Najandra diam saja selama perjalanan ke sekolah.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar