Perempuan mendekati usia 30 tahun
5. 5

35. EXT. PARKIRAN — SIANG

Ardi, Salsa dan teman-temannya berkumpul, menunggu Liza untuk pamit pulang. Terlihat dari kejauhan Liza dan pengurus panti berjalan menuju kami.

Liza
Sekali lagi kami ucapkan terima kasih banyak kepada kalian semua. Anak-anak kelihatan senang atas kunjungannya.
Ardi
Sama-sama, Mbak Liza. Kami juga ucapkan terimakasih banyak atas kehangatan sambutan kedatangan kami.
Liza
Jangan kapok untuk berkunjung kesini lagi, mas.
Ardi
Enggak, mbak. Saya usahakan agar selalu mengagendakan disini. Entah itu berapa bulan sekali.
Liza
Terima kasih, mas. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah kalian lakukan.
Ardi
Aamiin. Ya udah, kami pamit ya, mbak.

Ardi, Salsa dan teman-temannya Pamit ke Liza dan pengurus panti lalu masuk ke mobil seperti semula.

CUT TO

36. INT. RESTORAN — SIANG

Ardi memegang menu makanan, Salsa memainkan ponselnya, membaca pesan dari Diva yang minta ketemu.

Ardi
Mau makan apa, Sa?
Salsa
Apa aja, Di. Yang penting bikin kenyang.
(Salsa fokus menatap ponselnya dan mengetik agar ketemu di tempat ini setelah Ardi pergi)
Ardi
Ya udah, aku mau pesan apa yang kamu pesan aja, deh.
(Ardi menyerahkan menu makanan ke hadapannya)
Salsa
Hah?
(Ia menatapnya dan menaruh ponselnya di meja)
Ardi
Iya, aku mau makan sama dengan yang kamu makan. Sok kamu yang pilih menunya.
Salsa
Oke, aku suka pedas, jangan salahkan aku kalo nanti perut kamu bermasalah.
(Salsa tersenyum, pikirnya ini kesempatan membuatnya pergi tanpa menyuruhnya pergi)
Ardi
Santai, aku juga lumayan suka pedas.

Salsa memanggil pelayan, pelayan itu berjalan menujunya.

Salsa
Mbak, ayam geprek yang pedes, ya. Extra pedas.

Ardi melongo mendengar Salsa memesan menu itu, ia ragu akan perutnya.

Sepuluh menit kemudian makanannya datang, Salsa dengan muka tersenyum memandangi Ardi, sementara Ardi masih dengan melihat makanannya.

Salsa
Kenapa diliatin aja? Katanya suka pedes?
(Salsa tersenyum)
Ardi
Emang suka, kok. Nih, aku makan, ya. Liatin, aku kalo makan imut.
(Ardi mengambil makanannya dan memasukkannya ke mulut)

Baru satu suapan Ardi sudah terlihat kepedasan, tapi ia sembunyikan dengan terus melahap makanannya dengan cepat sampai habis lalu minum es jeruk agar meredakan pedas dan panas di mulutnya.

Salsa
Enak, gak?
(Salsa terus tersenyum)
Ardi
Enak, buktinya abis tuh.
Salsa
Aku masih setengah, aku makannya terlalu santai apa kamu yang kecepetan makannya, ya?
Ardi
Iya, kamunya yang terlalu santai, Sa.
Salsa
Tapi aku pikir kamu makannya kecepetan biar gak ketauan kepedesan, deh. Itu buktinya masih keliatan pedes yang nempel di wajah kamu.
Ardi
Iya, iya, Sa. Aku ngaku kepedesan. Lagian kan aku gak tau versi extra pedas kamu itu kaya apa.
Salsa
Haha, kan udah aku bilang.
Ardi
Enak banget ya ketawanya, Sa. Puas, puas kamu sekarang?
Salsa
Ya udah sekarang boleh duluan barangkali kamu mau langsung ke dokter.
Ardi
Enggak kok, tapi ini temenku udah nungguin. 
Salsa
Kalo sampe ke dokter kabarin, ya. Ya udah sok sana duluan.
Ardi
Terus kamu gimana? Kan makannya belum kelar.
Salsa
Santai aja, kalo nungguin aku makan lama. Aku tipikal orang yang menikmati banget makanan, itu aku lakuin karena sambil ngebayangin gimana rasanya jadi petani yang nanem padi sampe jadi nasi begini.
(Salsa menunjuk ke nasi di piringnya)
Ardi
Tapi...
Salsa
Urusan pulang gampang, aku bisa pesan ojek online atau angkutan umum. Udah sana, kasian temennya.

CUT TO

37. INT. RESTORAN — SIANG

Salsa sudah menghabiskan makanannya. Saat sedang memainkan ponselnya melihat beranda Twitter, Diva datang menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Salsa
Eh, gimana kabarnya?
Diva
Baik, mbak.
Salsa
Udah makan belum, mau aku pesanin?
Diva
Enggak, mbak. Baru banget abis makan.
Salsa
Ya udah, tapi kalo minum jangan nolak. Sok pilih mau minum apa.

Diva membuka daftar minumannya. Salsa memanggil pelayan.

Salsa
Mbak, aku jus strawberry sama satunya jus mangga, ya.
Pelayan
Siap, mbak.
Salsa
Gimana, ada apa ngedadak banget minta ketemu?
Diva
Aku takut, mbak.
(Diva mengeluarkan air matanya)
Salsa
Takut kenapa?
Diva
Arya sampe saat ini ngehindarin aku, aku telfon gak dijawab, aku chat gak dibales.

Pelayan datang membawakan minuman yang Diva pesan.

Salsa
Jangan takut, dia pasti tanggung jawab.
Diva
Tapi sampai saat ini kenyataannya kaya gitu, mbak. Buktinya aku hubungi susah.
Salsa
Udah, jangan nangis. Aku coba hubungi dia, ya.
(Salsa mengirim pesan ke Arya, ia mengetik agar Arya segera datang ke tempat ini)
Salsa (CON'T D)
Jadi kamu selama ini kemana aja?
Diva
Di kosan temen, mbak.
Salsa
Kamu gak pulang ke rumah?
Diva
Aku takut, mbak.
Salsa
Kamu jangan kabur dari rumah, nanti kedua orang tuamu tahu kalo kamu lagi ada masalah.
Salsa (CON'T D)
Pokoknya hari ini kamu harus pulang ke rumah!
Diva
Iya, mbak.

Arya datang, ia terkejut melihat Salsa sedang dengan Diva.

Salsa
Duduk di situ, sebelah Diva.

Arya menuruti kata-kata Salsa.

Salsa
Kalian terlihat sangat cocok. Udah waktunya duduk berdua di pelaminan.
Arya
Aku tahu maksud kamu ngomong gitu, tapi sejauh ini bukannya mau kabur, aku lagi mikirin gimana caranya ngeyakinin orang tua Diva.
Salsa
Maksud kamu?
Arya
Dia kan masih mahasiswi statusnya, apa orang tuanya bakal mau kalo aku tiba-tiba bilang mau menikahi anaknya?
Salsa
Kamu ngeyakinin Diva untuk berbuat tidak baik aja bisa, masa ngeyakinin orang tuanya berbuat baik gak bisa?

Salsa berjalan meninggalkan mereka untuk memesankan minuman untuk Arya. Sengaja ia lakukan itu agar mereka berdua saling berinteraksi. Namun yang terjadi saat balik lagi mereka masih saling diam bagaikan orang asing.

Salsa
Jadi gimana maunya?
Arya
Kamu itu kenapa sih selalu menghakimi?
Salsa
Diva perempuan, aku juga perempuan. Seenggaknya aku bisa membayangkan keadaan Diva saat ini.
Arya
Aku juga lagi berpikir dan aku gak bakal kabur dari masalah ini.
Salsa
Sampai kapan? Mau sampai keluar bukti testpack positif?
Arya
Sa, tolong ngertiin sedikit aja.
Salsa
Kamu juga tolong ngertiin perasaan Diva. Dia gak tidur di rumahnya selama ini, karena kalo tidur di rumah pasti nangis. Tau kan kalo abis nangis matanya bakal sembab. Nah dari mata yang sembab orang tuanya pasti akan bertanya-tanya ada masalah apa anaknya?
Salsa (CON'T D)
Aku kasih waktu seminggu, kalo masih belum bisa ngeyakinin orang tuanya, aku bakal sebar tentang masalah ini. Jangan salahkan aku kalo kamu kehilangan kehidupanmu saat ini.

CUT TO

38. INT. RUANGAN SALSA — SIANG

Salsa duduk fokus menandatangani berkas-berkas. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ia melihat layarnya tertulis nama Ardi.

Salsa
Apa, di? Aku lagi kerja.
Ardi (V.O)
Eh, bentar dulu. Bentar aja, kok.
Salsa
Apa? Buruan!
Ardi (V.O)
Satu jam lagi waktunya makan siang, aku kesitu, ya.
Salsa
Aku udah makan siang barusan.
Ardi (V.O)
Ya udah nanti malam harus ikut makan malam!

Salsa kesal karena saat ia mau menolak teleponnya ditutup. 

Salsa
Dasar...

CUT TO

39. EXT. PARKIRAN — SORE

Salsa berdiri dekat mobilnya, ia mengingat bahwa Ardi nanti malam ngajak ketemu. Tiba-tiba ia mengeluarkan ponselnya lalu menelpon Rifki.

Salsa
Ada dimana, Ki?
Rifki (V.O)
Belakang, bu. Ada yang bisa saya bantu?
Salsa
Iya, tolong kesini dulu ke parkiran bentar, ya.
Rifki (V.O)
Siap, bu.
Salsa
Ya udah ditunggu, ya.

Tidak lama setelah teleponnya ditutup Rifki datang.

Rifki
Gimana, bu. Ada yang bisa dibantu?
Salsa
Enggak, cuma mau nanya nanti malam kedai kopi yang kamu kerja buka enggak?
Rifki
Oh, itu. Buka, bu.
Salsa
Bener, ya? Soalnya kemarin kesitu tutup. Aku nanya aja dulu ke kamu biar gak balik lagi misalkan tutup tuh.
Salsa (CON'T D)
Terus kamu mau berangkat kesitu gak?
Rifki
Berangkat, bu. Lumayan buat nambah-nambah penghasilan.
Salsa
Oke, makasih infonya, ya.

Salsa masuk ke mobil, Rifki lanjut ke belakang. Salsa mengirim pesan ke Ardi agar ketemu di kedai kopi.

CUT TO

40. INT. KEDAI KOPI — MALAM

Salsa duduk sendirian karena datang lebih dulu. Ia melihat menu-menu sambil mencocokkan keinginan minuman malam ini. Sementara Rifki masih menunggu menu yang akan dipesan sambil berdiri.

Salsa
Kentang goreng, sosis bakar sama minumnya milky taro.
Rifki
Kentang goreng, sosis bakar sama milky taro, ya, bu.
(Membaca tulisan pesanan)
Salsa 
Iya, Ki.
Rifki
Oke, saya kesana dulu, bu.
Salsa
Eh satu lagi, Ki.
Rifki
Apa, bu?
Salsa
Kamu lupa apa pura-pura lupa. Jangan panggil Ibu kalo lagi di luar. Hubungan antara atasan sama bawahannya cukup di dalam kantor. Di luar kantor kita sama rata, kita temenan. Oke?

Rifki hanya tersenyum kepadanya kemudian berjalan menyiapkan pesanannya.

Sepuluh menit kemudian Rifki mengantarkan pesanannya, ia menaruhnya satu persatu.

Salsa
Ki, ada pesanan lagi gak?
Rifki
Tadi pesannya itu doang, kan?
(Rifki menunjuk ke makanan dan minuman yang sudah di atas meja)
Salsa
Bukan gitu, maksudnya yang lain. Kalo gak ada temenin aku dulu.
Rifki
Oh, belum ada, kok.

Rifki duduk di depan Salsa, Ia curi-curi pandang ke Salsa yang sedang sibuk memainkan ponselnya.

Salsa
Kamu kerja sampingan ini tiap hari?
Rifki
Iya, gak ada libur kalo kedai kopi gini. Paling hari-hari besar kaya lebaran atau tahun baru.
Salsa
Gak capek? Kamu kan paginya di kantor.
Rifki
Dibilang capek, ya capek. Dinikmati aja sih intinya. Kalo ngeluh mulu kan percuma juga, gak akan merubah keadaan.
Salsa
Yang bikin kamu mau kaya gini karena apa?
Rifki
Karena hidup emang harus dipertaruhkan, kan? Ibu juga pasang badan buat perusahaan yang ibu jalani toh?
Salsa
Haha ibu lagi, ibu lagi.
Rifki
Eh, maap. Gimana, ya kalo udah biasa manggil ibu, terus manggil nama berasa apa gitu.

Ardi datang langsung menyapa Salsa. Ia juga menyapa Rifki sambil mengajaknya bersalaman memperkenalkan diri.

Ardi
Ardi, calonnya Salsa.

Rifki melihat Salsa tersenyum terpaksa sambil menyenggol Ardi yang lancang berbicara.

Rifki
Oh, iya. Saya Rifki bawahannya Bu Salsa di kantor.
(Tersenyum menyembunyikan rasa cemburunya)
Ardi
Pantesan dari kejauhan kaya keliatan akrab banget. Sambil nyambi di sini, mas?
Rifki
Iya, mas. Oh iya, Mas mau minum apa?
Ardi
Kopi Gayo ada, mas?
Rifki
Ada, mas. Saya pamit siapkan kopinya, ya.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar