Perempuan mendekati usia 30 tahun
4. 4

28. INT. DALAM RESTORAN — MALAM

Salsa mencoba bersikap tenang di hadapan Ardi, ia menyembunyikan rasa laparnya. Namun Ardi dengan kepekaannya memanggil pelayan untuk memesankan makanan untuknya.

Pelayan
Mau pesan apa, Mas?
Ardi
Nasi goreng seafood, Mbak.
Pelayan
Berapa, Mas?
Ardi
Dua, Mbak.
Salsa
Enggak, Di. Aku udah makan.
Ardi
Belum. Aku tahu cewek zaman sekarang pada takut gendut karena makan berat di malam hari.
Salsa
Enggak, Mbak. Satu aja, ya.
Ardi
Jangan, Mbak. Bikin dua porsi.
Pelayan
Jadi yang mana, nih? Satu apa dua?
Ardi
Dua, Mbak. Nih uangnya, kembaliannya buat, Mbak. Buruan Mbaknya kesana, ya.
(Ardi memberikan uang seratus ribu kepada pelayan)

Pelayan itu berjalan menyiapkan makanan yang telah dipesan, Ardi tersenyum memandang wajah Salsa yang terlihat kesal.

Ardi
Gak baik nahan lapar demi menjaga badan tetap kurus, Sa. Mending kamu rajin olahraga aja kalo mau tetap kurus.
Ardi (CON'T D)
Oh iya, hari minggu aku mau kunjungan ke panti asuhan. Kamu mau ikut, Sa?
(Ardi mengalihkan pandangannya)
Salsa
Kamu ngajak apa minta ditemenin, nih?
Ardi
Kalo minta ditemenin kayanya gak mungkin, karena biasanya minimal berempat kalo kunjungan. Jadi ngajakin lebih tepatnya. Ya terserah sih, kalo mau ya ayo, enggak juga gapapa.
Salsa
Ternyata kamu pinter ngomong juga, ya. Aku kira cuma pinter gombal doang. Emang acaranya ngapain aja, Di?
Ardi
Kan gombal juga ngomong, Sa. Acaranya ya biasa, santunan gitu. Pasti udah terbayang di kepalamu seperti apa.
Salsa
Pengen tau sih sebenarnya sejak zaman SMA dulu, tapi liat sikon deh. Nanti aku kabarin kalo bisa.

CUT TO

29. INT. RUANG SALSA — SIANG

Salsa sedang duduk, ia memainkan ponselnya melihat video-video yang ada di tiktok sambil menunggu pesanan makanan yang sedang Rifki belikan. Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.

Salsa
Masuk...
(Salsa menekan tombol off dan menaruh ponselnya di meja)
Resta
Ganggu tah, Bu?
Salsa
Dibilangin kalo berdua doang jangan manggil ibu.
Resta
Eh, aku ulangi, deh. Ganggu tah, Sa?
Salsa
Haha kaya di TV aja. Enggak, lagi santai, tadi malah lagi mainan hp.

Suara ketukan terdengar lagi dari balik pintu, Salsa tau itu Rifki. Ia mempersilakannya masuk.

Salsa
Ki, makanannya taro di meja aja, ya.
(Salsa menunjuk ke arah meja tempat yang biasa untuk para tamu yang datang)
Rifki
Siap, Bu.
(Ia berjalan menuju meja yang dimaksud lalu menyiapkan piring dan segelas air putih)
Salsa
Ada apa, Ta?
Resta
Aku abis dari bank. Tagihannya tinggal lima bulan lagi.
Salsa
Alhamdulillah, gak kerasa ya, Ta. Padahal dulu aku sempat pesimis, takut gak bisa bayarnya.
Resta
Iya, Bu. Oiya, Ibu kan bilangnya mau menikah kalo semua pinjaman di bank lunas. Bener gak tuh?
Salsa
Doain aja, Ta.
Resta
Selalu, Bu. Dan satu lagi. Kenapa Ibu ngomong ke orang-orang mau nikahnya setelah punya rumah, termasuk ke ibu sendiri? Kenapa bukan tentang pinjaman di bank demi usahanya tetap berjalan?
Salsa
Aku gak mau ambil banyak resiko. Biarin orang-orang pada tau begitu, biar nyampe ke ibunya juga begitu. Khawatirnya kalo ngomong terus terang malah bikin ibu kepikiran. Di usianya yang semakin lanjut bukan hanya fisiknya aja yang harus banyak istirahat, tapi pikirannya juga, Ta.

Rifki yang kelihatan sibuk menyiapkan makanan diam-diam mendengarkan semua percakapan mereka. Ia sendiri tak menyangka alasan utama tidak mau menikah karena pinjaman di bank demi mempertahankan usaha milik orang tuanya.

CUT TO

30. INT. KAMAR — MALAM

Salsa sedang baca buku menjadi manusia menjadi hamba karyanya Dr. Fahrudin Faiz sambil tengkurap, ibunya masuk tanpa sepengetahuannya.

Maria
Sa...
(Memegang kakinya Salsa)
Salsa
Eh, ibu. Bikin kaget Salsa.
(Langsung duduk menghadap ibunya)
Maria
Fokus banget kamu kalo ke yang kamu suka.
Salsa
Hehe, maap, bu. Kan emang harus fokus kalo mau dapet sesuatu.
Maria
Terus kapan mau fokus buat dapet suami?
Salsa
Bukannya yang harus fokus pihak laki-lakinya ya, bu?
Maria
Ya kamu juga harus fokus meyakinkan pihak laki-lakinya dong. Kalo laki-lakinya gak yakin sama kamu, mana mungkin mau serius sama kamu, Sa.
Salsa
Ya udah, ibu doain aja ya biar dia yakin mau sama Salsa.
Maria
Emang dia siapa, Sa?
Salsa
Gini deh, Salsa kasih sedikit bocoran tentang dia. Dia itu pegiat peduli kemanusiaan. Jadi kaya bikin lembaga atau organisasi atau komunitas kemanusiaan yang open donasi. Nah dia tuh ketuanya, bu. Hasil open donasinya dia salurkan ke panti asuhan atau ke masyarakat yang kurang mampu.
Maria
Bagus itu, artinya dia peduli dengan masyarakat kelas bawah. Terus kapan kamu mau kenalin ke ibu?
Salsa
Begini, bu. Kalo ibu ngizinin Salsa besok ikut sama dia buat baksos ke panti asuhan, nanti Salsa bilang ke dia suruh jemput, sekalian Salsa kenalin ke ibu, kan?
Maria
Loh, kenapa juga ngelarang kamu buat ikut bantu-bantu berbagi? Ibu setuju. Pokoknya sekarang juga kamu kabarin dia, bilang kalo kamu mau ikut.

Tiba-tiba ponsel Salsa berdering, Maria membaca nama Ardi yang menelponnya. Namun Salsa membiarkan teleponnya terus berdering.

Maria
Ardi siapa, Sa? Angkat aja gapapa ada ibu juga.
Salsa
Itu, bu. Anu... Yang barusan Salsa ceritain.
Maria
Wah, jodoh. Baru juga ngomongin, eh orangnya langsung nelfon. Buruan angkat, Sa.
(Maria tersenyum senang, ia merasa ada harapan pada lelaki yang bernama Ardi)

CUT TO

31. INT. RUMAH — PAGI

Ardi datang disambut Maria, Salsa masih sibuk mencocokkan warna pakaian sama kerudungnya.

Maria
Sejak kapan mas menjalankan ini?
Ardi
Gagasan ini udah ada waktu kuliah dulu, tante. Makanya orang-orang didalamnya juga temen-temen kuliah Ardi.
Maria
Wah, motivasinya apa sampe mikir sejauh itu?
Ardi
Awalnya ada temen yang perekonomiannya kurang. Ardi sama yang lain patungan buat bantu biaya kuliahnya. Setelah ditelusuri kehidupan di kampungnya itu rata-rata masyarakat yang kurang mampu. Gitu sih sekilasnya tante.

Salsa berjalan menemui mereka, lalu pamit ke ibunya pergi dengan Ardi.

Maria
Titip Salsa ya, mas.
Ardi
Iya tante.
(Ardi menyalami tangan Maria)

CUT TU

32. INT. MOBIL — PAGI

Ardi fokus menyetir mobilnya, sementara Salsa sibuk dengan ponselnya, menyembunyikan kebingungannya karena baru pertama kali naik mobil berdua dengan lelaki.

Ardi
Sa...
(Ardi mengajaknya berbicara, mencairkan suasana)
Salsa
Iya, gimana, Di?
Ardi
Ibumu sopan banget, ya. Tadi manggil aku pake mas, bukan manggil nama.
Salsa
Iya emang gitu, Di.
Ardi
Konon, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya ya, Sa.
Salsa
Oh, kamu mau aku panggil mas? Kamu pinter ya pake bahasa-bahasa kode atau apa itu namanya.
(Salsa melihat wajah Ardi yang tetap fokus melihat arah jalan)
Salsa (CON'T D)
Tapi yang aku tahu nih, ya. Enggak selalu buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, Di. Misal pohonnya di samping sungai kan buahnya hanyut entah kemana.
(Salsa tersenyum merasa menang karena mematahkan kata-kata Ardi)
Ardi
Haha, Salsa... Salsa... Kamu emang perempuan yang cerdas.

CUT TO

33. EXT. PARKIRAN PANTI ASUHAN — PAGI

Begitu turun dari mobil, Salsa diajak Ardi mendekati teman-temannya yang sudah sampai lebih dulu. Ada satu orang yang sibuk menghitung bingkisan yang ada di mobil bok.

Ardi
Kenalin, ini Salsa yang gue ceritain itu.

Salsa tersenyum kepada tiga temannya.

Ardi
Sa, ini Evan, Dimas, Hendra.
(Ardi menunjuk satu-satu sesuai dengan namanya)
Ardi (CON'T D)
Jadi kalian pesan berapa?
Evan
Sesuai sama jumlah anak panti, Di.
Ardi
Amplop untuk mereka juga udah beres, kan?
Hendra
Aman, Di. Semua sudah siap termasuk buat pengurus dan pemilik panti asuhannya juga.

Seorang perempuan berjalan mendekati kami.

Dimas
Beliau pemilik panti asuhan ini, Di.
Liza
Senang akhirnya bisa bertemu dengan Mas Ardi. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
(Ia menyalami Ardi lalu ke semuanya)
Ardi
Sama-sama, mbak. Saya juga senang akhirnya bisa berkunjung kesini.
Liza
Mari masuk, semua anak-anak sudah tidak sabar ingin menyapa Mas-mas dan Mbaknya.

CUT TO

34. INT. AULA — PAGI

Anak-anak duduk rapi bersila, perempuan sebelah kiri dan laki-laki sebelah kanan, sedangkan para pengurus berdiri menyambut kami.

Ardi
Halo anak-anak... Siapa yang bisa jawab pertanyaan nanti kakak kasih hadiah uang.

Anak-anak antusias siap mendengarkan pertanyaannya.

Ardi
Oke, disini ada yang hafal Pancasila?

Beberapa dari mereka ada yang mengacungkan tangannya.

Ardi
Laki-laki dulu, ya. Tolong yang saya tunjuk bantu ajak kesini, Mbak.
(Ia meminta salah satu pengurus panti untuk membantunya)
Ardi (CON'T D)
Yang itu, Mbak.
(Ia menunjukkan anak yang menggunakan peci)

Mbak pengurus panti membantu anak yang disuruh maju.

Ardi
Namanya siapa, dek?
Fauzan
Fauzan, kak.
Ardi
Coba Fauzan baca sila pertama sampai terakhir, kalo ada yang salah uangnya kakak kantongi lagi. Oke?
Fauzan
Oke, kak.

Fauzan membacanya dengan cepat.

Ardi
Anak pintar, ini hadiahnya, dek.
(Ardi memberikan uang seratus ribu)
Ardi (CON'T D)
Sekarang yang perempuannya, ya. Dan untuk yang perempuan nanti Kak Salsa yang akan ngasih pertanyaannya.

Salsa terkejut, ia menoleh ke arah Ardi namun Ardi malah tersenyum menatapnya.

Salsa

Adek cantik namanya siapa?

Fira
Fira, kakak cantik.
Salsa
Adek bisa ngaji?
Fira
Insya Allah, kak.
Salsa
Pintar, kalo kakak kasih tantangan buat adek cantik baca salah satu surat juz tiga puluh bisa nggak?
Fira
Insya Allah, kak.
Salsa
Tapi jangan lihat Al-Qur'an loh.
Fira
Aku hafal Juz Amma, kak.
Salsa
Wah... Oke, kakak mau tau, kalo bener boleh minta apa aja ke kakak. Coba sekarang baca surat Ad-duha.

Fira membaca dengan santai, suaranya merdu dan bacaannya fasih.

Salsa
Pinteeer... Adek mau apa? Pasti kakak kasih.
Fira
Sini, kak, jongkok. Nanti aku bisikin.
Salsa
Apa, dek?
(Salsa jongkok, mendekatkan telinganya)
Fira
Fira pengen beli tas baru buat sekolah. Tas Fira udah mau rusak.

Mendengar ucapan itu, Salsa berjalan mendekati Liza kemudian memberikan uang ke Liza dua ratus ribu.

Salsa
Mbak, tolong beliin Fira tas, ya. Saya gak sempet buat beli sendiri.
Liza
Iya, mbak. Makasih, ya.

Salsa berjalan lagi mendekati Fira.

Salsa
Adek, nanti dibeliin sama Bu Liza, ya.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar