Perempuan mendekati usia 30 tahun
2. 2

10. INT. RUANG MAKAN — MALAM

Salsa dan ibunya duduk bersebelahan. Susan,teman ibunya Salsa duduk bersebelahan dengan Arya putranya. Mereka saling berhadapan dalam satu meja.

Maria
Tante Susan berteman baik dengan ibu, kami berkenalan saat kuliah dulu.
(Sambil memainkan sendok di piringnya)
Susan
Iya, ibumu itu bidadarinya kampus, gak bisa dihitung pake jari berapa para lelaki yang mendekati.
(Satu sendok nasi melayang mendekati mulutnya)
Susan (CON'T D)
Makanya Tante gak kaget saat lihat kamu cantik begini.
(Sambil mengunyah)
Maria
Ah, Bu Susan bisa aja. Oh, ya. Gimana, Arya sudah lulus S-3nya?
Arya
Sudah, Tante.
Maria
Wah, ganteng, berpendidikan dan punya karir yang sukses, pasti banyak perempuan yang antri.
Salsa
Biasanya begitu, bu. Kaya temenku dulu.

Salsa tak menyadari kata-kata yang dikeluarkannya itu menyinggung perasaan ibunya. Ia tetap asik menikmati makanannya. Sehingga ibunya memberikan pembelaan terhadap anaknya.

Susan
Enggak, Sa. Kalo ada mungkin iya, tapi sejauh ini anak tante belum pernah bawa perempuan ke rumah.
Salsa
Wah, apa jangan-jangan Mas takut sama perempuan?
Maria
Sa, ibu gak pernah ngajarin kamu gitu.
Susan
Aku tau Salsa becanda itu. Iya kan, Sa?
Salsa
Hehe...

CUT TO

11. EXT. TAMAN — MALAM

Arya mengajak Salsa ke taman, meninggalkan Maria dan Susan yang sibuk menonton TV.

Arya
Kamu sibuk apa?
Salsa
Gak sibuk apa-apa, kan lagi santai diwawancarai sama kamu di sini.
Arya
Kamu senyebelin itu, ya? Ditanya bener jawabannya gitu dan dengan pandangan yang entah kemana.
Salsa
Bukannya gak setiap kata yang dikeluarkan untuk lawan bicara harus menatap mukanya, ya?
Arya
Ya tapi sebagai seorang terdidik harusnya kamu tahu adab kepada orang yang lebih...
Salsa
Lebih terdidik?
(Ia memotong pembicaraannya)
Salsa
Apa seorang yang terhormat minta atau bahkan mengemis untuk dihormati?

Arya terlihat sangat jengkel, baru kali ini ia bertemu dengan orang yang sangat menyebalkan.

Arya
Sepertinya ibuku salah orang.
Salsa
Memang, aku sangat jauh untuk dikatakan sebagai seorang terdidik.
Arya
Dari mana kamu tahu apa yang aku maksud?
Salsa
Gak sekali kejadian seperti ini. Ini kali ketiga aku diajak Mama keluar makan malam dengan teman ibu dan ujung-ujungnya aku dijodohkan dengan anaknya.
Arya
Haha, seorang wanita yang cerdas. Tapi sayang aku tidak mau kalo belum apa-apa sudah bersikap seperti ini. Bahkan saat pertama kali dengar suaranya saja sudah mengatakanku banyak yang mendekati.
Salsa
Masih mending aku ngomong seperti itu. Coba kalo aku ngomong kamu yang mendekati para wanita adik tingkatmu atau muridmu, apa ibumu gak jantungan, tuh?
Arya
Dari mana kamu tau soal itu?
Salsa
Haha, yang katanya terdidik sama sekali tidak mencerminkan hasil dari pendidikannya.


FLASHBACK SEMINGGU YANG LALU

12. INT. RUANG TV — MALAM

Maria menelpon Susan, Salsa menguntit mendengarkan di balik pintu kamar saat terdengar tentang perjodohan.

Maria
Iya, kita coba aja dulu. Siapa tahu Arya dan Salsa saling merasa cocok.
Maria (CON'T D)
Rumahmu masih di jalan anggrek nomor 9, kan?
Maria (CON'T D)
Ya udah malam Sabtu aku ajak Salsa.

Salsa keluar dari kamar menghampiri ibunya. Ia pura-pura tidak tahu pembicaraan tentang perjodohan itu.

Salsa
Abis nelfon siapa, bu? Kok ibu kelihatan seneng banget banget banget...
Maria
Oh, itu, anu, tadi Tante Susan. Temen kuliah ibu. Udah lama banget gak komunikasi apalagi ketemu.
Salsa
Oh, pantesan ibu kelihatan seneng banget gitu.
Maria
Iya, Sa. Oh ya, ibu diajak makan malam di rumahnya. Kamu nemenin ibu, ya?
Salsa
Iya, bu. Gak janji, ya.

CUT TO

13. RUANG SALSA — SIANG

Salsa memanggil Rifki untuk menghadapnya. Lima menit kemudian Rifki datang di hadapannya.

Rifki
Ada apa, Bu?
Salsa
Biasa, kerjaan di luar.
Rifki 
Dengan senang hati, Bu. Sudah lama gak ngelakoni lakon detektif.
Salsa
Bagus. Saya suka kamu.
Rifki 
Apa, Bu?
(Ia merasa geer atas apa yang diucapkan oleh atasannya)
Salsa
Iya, saya suka kamu, kamu selalu siap dan baik dalam bekerja.
Salsa (CON'T D)
Tapi untuk kali ini kamu gak perlu sampai lapor polisi untuk menangkapnya. Kamu cukup cari informasi dan foto barangkali dia dengan perempuan bertindak seperti seorang suami istri.
Rifki 
Loh, kenapa emangnya, Bu?
Salsa
Udah, pokoknya kamu kerjakan apa saya suruh. Besok pagi kamu pergi ke alamat ini. Ikuti selama seharian itu dia pergi kemana aja.
(Salsa memberikan alamat rumah yang akan diselidiki)

CUT TO

14. EXT. JALAN DEKAT RUMAH ARYA — PAGI

Rifki memperhatikan rumah itu dari jarak kejauhan. Ia melihat Arya keluar dari gerbang menggunakan mobilnya. Ia mengikutinya dengan menggunakan motor dan memakai pakaian layaknya ojeg online.

Saat sampai di sebuah kampus, ia menghampiri satpam untuk mencari informasi terkait Arya.

Rifki
Kalo bapak yang tadi itu siapa, ya, pak?
Satpam
Oh, itu Mas Arya. Kenapa, Mas?
Rifki
Enggak, Pak. Dia mahasiswa sini?
Satpam
Bukan, beliau salah satu dosen termuda. Satu tahun yang lalu lulus S3 di Amerika, beliau langsung ngajar disini.
Rifki
Oooooh, terus biasanya keluar lagi jam berapa ya, Pak?
Satpam
Kenapa emangnya, Mas? Mas ada perlu sama beliau? Kalo ada saya antar sekarang.
Rifki
Enggak, Pak. Cuma anu. Bentar ya, Pak. Ada orderan lagi, nih.

CUT TO

15. EXT. SEKITAR KAMPUS — SIANG

Rifki menunggu di warung sekitar kampus, ia tidak berani bertanya-tanya kepada satpam karena sudah dicurigai. Sambil menunggu Arya keluar dari kampus ia menyalakan rokoknya.

Setengah jam berlalu, ia tak melihat mobil milik Arya keluar.

Di sekitar ia ada seorang mahasiswi yang sedang asik membaca buku dengan telinga disusupi headset, ia menghampirinya untuk menanyakan tentang Arya.

Rifki
Permisi, Mbak. Boleh nanya gak?
(Ia berdiri di sampingnya)

Mahasiswi itu tidak mendengarnya, ia tetap sibuk dengan buku dan musik yang hanya terdengar oleh telinganya. Arya mengulangi sampai tiga kali, tapi ia belum juga menjawabnya.

Rifki
Permisi, Mbak...
Mahasiswi
Ada apa, sih? Saya dari tadi juga denger!
(Ia menjawab dengan kesal)
Rifki
Loh, kok, nyolot, Mbak? Saya cuma...
Mahasiswi
Cuma apa? Saya juga cuma mau ngelarin bacaan ini, tadi tuh nanggung!
Rifki
Ya udah, maaf.
(Ia meninggalkan mahasiswi itu, kembali ke tempatnya semula)
Mahasiswi
Hey...

Rifki menghentikan langkahnya dan menengok ke belakang.

Mahasiswi (CON'T D)
Maaf, Mas. Tadi kebawa emosi karena baca novel itu, tokohnya bikin jengkel banget. Mas mau nanya apa?
Rifki
Kamu kenal Pak Arya?
Mahasiswi
Iya, beliau dosen saya juga. Mau kirim pesanan ke Pak Arya?
Rifki
Enggak, mau tanya jam berapa beliau biasanya keluar?
Mahasiswi
Ada apa dulu?
Rifki
Ya udah kalo gak mau jawab saya mau pamit aja.
Mahasiswi
Ya elah, Mas. Gitu doang ngambek. Ngambekan kaya cewek yang moodnya lagi turun.
Rifki
Maksudnya apa, ya?
Mahasiswi
Ya Mas maksudnya apa nanyain soal itu? Beliau bukan orang sembarangan loh. Hanya orang-orang yang penting yang biasa berhubungan dengan beliau.
Rifki
Memangnya saya cuma-cuma nanyain Pak Arya keluar jam berapa? 
Rifki (CON'T D)
Mbaknya belajar kan di kelas? Kalo orang nyari tuh ada kepentingan atau keperluan. Dan hal itu ada yang bersifat privasi dimana orang lain gak boleh tahu. Paham kan tentang itu?
Mahasiswi
Ya tapi nanyanya juga harus baik-baik, dong.
Rifki
Bukannya dari awal juga udah baik-baik, ya? Siapa coba yang gak jawab pertanyaan selama tiga kali? Kalo tau dari awal bakal nambah urusan begini, mending gak usah nanya aja sekalian.

Mahasiswi itu terlihat semakin emosi saat argumennya selalu dipatahkan. Hingga akhirnya ia memberi tahu jam berapa Arya keluar dari kampus.

CUT TO

16. EXT. SEKITAR KAMPUS — SORE

Rifki masih melihat mobil Arya keluar, ia langsung mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan beberapa kilometer, Arya membelokkan mobilnya ke Mc Donald. 

Terlihat dari luar Arya dihampiri perempuan. Rifki memotretnya untuk laporan kepada Salsa.

Saat hari mulai gelap Arya kembali melanjutkan perjalanannya.

Rifki sempat kewalahan mengejar mobil yang Arya naiki. Belum lagi tertinggal karena terhalang oleh lampu merah. Namun ia terus menarik gasnya agar menemukannya.

Saat jarak masih lumayan jauh, Rifki melihat mobil Arya masuk ke sebuah hotel. Ia lantas membelokkan setirnya ke hotel tersebut.

Satpam
Mau ngantar kemana, Mas?
Rifki
Ke teman, Pak.
Satpam
Temannya kamar berapa, Mas?
Rifki
Ke Mas Seno, manager hotel ini.
Satpam
Oh iya mohon maaf, Mas. Mas langsung masuk aja ke ruangannya, ya. Apa perlu saya antar?
Rifki
Enggak usah, Pak. Makasih tawarannya.

Rifki berjalan dengan santai karena merasa lega hotel yang Arya kunjungi managernya adalah temannya waktu kuliah.

CUT TO

17. INT. RUANGAN SENO — MALAM

Rifki disuguhi kopi dan beberapa camilan oleh Seno. Ia tidak langsung memberi tahu maksud kedatangannya karena hari itu Seno terlihat sibuk dengan pekerjaannya.

Seno
Ada apa, bro? Sorry tadi gue lagi ribet sama kerjaan makanya tadi agak lama di ruangan yang punya hotel ini.
Rifki
Udah, mending lu kelarin aja dulu kerjaannya. Baru kita ngobrol santai.
Seno
Udah kelar, makanya gue nanyain lu.
Seno (CON'T D)
Jadi ada apa? Butuh suntikan dana buat modal lagi? Kalo iya, butuh berapa?
Rifki
Enggak, bukan itu. Kalo itu mungkin sekarang gaji lu sama penghasilan gue setiap bulannya banyak penghasilan gue, No.
Seno
Haha sombong amat, lu.
Rifki
Harus sombong dihadapan lu. Kan sombong kepada orang yang sombong itu sedekah.
Seno
Haha, terus maksud lu tiba-tiba kesini ada apa? Gak mungkin kan ngajakin ngopi tiba-tiba banget, biasanya lu WA gue dulu kok.
Rifki
Lu cari tahu orang ini.
(Rifki memberi tahu foto Arya dan perempuan yang dicium keningnya)
Seno
Ya kali lu nyuruh gue cari tahu tuh orang yang gak keliatan mukanya. Detektif nomer satu di Indonesia pun kayanya gak mungkin bisa nemuin tuh orang kalo lu suruh.
Rifki
Otak lu gak bisa pinteran dikit, ya?
Rifki (CON'T D)
Gue nyuruh lu karena itu orang tadi masuk hotel ini, lu tanya ke depan orang itu masuk kamar berapa atau lu suruh bawahan lu buat cari tahu orang dua itu. Pokoknya gue butuh informasi orang dua itu di dalam ngapain aja. Besok pagi lu harus kasih informasinya.

CUT TO

18. EXT. SEKITAR KAMPUS — SIANG

Salsa sudah mendapatkan banyak informasi tentang Arya dari Rifki. Siang itu Salsa menelusuri lebih dalam tentang perempuannya.

Saat sedang menikmati minuman, seorang mahasiswi datang membeli minuman dan duduk di sampingnya. Ini kesempatan untuk menanyakan perempuan yang ia cari.

Salsa
Neng, kenal sama Mbak ini?
(Salsa menunjukkan foto perempuan itu di ponselnya)
Mahasiswi
Oh, iya kenal, Mbak. Kebetulan tetangga kelas saya, namanya Diva.
Salsa 
Boleh minta tolong panggilin dia kesini, gak?
Mahasiswi
Iya, Mbak. Nanti sekalian saya masuk, ya.

Tidak lama kemudian, Diva datang menggunakan ransel.

Diva
Ada apa ya, Mbak?
Salsa 
Enggak, saya cuma mau nanya aja.
Diva
Nanya apa, Mbak?
Salsa
Kurang enak kalo ngobrolnya disini, ikut aku aja di tempat yang lebih enak buat ngobrol santai, yuk?
Diva
Emangnya mau apa, Mbak? Gak bisa disini aja tah?
Salsa
Saya cuma mau wawancara buat bahan pelajaran saya, kok.
Diva
Wawancara apa, Mbak?
Salsa
Makanya ayok cari tempat yang lebih nyaman aja, gak enak sayanya takut nanti rame banyak orang, lagian bentar lagi banyak yang istirahat, kan? Tenang, masalah beli minuman atau mau makanan juga nanti saya yang bayarin, asalkan kamu mau saya wawancarai. Gak lama, kok. 15 menitan deh.

Diva akhirnya mau diajak keluar, Salsa mencari tempat yang tidak begitu jauh dari kampus.

CUT TO

19. INT. KEDAI KOPI — SIANG

Saat sampai, Salsa langsung memesan minuman dan makanan. Sambil menunggu pesanan datang, Salsa memulai mewawancarai Diva.

Salsa
Gimana, menurutmu enak gak kuliah di prodi yang kamu ambil?
Diva
Wawancara apa, ya, Mbak? Kok nanyanya tentang saya?
Salsa
Kalo bukan kamu yang diwawancarai, baru bukan tentang kamu. Aku ambil beberapa kampus, dan setiap kampus aku acak daftar namanya, kebetulan kampus ini kamu yang saya wawancarai.
Diva
Baiklah, kuliah yang selama ini saya jalani lancar-lancar aja, Mbak. Hanya saja di semester akhir agak kesulitan.
Salsa
Apanya yang kesulitan?
Diva
Ya biasalah, dari beberapa dosen pembimbing pasti ada yang mempersulit mahasiswa atau mahasiswinya.
Salsa
Mempersulit seperti minta sesuatu tah?

Diva merasa semakin tertekan untuk menutupi pertanyaan itu, tapi pelayan datang membawa makanan seolah menjeda pertanyaan yang Salsa tanyakan.

Salsa
Apakah ini dosen pembimbing yang kamu maksud?
(Salsa memberikan foto Arya yang menggunakan jas hitam)
Diva
Dari mana Mbak tau kalo beliau dosen pembimbing saya?
Salsa
Dari sini
(Salsa memperlihatkan foto ia digandeng Arya di depan pintu hotel)
Diva
Itu... Itu...
(Ia semakin gugup)
Salsa 
Itu saya foto sendiri. Saya juga mendengar desahan kamu dibalik pintu. Kalo kamu mau berterus terang, saya bakal membantumu untuk melancarkan semuanya.

Muka Diva semakin memerah, ia tidak menyangka bakal ada yang tahu perbuatannya dengan dosen pembimbingnya. Tiba-tiba ia meneteskan air matanya bukti penyesalannya.

Diva
Apa Mbak janji bakal merahasiakan tentang itu?
(Ia mengatakannya sambil tersedu-sedu)
Salsa
Saya bukan hanya merahasiakannya, saya akan membantumu agar dosenmu bertanggung jawab atas perbuatannya.
Diva
Sumpah, ini yang pertama kali aku lakuin, Mbak.
(Air matanya semakin mengalir seolah untuk meyakinkan Salsa kalau itu memang pertama kalinya)
Salsa
Memangnya berbuat sekali bisa kamu jamin tidak akan mengandung?
Diva
Justru itu yang Arya katakan. Ia berkali-kali meyakinkanku bahwa sekali tidak akan mengandung. Ia juga berjanji akan mempermudah kuliahku sampai lulus.
Salsa
Ooooh, jadi hanya karena kamu ada kendala tentang kuliah sampai ia memberikan syarat itu untukmu?
Diva
Iya, Mbak. Tolong jangan sebarkan tentang ini, Mbak. Apalagi sampai orang tuaku tahu.
Salsa
Tenang aja, saya akan mengatur semuanya, termasuk agar dosenmu bertanggung jawab.
Diva
Makasih banyak, Mbak. Oh iya kalo boleh tau Mbak ini siapa, ya? Aku belum pernah melihat Mbak sebelumnya.
(Kini mukanya mulai merasa lega dan mengelap air matanya yang menetes di pipinya)
Salsa
Saya pegiat perempuan di lingkungan kampus yang sering kena kekerasan seksual.

CUT TO: FLASHBACK END

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar