Perempuan mendekati usia 30 tahun
1. 1

1. INT. RUANG MAKAN — PAGI

Salsa mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh ibunya, sementara ibunya masih sibuk memperhatikan anak satu-satunya yang cantik namun belum juga menikah itu mengambil makanan.

Maria
Kamu mau ngejar apa lagi Sa? Wajahmu yang cantik menurut ibu banyak laki-laki yang suka, karirmu walaupun hanya meneruskan usaha milik bapak juga sangat bagus. Mau nunggu apa lagi?
Salsa
Nanti, Bu. Salsa mau ngumpulin sekiranya bisa beli rumah sendiri.
(Salsa melayangkan makanan yang ada di sendoknya)
Maria
Buat apa beli rumah lagi? Apa rumah ini gak nyaman buat kamu dan pasanganmu nanti?
Salsa
Bukan gitu, Bu. Salsa pengen punya rumah sendiri dari hasil kerja keras sendiri.
Maria
Terus nanti rumah ini mau dikosongin?
Maria (CON'T D)
Sayang banget loh, dulu bapakmu pontang-panting cari duit buat beli rumah ini. Kalo bukan kamu yang tinggal di sini, terus siapa? 
Salsa
Ibu gak ikut sarapan?
Maria
Kamu ini anak semata wayang, Sa. Dan mungkin Ibu gak akan lama lagi tinggal di dunia yang konon sementara ini. Ibu mau kamu urus rumah ini sebaik mungkin.
Salsa
Ibu jangan ngomong gitu. Doain aja, ya. Semoga Salsa segera didekatkan jodohnya.
Maria
Berdoa mah tiap waktu sholat, Sa. Tapi setiap ada cowok yang deketin kamu, kamunya malah kaya takut cowok.
Salsa
Bukan gitu, Bu.
Maria
Gimana? Kalo bener gak takut mah pastinya kamu akan pilih tuh dari beberapa cowok yang ngedeketin. Lah, ini, setiap ada yang deketin langsung ditolak dengan alasan sibuk.
Salsa
Hehe... Udah, ah. Salsa berangkat dulu, ya...
(Salsa bangkit dari kursi lalu menyalami tangan ibunya)

CUT TO

2. EXT. PARKIRAN — PAGI

Salsa keluar dari mobilnya lalu memberikan kuncinya kepada Rifki yang setiap pagi rutin mencuci mobilnya.

Salsa
Di dalam mobil ada makanan, kalo Mas belum sarapan ambil aja, ya.
Rifki
Iya, Bu. Makasih, ya. Tau aja kalo saya belum sarapan. Hehe...

Salsa berjalan menuju pintu kantor. Namun di balik pintu kaca yang blur nampak seorang lelaki yang akan keluar. Salsa menunggunya keluar agar ia bisa masuk.

Resta
Eh, Ibu... Pagi, Bu.
Salsa
Udah dibilangin beribu-ribu kali kalo lagi berdua gini jangan panggil ibu, masih aja panggil ibu. Berasa tua banget tau, Ta.
Resta
Bukannya emang udah tua, ya?
(Resta menyembunyikan senyumnya dengan menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya)
Salsa
Apa? Mau ngeledek lagi karena di usia segini banyak perempuan yang sudah sibuk mengantar anaknya ke TK? Gak peduli!
(Salsa melangkahkan kaki meninggalkan Resta yang terus membully)
Resta
Haha bercanda kali, Sa. Oh iya, berkas laporan keuangan untuk bulan ini udah aku taro di atas meja kamu.
Salsa
Oke, nanti siang cek. Sekarang mau ngerjain yang lain dulu.
(Salsa membuka pintunya lalu masuk)

CUT TO

3. INT. RUANGAN SALSA — SIANG

Saat Salsa sedang memeriksa berkas yang Resta bilang, suara ketukan pintu membuatnya menghentikan pekerjaannya.

Salsa
Masuk...
Sinta
Gimana kabarnya, Sa?
(Sinta langsung mendekati Salsa)
Salsa
Aaaaa... Sintta.... Aku kira siapa. Kapan kamu pulang?
(Salsa langsung berdiri memeluk Sinta dengan erat)
Sinta
Semalam, aku kangen kamu, kangen Gina juga.
Salsa
Sama... Udah hampir setahun kita gak ketemu, semenjak kamu diboyong sama suami ke Surabaya.
Sinta
Hehe... Maap, suamiku kan kerja disana, masa aku gak ngikut dia kesana.
Sinta (CON'T D)
Eh, ngomong-ngomong kapan kamu mau nyusul aku sama Gina, Sa?

Salsa langsung melepaskan pelukannya, ia diam tidak bisa menjawab pertanyaannya. Ia hanya menatap mata temannya yang merasa bersalah karena bertanya seperti itu.

Salsa
Belum sampai sore, pertanyaan itu udah tiga kali untuk hari ini.

Sinta memeluknya dengan erat setelah mendengar kata-kata yang Salsa keluarkan.

Sinta
Maap, Sa... Aku nanya gitu gak ada maksud buat nyakitin perasaan kamu.
Salsa
Hehe, Iya, Sin. Untung aja yang nanya kapan nikah orang-orang terdekat. Kalo bukan, udah aku tonjok perutnya.

CUT TO

4. INT. KEDAI KOPI — MALAM

Salsa, Gina dan Sinta duduk bersebelahan. Sambil menunggu pesanan kopi, ia mendengarkan alunan musik akustik.

Sinta
Sumpah aku seneng banget akhirnya kita bisa ngopi bareng kalian lagi.
Salsa
Iya, aku juga. Aku biasanya sibuk sama kerjaan, Sin. Gak siang, gak malam.
Gina
Aku udah sibuk mikirin anak. Gak bisa kemana-mana. Ini juga diizinin karena ada kamu, Sin.
Sinta
Terus anakmu kamu titipin ke suami?
Gina
Iya, hehe... Biarinlah. Biar dia ngerasain gimana ribetnya jadi seorang ibu.
Salsa
Wah... Istri macam apa ini...
Gina
Eh, ngomong-ngomong kamu udah ada tanda-tanda ngisi belum, Sin?
Sinta
Belum, Gin. Doain aja ya, Gin, Sa.
Salsa
Amiin... Selalu doain yang terbaik buat kalian berdua.
Gina
Kalo temen kita yang satu ini kapan mau nyusul?

Sinta menginjak kaki Gina. Gina langsung paham maksudnya, tapi Salsa langsung menjawab pertanyaan Gina.

Salsa
Aku selalu doain kalian berdua yang baik-baik. Sekarang aku minta kalian yang doain aku semoga ada cowok yang mau benar-benar serius sama aku.
Sinta
Amiin...
Gina
Amiin... Kami juga selalu doain kamu kok, Sa.


INTERCUT WHIT

5. INT. KEDAI KOPI (RUANG KANTOR) — MALAM

Rifki sibuk melihat data pemasukan dan pengeluaran bulan lalu, sedangkan Ferdi sibuk menghitung uang buat belanja kopi yang stoknya tinggal sedikit.

Rifki
Fer, stok kopi udah lu cek semua, kan?
Ferdi
Aman, bos. Lu pikirin aja kapan mau nikah. secara umur kan udah bener-bener matang. Bentar lagi busuk kalo buah-buahan mah.

Rifki langsung menghentikan kegiatannya. Ia menoleh ke Ferdi yang duduk di sofa.

Rifki
Fer, Lu waktu mau nikah sama Yolan ada tanda-tanda apa atau apa gak?
Ferdi
Maksud Lu?
Rifki
Ya kali aja lu ngerasa kalo Yolan itu cocok semisal lu nikahin. Kurang lebihnya kaya ada kekuatan atau kemantapan hati lu buat ngajak dia nikah.
Ferdi
Bos, yang gue lakuin itu emang kemantapan hati gue. Kalo gue gak mantap buat nikahin dia, ngapain gue ngajak nikah? Dan yang lu perlu tau, di dalam rumah tangga itu pasti ada cekcoknya walaupun kita berdua merasa sama-sama cocok.
Rifki
Nah, itu jawaban gue. Jadi, jangan lagi-lagi lu nanya kapan nikah. Oke?

Ferdi langsung diam membisu setelah mendengarkan Rifki bicara, Ia merasa terjebak dengan kata-katanya sendiri. Rifki yang melihat ekspresi muka Ferdi kesal malah ketawa sejadi-jadinya.

Rifki (CON'T D)
Ngapain lu diem aja? Ketawa dong!

Rifki keluar meninggalkan Ferdi. Baru beberapa langkah dari pintu, Ia melihat Salsa dan teman-temannya sedang berbicara. Rifki balik lagi masuk ke ruangan.

Ferdi
Lah, kenapa lu masuk lagi kesini?
Rifki
Ada atasan gue, Salsa. Tolong Lu ambilin kaos waiters sambil bilang ke Roni biar gue aja yang nganterin minuman untuk meja Salsa.
Ferdi
Haha... Lagian Lu sok-sokan nyamar jadi OB disini dan di perusahaan Salsa segala, jadi ribet kan?
Rifki
Udah jangan banyak tanya, buruan ambilin.

Ferdi keluar mengambilkan apa yang Rifki suruh. Rifki duduk memainkan ponselnya menunggu Ferdi kembali.

Ferdi
Nih, Lu ngapain sih pake nyamar segala? Apa jangan-jangan lu suka sama dia?
Rifki
Dibilang jangan banyak tanya!

Rifki langsung memakai kaosnya, setelah selesai ia langsung keluar ruangan.

CUT TO

6. INT. KEDAI KOPI — MALAM

Rifki berjalan membawa pesanan Salsa dan teman-temannya. Saat sampai di mejanya, Salsa langsung menyapanya.

Salsa
Eh, Mas Rifki. Tadi saya cari-cari gak ada, abis dari mana?
Rifki
Anu, Bu. Tadi abis dipanggil atasan.
Gina
Sa, kamu kenal sama dia?
Sinta
Kenallah, kan dia cogan. Pantes aja tadi siang aku ke kantornya ngajak nongkrong dia langsung nunjuk tempat ini.
Salsa
Enggak, Mas Rifki temen bisnis perusahaan.

Rifki terkesan Salsa mengatakam seperti itu, ia tersenyum lalu pamit ke belakang karena semua pesanan sudah ia taro di mejanya.

CUT TO

7. INT. RUMAH GINA — SIANG

Sinta duduk memainkan ponselnya, Gina datang membawakan minuman untuk Sinta.

Gina
Ada apa, Sin? Bukannya semalam kamu bilang mau balik ke Surabaya, ya?
Sinta
Gak jadi, suamiku bilang kemungkinan lusa jemputnya. Aku bete di rumah sendirian kaya orang ilang. Orang tua pada ke Bandung, biasalah nengokin rumah peninggalan kakek.
Gina
Eh, Sin. Menurutmu kalo Salsa kita comblangin sama Ardi cocok gak?

Sinta yang sedang minum langsung tersedak mendengar ide Gina.

Gina (CON'T D)
Kenapa, Sin? Kamu tahu sendriri kan Ardi orangnya kaya gimana? Dan yang perlu kamu tahu lagi, sekarang dia tuh jadi founder PK DONASI. Coba dipikir deh, masa dia mau nolak cowok yang ganteng, kaya dan peduli kemanusiaan?
Sinta
Peduli apa Salsa tentang itu semua, bukannya kita udah pernah mencoba bahkan sampai dua kali tapi hasilnya nol, ya?
Sinta (CON'T D)
Enggak, aku gak mau lagi ada jarak dengan Salsa hanya karena kita mengenalkan dia ke cowok. Salsa tuh kalo udah A ya tetep A, gak bisa diganggu gugat.
Gina
Please, Sin. Sekali lagi, kalo kita udah nyoba tiga kali dan gagal, aku gak bakalan lagi deh ngedeketin Salsa sama cowok.

Sinta meminum minumannya lagi, setelah itu, ia menarik nafas dalam-dalam dan dikeluarkan pelan-pelan.

Sinta
Enggak! Pokoknya cukup dua kali, gak ada istilah harus ganjil dalam hal ini. Dia yang akan menjalani hidup, biarin dia sendiri yang menentukan kehidupannya akan yang seperti apa.
Gina
Kamu gak kasian sama sahabat kita, Sin?
Sinta
Kasian gimana?
Gina
Sin, di usia segitu tuh banyak kendala. Rata-rata para cowok mau cari pasangan yang jauh lebih muda. Jarang banget cowok yang pengen pasangannya seumuran. Rata-rata seleranya itu beda tiga sampai enam tahunan. Kamu tau sendiri usia Salsa sekarang mendekati tiga puluh, berapa coba usia cowok yang bakal ngedeketin dia?

Sinta merenungi kata-kata Gina, setelah berpikir ia merasa iba kepada Salsa dan mau mencoba untuk kali ketiga mendekatkan Salsa dengan Ardi.

CUT TO

8. INT. KANTOR — SORE

Salsa siap-siap pulang, ia memasukkan ponselnya, pena dan sejumlah make up yang baru saja dibeli di toko online ke tasnya. Terdengar suara ketukan pintu dari balik pintu.

Salsa
Masuk...

Resta masuk tanpa ragu, ia tersenyum saat tepat dihadapannya.

Salsa
Ada apa lagi, Ta?
Resta
Anu, Bu...
Salsa
Apa, Ta? Buruan ngomong, ah. Kalo enggak, aku balik nih.
Resta
Hmmm, gimana, ya. Anakku demam.
Salsa
Mau minjem duit buat berobat?
Resta
Enggak, Bu. Mau izin besok kayanya gak bisa masuk karena mau nemenin ke rumah sakit.
Salsa
Yaelah, dikira apaan. Gapapa kali, Ta. Yang penting anakmu cepat ditangani sama dokter dan bisa sembuh lagi. Mau sehari atau seminggu juga gapapa. Eh tapi misal seminggu tetep masih inget kan jalan ke kantornya?
Resta
Oh jadi gak boleh seminggu, nih?
Salsa
Haha, kamu tuh jadi cowok terlalu peka, ya. Aku ngomong gitu dikira gak boleh lama-lama.
Resta
Ya abisnya Ibu Ratu yang cantik jelita ngomongnya terlalu apa, ya...
Salsa
Udahlah aku mau balik. Kamu kan udah berjasa banget di kantor ini, di sisi lain kerjaannya juga lagi sedikit. Jadi, yang penting kamu perhatikan anak kamu aja dulu, ok?
Resta
Makasih banyak, Bu.

CUT TO

9. INT RUANG TAMU — SORE

Sinta dan Gina duduk menunggu Salsa mandi, Bi Eva datang membawakan minuman.

Bi Eva
Eh, si neng kemana aja? Baru keliatan euy. Ada kali ya seabad gak ketemu bibi.
Sinta
Dua abad, Bi.
Gina
Tiga abad, Bi. Atau mungkin udah seratus abad.
(Sambil menggigit kue)
Sinta
Ai si Bibi gak berubah-ubah, ya. Guyon mulu dari zamannya Doraemon belum punya kantong ajaib.
Gina
Iya, pantes aja berasa awet muda. Coba tuh, liatin mukanya dari pertama kali kita kesini masih aja kaya dulu.
Bi Eva
Ah, bisa bae si neng mah. Oh iya, emang Doraemon bisanya punya kantong ajaib teh ngejahit sendiri sambil baca mantra apa gimana, neng?
(Bi Eva duduk di kursi bertanya dengan muka sok-sokan serius)
Sinta
Jadi begini, Bi...

Salsa berjalan mendekati mereka secara hati-hati. Saat di belakang Bi Eva, tatapan Salsa pada dua temannya mengisyaratkan jangan memberi tahu Bi Eva kalau ia ada di belakangnya. Dan saat Bi Eva semakin serius mendengarkan Sinta yang akan melanjutkan pembicaraannya, Salsa menepuk pundak Bi Eva.

Salsa
Serius amat, Bi. Khusyu banget, kayanya khusyuknya itu ngalahin sama lagi sholat deh.
Bi Eva
Aduh, si Neng, udah berapa kali coba mau bikin jantung bibi copot?
(Bi Eva mengelus-elus dadanya)

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar