58.INT. STASIUN RADIO, RUANGAN PENYIAR - MALAM HARI
LYSIA
Rasa egois yang akhirnya buat hari kerasa lebih lambat.
LYSIA (CONT'D)
Keputusan-keputusan yang dirasa malah jadi mimpi buruk. hari-hari terasa jadi makin berat dengan melihat apa konsekuensi yang kita perbuat sendiri. Banyak hal yang terjadi tapi cuma aku yang tau gimana rasanya menyakiti orang lain tanpa bertindak. Menjadikan alasan atas diri sendiri butuh bebas dan raih kebahagian. Ego yang tinggi buat semuanya ternyata terasa berat buat orang lain. Yang mungkin akhirnya tertekan, terikat, terbelenggu. Tanpa tau artinya hidup nyaman sesuai kemauan. Mimpinya dipaka mati diabawah mimpi orang lain yang akhirnya mekar. Banyak kekhawatiran yang akhirnya menggerogoti diri karena terpisah tanpa banyak berpikir. Ada satu tangan yang belum saja terulur sudah ditarik kembali, bagai tidak ada harapan. Aku harap, orang itu bisa temuin kebahagiannya walau terlambat. aku harap orang itu bisa bahagia sesuai keingin dia. atau mungkin bisa bebas dari semua ikatan yang entah sejak kapan dilimpahkan menjadi tanggung jawabnya. kamu berhak bahagia.
lysia melihat keatas untuk menghalangi air matanya yang hendak turun.
LYSIA (CONT'D)
Oke, lagu selanjutnya, Take a Break oleh Arash Buana.
Tidak tahan lagi, tangis itu pecah saat lagu mulai terputar, pundaknya bergetar hebat, Lysia menangis dan terus menangis. Buat Milla langsung berlalu masuk dan memeluk Lysia.
MILLA
Sha, ngga papa, kamu berhak nangis. Nangis aja semau kamu nanti aku bantuin hapus air matanya, ya.
Lysia memeluk Milla dengan tangis yang semakin pecah, Milla yang merasakan itu terus menenangkan Lysia dengan mengusap lembut kepala Lysia.
MILLA (CONT'D)
Ngga papa, Sha. Apapun itu, bukan sepenuhnya salah kamu. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri.
59.INT. RUANGAN ARNAWAMA, BERTEMAKAN BIRU LAUT DAN BEBERAPA BARANG BERWARNA SENADA - MALAM HARI
Setelah lagu itu berhenti, Arnawama yang menundukan kepala pada kepala tangannyapun mengangkat kepala.
ARNAWAMA
Kakak tau, kamu pasti nangis lagi kan, Dek. Kakak bahagia, selama kamu bahagia. Kamu inget kan katakata itu.
drrtt...
Pesan dari kontak dengan nama Abang itu terlihat.
"aku bisa pulang kalo naskah selesai, aku coba hadapin, kamu pasti tau kan, Ma?"
ARNAWAMA (CONT'D)
Aku ngerti, Bang. Pasti berat buat kamu.
Setelah mengatakan itu tiba-tiba suara tawa lirih keluar dari mulut Arnawama.
ARNAWAMA (CONT'D)
Aku juga berat, Bang. Jalanin semua ini.
60.INT. TOKO BUKU - SORE HARI
LYSIA
Ben, menurut kamu mending romance apa slice of life?
BENJAMIN
Kamu sekanya baca yang genre apa memang?
LYSIA
Biasanya sih romance..
BENJAMIN
Udah baca buku Daffa Armani yang judulnya Hangat?
LYSIA
(menggeleng ragu) Belum, aku baru baca dua buku terakhir dia..
BENJAMIN
Kalo gitu, kamu harus coba baca. Cerita tentang keluarga, seiring waktu keluarga itu makin dingin beda sekali sama cerita awal. Dan saya rasa, itu banyak dibaca karena memang baca terjadi didalam keluarga.
LYSIA
Aku ngga mau baca itu, aku takut rasa bersalahku bisa sampe ujung rambut nanti(gumamanya)
BENJAMIN
Kenapa, Ly? Kamu tadi ngomong apa?
LYSIA
Ngga, aku bakal coba baca nanti. Menurut kamu diantara dua buku ini mana yang kira-kira yang harus aku baca?
Benjamin menunjuk buku pada tangan sebelah kiri Lysia berjudul Laut Becerita oleh Leila Salikha Chudori.
Benjamin dengan tiba menarik tangan Lysia dan ternyata ada satu buku yang tidak hampir jatuh tepat di kepala Lysia.
Posisi sekarang Lysia sangat dekat dengan Benjamin hingga wangi Benjamin bisa ia hindu juga nafas berat Benjamin.
Bahu lebar yang baru ia perhatikan akhir-akhir ini. Jantung Lysia semangat berdebar.
BENJAMIN
Kamu ngga papa, kan Ly?
Benjamin menarik Lysia agar mendapati sedikit jarak dan memriksa Lysia. tangan Benjamin menyingkirkan rambut yang sedikit menutupi wajah Lysia.
BENJAMIN (CONT'D)
Lily, kamu ngga kenapa-napa, kan?
Tangan Benjamin masih berada disalah satu sisi wajah Lysia dan membawa kepala itu agar menatap matanya. Tatapan itu terkunci sejak hingga Lysia yang tersadar dan menggelengkan kepala kuat.
LYSIA
Oh..Aku..Aku ngga papa, makasih udah buat aku ngga ketimpahan buku.
Senyum Lysia terasa canggung dengan wajah bersemu.
BENJAMIN
Maaf juga karena narik kamu tibatiba, saya refleks.
LYSIA
Iya, ngga papa kok, Ben. Untuk kamu tarik kalo ngga aku.. Kepala aku bisa benjol(dengan tawa canggung)
Lysia yang menunduk buat Benjamin kembali bawa kepala itu menghadap padanya.
BENJAMIN
Kamu lucu, pipinya merah gini karena kaget.
Benjamin tersenyum tenang berbeda dengan jantung Lysia yang makin berdebar.
Sampai tangan itu mengelus lembut pipi Lysia buat Lysia menatap mata Benjamin. Tangan itu tiba-tiba berhenti bergerak karena kontak mata.
LYSIA
Pipi aku merah karena kamu, aku degdegan banget sekarang.
Benjamin terkejut namun tidak membuat jarak malah makin mengikis jarak diantara mereka.
BENJAMIN
Saya juga sama, coba kamu rasain.
Tangan Lysia dibawa Benjamin untuk menyentuh dada sebelah kirinya.
BENJAMIN (CONT'D)
Saya rasa mau meledak rasanya, karena kamu, karena senyum dan setiap ketemu kamu.
Lysia berdiri kaku dengan tangan yang merasakan detak jantung Benjamin. Sampai jarak diantara wajah mereka mengikis. Lysia merasakan deru nafas Benjamin dan sampai Benjamin mecium pipi sebelah kanannya dengan cepat.
BENJAMIN (CONT'D)
Gemes banget kaya anak kecil (tertawa kecil sembari mengelus kepala Lysia gemas)
Lysia yang makin terkejut tiba membuang nafas karena sedari tadi menahan nafasnya.
Benjamin mengambil buku yang ada ditangan Lysia dan mengetuk kepala Lysia dua kali dan berjalan mendahului.
Lysia merasakan pipinya semakin panas dan pastinya makin memerah.
LYSIA
Jadi bukan aku aja yang ngerasain..