48.INT. KANTOR PENERBIT PARALAYA, RUANGAN MEETING - SIANG HARI
Benjamin sebenarnya merasa heran saat mendengar namanya untuk mengikuti meeting kali ini. Ini meeting yang dibuat untuk menerbitkan karya terbaru seorang Daffa Armani. Dan, yang Benjamin tahu dirinya tidak ikut andil.
PIMPINAN REDAKSI
Okey, semunya udah berkumpul, ya. Saya akan sebutkan peran masingmasing orang yang ada disini. Wira sebagai Editor naskah. Fera sebagai pembuat sampul. Jaya sebagai pembuat animasi dalam novel. Dan, Benjamin sebagai penulis pendamping.
Benjamin yang terkejut pun mengangkat tanganya kaku. Sampai semua atensi fokus kepadanya.
BENJAMIN
Maaf, saya menyela. Tapi maksudnya saya sebagai penulis pendamping itu apa ya maksudnya? Apalagi tiba-tiba hari ini saya masuk sebagai salah satu orang di project besar ini.
DAFFA
Saya yang merekomendasikan kamu sebgai penulis pendamping, Benjamin. Bukan untuk menulis karya saya tapi sebagai teman mengoreksi naskah yang sudah selesai.
Sela Daffa Armani ditengah Pimpinan Redaksi yang ingin menjawab.
DAFFA (CONT'D)
Saya tau kamu pasti kaget sama keputusan ini, naskah saya sudah selesai. Kamu dan saya hanya perlu waktu beberapa minggu buat berbincang sambil membaca ulang. Hanya itu. Bagaimana kamu, ngga keberatan, kan?
kaki Benjamin beberapa kali disenggol Bang Wira, hingga Benjamin menoleh dengan isyarat mata mungkin Bang Wira mau Benjamin buat terima tawaran itu.
BENJAMIN
Saya ngga keberatan sebenernya, tapi ada project lain yang harus segera selesai. Dan nerima project besar ini suatu kebanggaan buat saya apalagi dengan penulis besar. saya hanya takut ngga bisa mengimbangi aja.
DAFFA
Saya tau pasti kamu bakal menolak ajakan saya. Tapi hanya beberapa minggu saja. Kamu cuma perlu meluangkan sedikit aja waktu buat koreksi bareng saya.
BANG WIRA
Cmon, Ben. Ini kesempatan ngga dateng dua kali. Ini kesempatan lo buat belajar banyak. Ngga ada salahnya nerima project ini.
Daffa hanya tersenyum kecil melihat dan mendengar itu.
BENJAMIN
Tapi, Bang, Autobiografi Pak Kuswan masih setengah jalan. Saya ngga mau ngecewain beliau.
BANG WIRA
Lo tinggal wawancara istrinya doang kan. Udah ngga papa. Udah itu bentar lagi beres, Ben.
PIMPINAN REDAKSI
(berdeham) Jadi gimana Benjamin keputusan kamu.
Benjamin menatap kearah Pimpinan dan Daffa bergantian, dengan sedikit keraguan, Benjamin mengangguk setuju.
BANG WIRA
Nah, gitu kek lo dari tadi.
PIMPINAN REDAKSI
Oke, baik jadi secara resmi tim ini dibentuk, semoga project ini jadi project yang bekenan dan sukses kedepannya.
Benjamin dan Bang Wira keluar dari ruang rapat dengan masih berbisik.
BANG WIRA
Nungguin lo buat mutusin iya apa engga berasa kaya lo penulisnya, Ben.
BENJAMIN
Ini keputasan susah, Bang. Saya ngga mau ngecewain beberapa pihak karna gegabah sama keputusan.
BANG WIRA
Ya tapi kan...
Daffa berjalan keluar ruangan dan tersenyum menghampiri Benjamin.
DAFFA
Saya harap kita bisa selesai project ini dengan baik ya, Benjamin. seneng bisa kerjasama sama kamu.
BENJAMIN
Oh, iya, Pak Daffa. Maaf saya tadi sedikit bingung buat nerima. Terimakasih juga sudah memilih saya buat project ini.
DAFFA
Saya baca naskah kamu yang kamu serahkan di citrawangsa. Sayangnya hanya saya yang liat dimana poin penting naskah kamu. Dan itu kenapa saya mau sedikit bertukar pikiran sama kamu.
Benjamin terdiam, tidak tau ingin berkata apa.
DAFFA (CONT'D)
Dan, jangan panggil saya Pak. Saya belum setua itu. Mungkin umur kita ngga beda jauh. Panggil saya Daffa aja, kalo sedikit ngga nyaman panggil nama. Kamu bisa panggil saya Bang Daffa kaya kamu panggil Wira.
Daffa menepuk bahu Benjamin Seraya tersenyum. Dan entah kenapa Benjamin merasa tidak asing dengan senyum itu sebelumnya.
DAFFA (CONT'D)
Kalo gitu saya permisi. Ketemu lagi nanti Benjamin