PARALLEL of Arian and Diasrisa
4. Chapter #4

SCENE 20

INT - RUMAH Arian - MINGGU 1 AGT - 14.00

 

Arian dan Ibu terlihat sedang dalam pembicaraan yang intense, sedikit bertengkar

 

Arian

Ibu, apa susahnya sih bu minum obatnya?

 

Ibu

Buat apa? Toh nanti ibu juga pasti meninggal

 

Arian

Jangan bicara begitu bu, aku kan jadi kepikiran

 

Ibu

Ibu yang seharusnya lebih memikirkan kamu Nak,

 

Kamu sampai sekarang masih betah sendiri. Bukannya mencari pasangan malah sibuk bekerja.

 

Arian

Apa salahnya bu, aku seperti ini kan demi menjaga Ibu juga?

 

Ibu

Ibu tidak mau seperti itu caranya

 

Kalau saja kamu punya pasangan seperti dokter risa, muda, cantik, penuh perhatian. Ibu pasti semangat untuk hidup lebih lama karena ingin melihat kamu bahagia

 

Arian

Terkejut mendengar jawaban Ibu

Aku sekarang juga bahagia Bu bisa merawat Ibu

 

Ibu

Ibu gak butuh kamu merawat Ibu, Ibu ingin kamu merawat dan menyayangi diri sendiri.

 

Arian

Tiba-tiba terlintas ide dalam benaknya dan bertanya pada ibu dengan nada ragu

 

Memang kalau aku punya pasangan kayak risa, Ibu jadi mau sembuh dan minum obatnya?

 

Ibu

Sembarangan kamu kok panggil risa,

Dokter risa

 

Arian

Ibu sih gak bilang ke aku kalau Ibu dirawat sama dokter risa,

Dia kan teman sekelas aku dikuliah bisnis bu..

 

Tapi kalau di kelas dipanggilnya dias

 

Ibu

Terkejut lalu tersenyum

Temen kuliah? Teman dekat?

Pantas begitu melihat dokter risa, pandangan kamu langsung beda

 

Arian

Merasa canggung mendengar jawaban Ibu

 

Ibu

Wah jangan-jangan ini namanya jawaban Tuhan atas doa-doa Ibu ya?

 

Arian

Udah sekarang minum dulu obatnya yuk bu..

 

Ibu

Kalau kamu bisa jadikan dokter risa sebagai pacar kamu,

Ibu habiskan ini obat sekali teguk

 

Meminum obatnya

 

Arian

Nah gitu dong bu..

 

IBU

Jadi gmn itu dokter risa?

 

Arian

Tersenyum jahil lalu masuk ke kamar

 

SCENE 21

INT - RUMAH Arian - MINGGU 1 AGT - 20.00

 

Arian sedang di kamarnya, memegang telepon selular, terlihat sedang merenung dan berpikir.

 

Berusaha menuliskan kata-kata untuk mengirim pesan ke Dias tapi berkali-kali di hapus..

 

Sampai akhirnya pesan terkirim.

 

“Malam Dias, sorry ganggu. Mau cerita kalau saya berhasil bikin Ibu minum obatnya hari ini, kondisinye terlihat fit setelah minum obat.

Tapi saya butuh bantuan kamu biar Ibu tetap rutin minum obatnya.”

 

Selesai mengirimkan pesan, Arian terlihat cemas dan tidak mau melihat telepon selularnya.

 

Beberapa kali bergumam sendiri

 

“Duh kacau gw nih”

 

SCENE 22

INT - APARTEMEN Dias - MINGGU 1 AGT - 20.06

 

Dias sedang membaca buku anak bergambar dan menerima pesan di telepon selularnya lalu membacanya dan segera membalasnya

 

“Malam. Terimakasih, semoga kondisi Ibu selalu fit. Apa yang bisa saya bantu?”

 

 

SCENE 23

DOUBLE SHOOT

INT - KAMAR Arian -

INT - APARTEMEN Dias -

 

Arian membalas pesan Dias

 

“Panjang kalau saya jawab di text. Saya udah cek jadwal praktek kamu, bisa ketemu besok selesai kamu praktek, jam 12 siang?”

 

Dias membalas pesan Arian

Besok di rumah sakit jam 5 saja. Terimakasih

 

Arian

Kegirangan dan juga bingung mempertanyakan apakah yang akan dilakukannya benar atau tidak

 

Dias

Melanjutkan membaca buku bergambar anak.

 

 

SCENE 24

INT - MEJA KERJA Bara - SENIN 2 AGUSTUS 15.05

 

Suasana kantor masih penuh dengan karyawan yang bekerja. Bara terlihat sedang berdiskusi dengan rekan kerjanya namun Arian berjalan mendekati pintu keluar sudah membawa tas, seperti akan pulang. Bara lalu berjalan cepat ke arah Arian

 

Bara

Lho lho? Ini jam gw yg salah apa ada keajaiban karyawan teladan mau mangkir pulang cepet?

 

Arian

Ijin.

Ada urusan pribadi

 

Bara

Merasa aneh mendengar jawaban Arian yang selama ini tidak pernah ijin apalagi untuk urusan pribadi

 

Lho lho lho…

 

Arian

Berlalu meninggalkan Bara sambil tersenyum jahil

 

SCENE 25

INT - Cafetaria rumah sakit - 2 agustus 16.03

 

Arian sengaja datang satu jam lebih awal karena tidak ingin terlambat. Dia sangat gugup, memesan bergelas-gelas kopi dan berusaha melatih apa yang akan dia bicarakan pada Dias.

 

Tidak lama ada dua orang perawat melewati meja Arian sambil berbincang-bincang

 

SUSTER cafe 1

Kasihan ya pasien tadi, dia itu pasien dokter Yudi yang sudah sembuh dan keluar rumah sakit sebulan lalu.

 

Eeeeh sore tadi ke rumah sakit karena kecelakaan

 

SUSTER cafe 2

Terus sekarang kondisi pasiennya bagaimana?

 

SUSTER CAFE 1

Masih di UGD, untung saja ada dokter risa standby, jadi di tangani dokter risa dulu sambil menunggu dokter yudi datang

 

Mendengar pembicaan itu, Arian meninggalkan mejanya dan berjalan ke arah UGD

 

SCENE 26

INT - PINTU UGD - 2 agustus 16.09

 

Arian berdiri di samping pintu UGD, berusaha melihat ke arah ruangan.

 

Terlihat Dias sedang menangani pasien, Dias bekerja dengan sangat tangkas dan memberi perintah kepada para perawat untuk menaikkan juArianah darah yang masuk ke pasien. Baju Dias terkena banyak cipratan darah.

 

Tidak lama Dokter Yudi datang. Dias memberi penjelasan kondidi pasien lalu mereka semua bersiap-siap masuk ke ruangan operasi.

 

Melihat Dias masuk ke ruang operasi, Arian tersenyum seperti terlihat bangga.

 

Arian lalu berjalan kembali ke meja cafetaria.

 

 

SCENE 27

INT - Cafetaria rumah sakit - 2 agustus 19.15

 

Arian terlihat masih duduk di meja cafetaria.

Dias berjalan ke arah meja Arian sambil melihat pesan di telepon selulernya.

Dias terlihat membawa dokumen Medical Record.

 

Dias

Datang dan duduk di meja

Maaf menunggu lama, tadi ada emergency.

 

Saya kira kamu sudah pulang.

 

Untung kamu kirim pesan jadi saya datang ke sini

 

Arian

Iya gak apa-apa kok.

Saya juga tadi lihat kamu sedang menangani pasien di UGD.

 

Gimana kondisi pasiennya?

Bisa selamat kah?

 

Dias

Kondisi pasien bisa kita selamatkan. Sekarang sedang diselesaikan operasinya.

 

Merasa aneh mendengar Arian tadi ke UGD

 

Kamu tadi ke UGD ada perlu apa?

 

Arian

Terlihat tidak siap dengan pertanyaan Dias

 

Oh..

 

Itu..

 

Mau cari Dokter yang menangani Ibu dulu, ada titipan makanan dari Ibu

 

Berusaha cepat mengalihkan perhatian

 

Syukurlah pasien tadi selamat.

Kamu dokter yang sangat kompeten ya.

 

Dias

Itu memang sudah tugas dokter bukan untuk menyelamatkan pasien dengan usaha maksimal?

 

Jadi, apa yang bisa saya bantu?

 

Arian

Ini kebetulan waktunya makan malam, apa mau sambil pesan makan?

 

Dias

Ah iya benar juga

 

Memanggil petugas cafetaria untuk meminta buku menu

 

Time Cut :

Makanan dan minuman terhidang di meja

Walaupun mereka hanya berdua, makanan yang datang terlihat untuk porsi 3 orang.

Dias terlihat mulai menyantap makanannya.

 

Arian

Emm kalau habis operasi rasanya capek sekali ya sampai jadi lapar banget?

 

Dias

Oh engga, kebetulan gak sempet makan siang. Jadi lapar banget sih iya, cuma bukan karena capek operasi.

 

Arian

Mengangguk kebingungan, tidak tahu harus komen apa, khawatir jika melontarkan lelucon dianggap tidak sopan, lalu berusaha mencari topik obrolan.

 

Saya tuh sampai gak ngeh kalau kamu itu dokternya Ibu.

Disini kamu dipanggil dokter risa, kalau di kampus dipanggilnya dias..

 

Dias

Ini nama lengkap saya.

 

Menunjukan ID card ke arah Dias . Terlihat nama lengkap Dias yaitu : dr. Diasrisa Soedjono

 

Arian

Kalau nama lengkap kamu, saya sudah hapal sejak lama

 

Arian tidak sadar melontarkan pernyataan yang menyatakan dia sudah memperhatikan Dias sejak lama, lalu merasa canggung setelah menyadari apa yang dia katakan

 

Dias

Tidak menyadari maksud perkataan Arian lalu melontarkan tebakan

 

Oh jadi maksud kamu, kamu mau bertanya kenapa di rumah sakit ini saya dipanggil risa?

 

Di rumah sakit ini ada dokter senior yang dipanggil dokter Dias. Jadi biar tidak membingungkan, saya prefer dipanggil risa disini.

 

Arian

Merasa tenang karena Dias bisa mengalihkan pembicaraan, lalu menjawab sambil tersenyum sedikit jahil

 

Ohh jadi begitu, seperti cerita di film-film..

 

Dias

Tidak membahas panjang dengan jawaban Arian, tapi langsung meengarahkan ke inti pembicaraan

 

Saya sudah membaca medical record Ibu

 

Membuka medical record dan menunjukan ke Arian

 

Disini ada catatan Ibu pernah konsul ke psikiater bertahun tahun lalu.

 

Saya juga sudah kontak psikiater kerabat saya, dan beliau siap untuk membantu.

 

Kamu butuh di bantu tentang itu bukan?

 

Arian

Terkejut dengan pertanyaan Dias

 

Bukan.. bukan itu.. 

 

Kamu sampai

mempelajari Medical record Ibu?

 

Dias

Terlihat tidak percaya dengan jawaban Arian, tapi berusaha menjawab dengan percaya diri

 

Iya karena saya belum pernah bertemu pasien seperti Ibu, yang merasa tidak ingin sembuh sampai menolak meminum obat.

 

Saya merasa harus cari tahu lebih banyak.

 

Kalau bukan minta bantuan psikiater, lalu apa?

 

Arian

Boleh saya ceritakan dari awal?

 

SCENE 28

Flashback :

2002

Ibu, Ayah dan Arian muda (13 tahun) sedang berada di kamar rawat. Pasien adalah seorang wanita muda berusia 16 tahun, dia adalah kakak Arian, saat itu kondisi pasien sedang tidur.

 

Dokter dan suster memasuki kamar rawat. Dokter menjelaskan hasil test kepada keluarga. Kakak Arian mengidap penyakit jantung, diidentifikasi hal itu terjadi karena faktor genetik.

 

SCENE 29

Flashback

2004

2 tahun kemudian sejak sakit, Kakak Arian meninggal (di usia 18). Di ICU Ibu menangis meraung-raung, berusaha ditenangkan oleh Ayah. Arian (15 tahun) menangis menggerak-gerakan badan kakak.

 

SCENE 30

flashback

2009

Suasana di pemakaman. Ayah meninggal karena Stroke. Di sekeliling pemakaman penuh orang yang melayat. Ibu menangis tidak bersuara, sambil memeluk Arian (19 tahun) yang menangis tersedu-sedu. Pandangan ibu terlihat sangat kosong.

 

BACK TO SCENE

SCENE 31

Dias

Mendengar cerita Arian, raut muka Dias terlihat seperti merasakan kenangan pahit. Matanya sedikit berair namun ia langsung berusaha mengalihkan fokus. 

 

Saya minta maaf dan turut berduka cita atas semua kehilangan yang terjadi di keluarga Ibu dan kamu.

 

Arian

Terimakasih.

 

Sejak kakak meninggal, Ibu berhenti bekerja. Ibu merasa penyakit jantung yang di derita kakak adalah faktor kesalahan Ibu.

 

4 tahun kemudian Ayah yang meninggal. Ibu benar-benar terpukul dan konsul ke psikiater untuk mengendalikan rasa traumanya.

 

Dias

Syukurlah kalau Ibu sempat ditangani kondisi mentalnya.

Lalu sekarang?

 

Arian

Awalnya Arian datang dengan perasaan ragu dan gugup, tetapi melihat respon yang baik dari Dias selama mendengar cerita masa lalu keluarga Arian, Arian merasa lebih mudah untuk menjelaskan isi pikirannya.

 

Jujur ini adalah hal yang paling sulit untuk saya jelaskan, saya harap kamu bisa memaklumi.

 

Dias

Mengangguk sambil menyeruput minumannya

 

Arian

Ibu pernah bilang ke kamu waktu konsul kalau “Ibu hanya kepikiran saya sebagai anak satu-satunya, karena sendirian”

 

Maksud ibu itu adalah, Ibu ingin saya memiliki pasangan.

 

Tidak berani melihat Dias ketika berbicara kalimat itu.

 

Dias

Lalu?

 

Arian

Ibu baru tahu beberapa hari lalu kalau kamu adalah teman sekelas saya di kampus, dan Ibu membujuk saya untuk mendekati kamu sebagai calon pasangan saya. Sepertinya ibu menyukai kamu.

 

Dias

Merasa tidak mengerti

 

Jadi saya harus bagaimana?

 

Arian

Bagaimana kalau kita berpura-pura dekat?

Mulai merasa grogi dan meminum minumannya dengan sangat cepat

 

Dias

Pura-pura menjadi pasangan?

 

Arian

Mengangguk sambil menyeruput minuman

 

Dias

Terlihat berpikir sejenak

Astaga saya kira saya diminta bantuan untuk referensi tindakan medis.

 

Bergumam sendiri seperti tidak mempercayai tebakannya bisa salah

Kenapa saya bisa salah tebak ya?

 

Lalu kalau kita berpura-pura jadi pasangan, kamu bisa menjamin Ibu akan rutin mengkonsumsi obat sesuai dosis sampai waktu operasi?

 

Arian

Menggangguk

 

Ibu bilang akan semangat menjalani pengobatan jika saya punya pasangan

 

Dias

Menjawab tanpa ragu

Okay, lets do it

 

Arian

Terkejut seakan tidak percaya dengan respon Dias yang sangat cepat

 

Dias

Tugas saya berpura-pura jadi pasangan kamu, dan tugas kamu memastikan Ibu mengkonsumsi Obatnya.

 

Kita hanya harus melakukan ini sekitar 6 minggu kedepan, sampai operasi saja.

 

Arian

Masih tidak percaya mendengar jawaban Dias

 

Dias

Melihat jam tangannya sudah menunjukan pukul 20.15

 

Maaf saya ada pekerjaan lagi. Saya pamit duluan.

Untuk detailnya tolong dikirim lewat chat saja ya.

 

Selamat Malam

 

Arian

Oke, Selamat Malam Dias

 

Melihat Dias berjalan dan masih tidak percaya bahwa Dias langsung setuju dengan rencana Arian.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar