ORANG BAIK
2. ERIC

INT. PT AMANZIL PROPERTY - PAGI

ERIC sampai di kantor, meletakan tas. Melihat keluar ruangan. Ketika dia melihat semua orang sibuk bekerja. Dia segera menghampiri sekretarisnya. CHIKA.

ERIC

Selamat pagi, CHIKA.

ERIC tersenyum centil. Sedikit mencoleh CHIKA.

CHIKA

Ih ERIC, nanti kalo ada yang masuk gimana??

ERIC

Kamu malu yaa ketahuan deket sama aku

CHIKA

Hii kamu kali tuh yang malu deketnya Cuma sama sekretaris.

ERIC

Enggak dong, masa malu bisa deket sama cewek secantik kamu

CHIKA tersapu malu mendengar pujian receh ERIC.

ERIC (cont’d)

Jadi menurutmu acara kemarin gimana, CHIKA?

CHIKA

Bagus bagus, tapi kayaknya pas tanam pohon kebanyakan ngeliatin Nikita Mirzaninya daripada ke tanamannya.

Mereka berdua tertawa-tawa.

ERIC

Yang penting jadi banyak peserta acaranya kan hahaha

(beat)

Karena kamu cantic, baik dan udah kasih ide luar biasa.. aku kasih uang jajan buat kamu ya

ERIC membuka MBankingnya dan transfer sejumlah uang dengan nominal besar ke CHIKA. CHIKA sangat terkejut melihat nominalnya.

CHIKA

Ih kamu nilep berapa dari event kemarin?

ERIC

Kok nilep sih, CHIKA. Ini kan duit lebih dari event kemarin. Eventnya sukses juga lagi, masa gaboleh sih nikmatin sedikit

ERIC dengan picik dan bangga atas pencurian uangnya. CHIKA tidak merespon negative. CHIKA seakan-akan tidak mempermasalahkannya. Justru dia senang bisa mendapatkan uang dari ERIC.

ERIC (cont’d)

Jadi gimana, CHIKA? Masa udah 2 bulan, aku masih belum boleh nginep sama kamu sih

CHIKA langsung sibuk dengan layar komputernya.

CHIKA

Sabar dong. Orang kayak kamu kalo dikasih cepet, ngilangnya juga cepet.

ERIC tertawa. Tidak menentang apa yang dikatakan oleh CHIKA.

KEN

Pagi, CHIKA

Sapa KEN yang melewati depan ruangan ERIC. KEN adalah manajer akunting di perusahaan ERIC. KEN menyapa CHIKA dengan tersenyum manis. CHIKA mengangguk tersenyum merespon sapaan KEN. Lalu KEN melihat ada ERIC di sebelahnya

KEN (cont’d)

Pagi, pak

Sapa KEN ke ERIC dengan nada sopan dan professional. Lalu KEN segera pergi ke mejanya. ERIC mengangguk. ERIC yang melihat bagaimana CHIKA tersenyum menanggapi sapaan KEN, memasang ekspresi kecut. Cemburu.

ERIC

Makin berani aja dia nyapa kamu.

CHIKA melihat ke ERIC.

CHIKA

Loh kok nyapa aja gak berani, emang KENapa?

ERIC

Pasti Gara-gara kamu sering ladenin dia ngobrol sama makan bareng. Jadi ngelunjak deh dia

CHIKA

Abis gaenak sama yang lain, masih belum lama di sini tapi gak pernah makan sama mereka. Nanti dicurigain kita

ERIC

Pasti waktu aku dinas minggu lalu, kamu sama KEN terus ya?

CHIKA

Gak selalu kok

ERIC

Apa kerennya sih dia. Kerjaannya Cuma ngurusin uangku doang. Mending sama aku yang punya uangnya

CHIKA tertawa menggoda

CHIKA

Dasar cemburuan. Udah gih kamu pergi ketemu bu MIRA dulu di bawah. Bu MIRA chat aku barusan, minta kamu ke bawah kalo udah sampe. Katanya mau KENalin supir baru.

ERIC bingung. Supir baru?

ERIC

Baru? Emang si Dadang KENapa?

CHIKA sedikit kaget mendengar respon ERIC.

CHIKA

Loh, ibu MIRA gak ada bilang apa apa ke kamu?

ERIC menggelengkan kepala. Masih bingung. CHIKA mendekatkan diri ke ERIC yang duduk di sudut meja.

CHIKA

(berbisik)

Aku juga gatau Cuma dari gossip orang orang kantor, Si Dadang dipecat karena ketahuan bawa Narkoba

Wajah ERIC berubah total. Pucat. Panic. Menatap kosong. CHIKA bingung melihat perubahan ERIC yang sangat mendadak.

CHIKA (cont’d)

ERIC. Kamu gapapa?

ERIC tidak mengabaikan pertanyaan CHIKA.

ERIC

Jadi orang kantor pada udah tau masalah ini?

CHIKA

Tau sekedar gossip aja sih. Gatau siapa yang pertama nyebarin. Jadi tiba-tiba Dadang sama supir bos-bos yang lain juga dikeluarkan. Gatau pastinya KENapa.

ERIC semakin tegang.

ERIC

Bapak tau?

CHIKA

Kalo dipecatnya tau, karena si Wanto, supir pak Victor juga dikeluarin. Kalo karena narkobanya, aku gatau deh.

ERIC menelan ludahnya.

ERIC

Aku.. ke tempat bu MIRA dulu ya kalo gitu.

CHIKA mengangguk dengan tatapan bingung dan prihatin melihat ERIC yang berubah.

CUT TO

INT. RUANG BU MIRA – PAGI

Bu MIRA, 56 Tahun, sedang focus bekerja di ruangannya, tiba-tiba ada yang mengetok pintu ruangannya.

MIRA

Iya, silahkan masuk.

Bu MIRA sambil tetap focus ke layar laptopnya. ERIC membuka pintu ruangan itu.

ERIC

Waduh, kok baru seminggu saya gak ke kantor, ibu yang satu ini makin cantic aja

Bu MIRA melihat kea rah pintu, dan melihat ERIC.

MIRA

Aduh, ERIC. Godain tuh yang muda-muda. Bukan nenek-nenek kayak saya.

ERIC segera menarik kuris di depan bu MIRA dan duduk. wajahnya tersenyum, lanjut menggoda bu MIRA.

ERIC

Ibu kalo jalan sama saya, pasti kita dikira adik kakak sama orang hahaha

Mereka berdua tertawa.

MIRA

Gimana kemarin dinasnya? Kayaknya sukses nih.

ERIC

Hehehe yah syukur bu. Peminatnya banyak.

MIRA

Tapi kayaknya banyakan yang liatin Nikita Mirzaninya tuh daripada tanamannya

ERIC tertawa-tawa.

MIRA (cont’d)

Aman dong ya budget event kemarin?

ERIC tersenyum kecil. Seakan-akan tau apa maksud MIRA dan tidak mengelak.

ERIC

Jadi, KENapa bu MIRA yang cantic pagi pagi udah mau ketemu aku?

Bu MIRA menutup layar laptopnya. Topik menjadi serius. Basa-basi sudah selesai.

MIRA

Gini, ERIC. Ibu sengaja gak kasitau kamu biar gak terganggu persiapan eventnya.

(beat)

Dengan berat hati, Dadang dan supir executive lain terpaksa saya keluarkan. Termasuk supir saya, si Maulana.

Wajah ERIC perlahan pucat. panik.

MIRA (cont’d)

Mereka saya keluarkan, karena ada salah satu karyawan kita yang nemuin Dadang sama yang lain pake Narkoba di ruang tunggu supir parkiran bawah.

ERIC mengangguk-ngangguk. Sok memperhatikan. Menutupi ketegangannya. MIRA menyadari sesuatu.

MIRA (cont’d)

Kamu.. gak kaget dengernya? Kamu udah tau?

ERIC

Emm.. tadi CHIKA cerita ke saya bu. Dia tau karena orang kantor pada ngomongin itu pas makan siang.

Wajah MIRA sedikit bingung. Berpikir.

MIRA

(gelisah)

Aduh, kayaknya ada yang bocor nih. Padahal saya udah berusaha tutupin sebaik mungkin. Siapa ya yang bocor.

ERIC

Maksud ibu?

Pertanyaan ERIC membuat MIRA sadar. Bahwa dia belum memberitahukan ERIC kebenaran dari akhir masalah itu.

MIRA

Mereka ibu keluarkan tapi tidak dipolisikan. Ibu diskusi dengan papa kamu, dan kita memutuskan untuk memberikan mereka pesangon supaya mau keluar baik baik dan merahasiakan masalah ini. Bisa habis kita kalau orang umum tau.

Mata ERIC membesar. Konsentrasi ERIC buyar. Pagi yang seharusnya ceria, sekarang berantakan setelah dia mendengar informasi dari CHIKA. Dari bu MIRA.

ERIC

Papa.. tau?

Itulah yang ERIC tangkap dari penjelasan ibu MIRA dari awal hingga akhir. Itu focus ERIC.

Mendengar pertanyaan ERIC. MIRA menunjukan rasa kasihan. MIRA tau beban ERIC melanjutkan kesuksesan Victor. MIRA menangguk.

MIRA

Iya, ERIC. Karena si Kiki juga salah satu yang saya keluarkan, dan ibu harus bisa cepat dari supir pengganti buat papa kamu. Karena sekarang masih belum banyak lagi supirnya. Jadi kamu sama papa berbagi dulu sementara. Namanya Toni. Bentar lagi dia sampai. Tadi dia bawa anter Marketing visit soalnya.

Jawaban bu MIRA, tidak mengubah mood ERIC yang sudah jelek. Tetapi dengan berat hati, bu MIRA harus menanyakan hal yang sangat penting.

MIRA (cont’d)

ERIC.

ERIC

Ya bu?

MIRA menghela napasnya.

MIRA

Jadi waktu Dadang sama yang lain ada yang laporin. Tim Audit kita langsung turun investigasi. Dadang dan yang lain kekeh itu bukan narkoba mereka. Mereka emang pernah pake narkoba itu, tapi itu bukan punya mereka dan mereka tidak pernah pakai di kantor. Poin lain dari hasil investigasi audit, mereka coba cek narkoba itu dan ternyata narkoba yang mereka pakai termasuk jarang dan mahal harganya.

MIRA menatap ERIC dengan tatapan prihatin. Seakan akan sangat berat baginya untuk melanjutkan kalimatnya. ERIC tidak berani melihat mata MIRA.

MIRA (cont’d)

Ibu gamau nuduh, Cuma mau memastikan. Kamu gak ada terlibat kan sama narkoba yang mereka pakai? Karena yang punya akses ke ruangan kamu Cuma Dadang. Gak ada yang lain. Bahkan sekretarismu sendiri aja gabisa masuk ke ruangan kamu sendirian. Dan Narkoba yang jarang dan mahal seperti itu, pasti gak sembarang orang bisa dapetin.

Ekspresi ERIC seperti akan berubah menjadi kaget dan takut. ERIC menyadarinya, sehingga sebelum dia menunjukan ekspresi itu, dia memutuskan langsung menunjukan kemarahan untuk mengelak dari bu MIRA.

ERIC

(sedikit membentak)

Ibu serius curiga sama aku?

(beat)

Harusnya ibu yang paling tau gimana pengennya aku bisa di posisi sekarang. Usahaku buat bisa dapetin kepercayaan papa.. Dan sekarang aku di sini, menurut ibu aku mau ngelakuin hal-hal yang bikin papa gak percaya lagi sama aku?

Mata ERIC berkaca-kaca. Suaranya bergetar. Aktingnya cukup untuk menghilangkan kecurigaan MIRA.

MIRA terdiam. Wajahnya kasihat melihat ERIC. ERIC berdiri. Perlahan meninggalkan meja MIRA.

MIRA

ERIC. Maafin ibu.

Langkah ERIC berhenti. MIRA menatap punggung ERIC. ERIC mengangguk perlahan.

ERIC membuka pintu ruangan MIRA. Lalu menutupnya. Dia berjalan sambil tertunduk ke arah lift. Dia menekan tombol down.

INT. LIFT - PAGI

Jeda beberapa detik kemudian lift terbuka. ERIC masuk. Pintu lift tertutup. ERIC sendirian.

Mata berkaca ERIC hilang. Kepalanya terangkat. Aktingnya selesai. ERIC sangat marah.

ERIC

(screaming)

GOBLOK GOBLOK GOBLOK

ERIC sambil memukul lift dan lift itu terlihat sedikit bergoncang akibat pukulan ERIC.

Pintu lift terbuka, ERIC berjalan dengan cepat. Melewati beberapa karyawannya yang menyapanya tetapi ERIC tidak menghiraukan mereka.

INT. MEJA CHIKA - PAGI

Dia mendekat ke ruangannya. Semakin dekat. Lalu terlihat CHIKA masih duduk di meja nya yang berada depan ruangan ERIC.

ERIC berhenti di depan meja CHIKA. Meletakkan kedua tangannya di meja CHIKA yang membuat CHIKA terkejut.

ERIC

CHIKA, kamu bilang orang-orang kantor ngomongin masalah Dadang kan?

CHIKA menangguk. Raut wajahnya bingung dan panic melihat tingkah ERIC.

ERIC (cont’d)

Ada yang bahas mereka dapet narkobanya darimana?

CHIKA menggelengkan kepalanya, dengan mukanya yang masih bingung dan panic. Setelah itu ERIC langsung meninggalkan CHIKA. Sebelum ERIC membuka pintunya, CHIKA memanggilnya.

CHIKA

ERIC!

ERIC menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badannya ke arah CHIKA.

CHIKA (cont’d)

Pak Victor telpon waktu kamu lagi sama bu MIRA.

Informasi itu membuat ERIC kaget.

CHIKA (cont’d)

Bapak minta kamu ke restoran pas makan siang nanti.

DEG. Jantung ERIC berdetak cepat dan KENcang.

CHIKA (cont’d)

Sama ini, KEN tadi ngasih aku form buat kamu tanda tanganin. Papa kamu mau beli tempat baru buat expand restorannya.

ERIC menghampiri meja CHIKA kembali. Langusng menandatangani dokumen itu tanpa melihat detailnya.

ERIC

Aku selalu gak pernah dilibatin ngerencanain hal kayak gini. Cuma disuruh tanda tangan.. buat bayar.

Setelah selesai menandatangani beberapa dokumen, ERIC segera masuk ke ruangannya. Mengabaikan CHIKA. CHIKA pun hanya terdiam, tidak tahu harus merespon apa.

INT. RUANGAN ERIC - PAGI

ERIC segera menutup pintu ruangannya, menguncinya, lalu menutup tirai kaca ruangannya. Dia terlihat gelisah, mondar mandir di tempat yang sama. Menggaruk kepalanya.

Lalu terlihat ERIC seakan sadar sesuatu, dan segera menuju meja kerjanya, menarik kursi lalu berlutut di bawah meja kerjanya, menarik bagian karpet di bawah meja tempat kursi kerja diletakkan. Terlihat lantai kayu ruangan itu, lalu ERIC menarik bagian kecil lantai itu, berukuran 80cm x 80cm. kita tidak melihat apa yang ERIC lihat. Tetapi kita melihat ekspresi ERIC yang kaget lalu mengamuk.

ERIC

(teriak)

DADANG GOBLOK GOBLOK GOBLOK

ERIC berteriak sambil memukul lantai ruangannya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar