KERIBUTAN YANG DITIMBULKAN OLEH PARA MURID DI BAWAH ALTAR MEMBUAT TIGA PENDETA UTAMA YANG SEDANG MELAKUKAN PERSEMBAHAN MENJADI TIDAK TENANG. TIGA PENDETA UTAMA SECARA DIAM-DIAM MENDENGARKAN PERCAKAPAN PARA MURID. AKAN TETAPI, SEBUAH GEMURUH YANG BEGITU KERAS MEMBUAT SEMUA ORANG YANG ADA DI ALTAR DIPENUHI KEKHAWATIRAN DAN KECEMASAN.
39. Atman : Gemuruh apa ini?
40. Jina : Apa ada yang salah dengan yajña kita, persembahan kita?
41. Guru : Tidak! Tidak ada yang salah. Tidak ada yang terlewat!
42. Jina : Lantas ini gemuruh apa, Guru?
43. Atman : (GELISAH) Pertanda apa ini? Langit bergemuruh, matahari sedari pagi bersembunyi di balik awan, dan kijang-kijang di sepanjang jalan mematung membisu! (MEMANDANG PATUNG-PATUNG) Wahai Weh, wahai Ret, wahai Huh. Beritahu kami tentang apa ini?! (TERINGAT SESUATU) Ah, Guru, Jina. Aku baru saja ingat kalau tadi malam aku bermimpi. Aku melihat sekawanan burung gagak menembus pekatnya naamut11 lalu bertengger di sebuah pratima berwarna putih.
44. Jina : Kukira hanya berlangsung sejenak, tapi ternyata gemuruh masih saja berlanjut. (PANIK) Sri Narendra sudah pasti terganggu perjalanannya, patapan-mandala12 tentu sedang dikuasai ketakutan, para yogi tak mencapai Niskala13, dan para arwah tak tenang. Aku yakin semua makhluk di tribhuwana14 pasti mendengar gemuruh ini! Gemuruh besar nan kuat, mencoba memberitahu sesuatu yang tidak kita tahu. Celakanya kita sendiri kebingungan memikirkan sebuah cara untuk mencari tahu! Wahai Weh, wahai Ret, wahai Huh. Kumohon, berikan kebijaksanaanmu!
45. Guru : (MARAH) Hentikan ocehan kalian! Kita masih dalam prosesi Bhumisoddhama. Biar bumi merekahkan diri, langit menguakkan bintang-bintang, dan tiga dunia bertumbukan. Kita harus tetap pasrah, menyerahkan diri sepenuhnya kepada penata jagat! Jangan goyah! Jangan bahas mimpi-mimpi dan ketakutan! Kita selesaikan tanggung jawab kita terlebih dahulu! Kembali ke posisi sembah kalian!
MENDENGAR KEMARAHAN GURU. CEPAT-CEPAT ATMAN DAN JINA MENURUTI. MANTRA-MANTRA LEBIH DIKERASKAN. BERUSAHA MENYAINGI SUARA GEMURUH.
Mawarah ta sang hyang Dewa
Ring lokasthithi upadrawa
Wruha maha pralaya
Kadi ametwaken apuy
Yeking yajña ndas lembu iki
Tinolak karma durcila kami 15
SETELAH MEMBACA MANTRA BEBERAPA KALI MEREKA BERHENTI, TAPI TIDAK DENGAN GEMURUH. PANDHITA TURUN DARI ALTAR LALU DIHUJAMI BERBAGAI PERTANYAAN OLEH LIMA ORANG YANG ADA DI PELATARAN ALTAR.
46. Siti : Guru! Gemuruh apa ini?
47. Lembu : Yang tak kunjung berhenti!
48. Olan : Yang menggoyahkan keyakinan Dharma16!
49. Bunga : Yang membuat kami tak tahu harus bagaimana!
50. Reksa : Tolong kami! Tolong hentikan kegoyahan hati kami!
51. Jina : Tidak ada yang perlu dikhawatirkan!
52. Atman : Ya! Kalian jangan panik, semua sudah ditangani pihak yang bertanggung jawab!
53. Guru : No comment!
SETELAH MEMBERI KOMENTAR TAK BERARTI PARA PANDHITA PERGI MENINGGALKAN LIMA ORANG YANG ADA DI BAWAH ALTAR. NAMUN GURU MENGHENTIKAN LANGKAH.
54. Guru : Wahai manguyu17 dan ubwan18. Samar-samar aku tadi mendengar pembicaraan kalian. Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?
55. Siti : (BERSUJUD) Maaf Guru kalau pembicaraan kami mengganggu sembahyang anda. Dan lebih maafkan lagi kalau gemuruh ini terjadi akibat pembicaraan kami.
56. Reksa : Ini semua salah hamba.
57. Guru : Apa yang menjadi kesalahanmu itu?
58. Reksa : (KETAKUTAN) Kabar tentang pratima buatan Yodha yang bisa memperlihatkan nirwana.
59. Guru : Nirwana seperti apa yang diperlihatkan?
60. Reksa : Hamba belum tahu secara langsung. Maaf, Guru…
61. Bunga : (RAGU-RAGU) Nirwana yang beratapkan pelangi, di bawahnya mengalir air kedamaian tanpa warna, tanpa rasa. Nirwana yang hewan-hewannya bisa berbicara dengan manusia. Nirwana yang menempatkan api pada api, air pada air, angin pada angin, udara pada udara, dan tanah pada tanah.
62. Guru : Jadi, apakah patung buatan Yodha tidak sekedar memperlihatkan tapi juga memasukkan orang ke nirwana?
63. Bunga : (SEGERA BERSUJUD) Hanya memperlihatkan, Guru. Tidak memasukkan. Saya melihat sekaligus mendengar kekaguman orang-orang yang berkerumun di tempat Yodha saat berangkat kemari. Ada Parama-Puruhita juga di tengah kerumunan.
64. Guru : Parama-Puruhita di tempat Yodha?!
65. Bunga : Mohon maaf, benar Guru.
66. Guru : Berdirilah kalian. Sekarang dengarkan aku baik-baik. Kalau memang Yodha membuat pratima seperti yang kalian katakan tadi. Pratimanya tidak akan mampu menyaingi kemuliaan Tiga Pratima Utama19 kita. Mengerti?!
67. Semua : Mengerti Guru…
68. Guru : Ingat! Jangan menggeser tumpuan kaki ke Dharma lain meski Dharma itu nampak indah nan menjanjikan kedamaian. Jika kalian melakukannya sama saja kalian adalah seorang anak yang membunuh ibu kandung sendiri!
69. Semua : Dharma kami, dharma bhakti, bhakti Tiga Pratima Ut11 Bahasa Jawa Kuno, Kabut
70. Guru : Berhati-hatilah kalian semua. Bisa jadi nirwana yang ditunjukkan pratima buatan Yodha adalah sihir, sebuah muslihat untuk cari keuntungan! (BERLALU PERGI)
KELIMA ORANG TERMANGU. MENCERNA PIKIRAN MASING-MASING. SUARA GEMURUH TAK KUNJUNG USAI.
71. Reksa : (GUSAR) Ah persetan. Rasa ingin tahuku lebih berkuasa daripada ketetapan hatiku. Aku akan pergi ke tempat Yodha, dan memastikan kabar yang kudengar secara langsung! Ada yang mau ikut?
72. Olan : Aku akan ikut denganmu…
73. Lembu : Maafkan aku kawan. Aku tak bisa ikut. Ada tanggungan di rumah. Biyung20 dan rama sudah menantikan kedatanganku.
74. Siti : Ah sialan. Aku harus pergi ke rumah seseorang yang sedang sakit. Andai saja aku terbebas dari janji ini. Pasti aku akan menyertai kalian.
75. Bunga : Kurasa aku akan ikut. Jalan pulangku searah dengan tujuan kalian.
76. Reksa : Baiklah. Kalau begitu mari berangkat.
77. Siti : Reksa! Jangan lupa bercerita pada kami!
78. Reksa : Ya, aku akan menceritakannya. Tak kurang. Tak lebih.
79. Lembu : (KEPADA SITI) Ayo, kita juga pergi dari tempat yang makin sore makin menakutkan ini!
MATAHARI MASIH KURANG SEPEREMPAT JALAN. MEREKA BERLIMA MENINGGALKAN ALTAR DENGAN TUJUAN YANG BERBEDA-BEDA. MESKI DEMIKIAN, GEMURUH TETAP SAJA TERDENGAR.
FADE OUT