Nge-Band! 103
1. Bagian 1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. DEPAN TOKO MUSIK - SORE

Pia berdiri melihat Bunga dan Hayley yang sedang bicara.

HAYLEY

ITU KARENA GAK SEMUA ORANG BISA JADI KAYAK KAK LUNA! OKE! JADI BAND BESAR KAYAK MEMORIA!

BUNGA

AKU JUGA TAHU ITU! KARENA ITU KITA COBA BARENG-BARENG, KAN!

HAYLEY

KALAU GAGAL GIMANA?!

BUNGA

KITA TINGGAL COBA LAGI! APA SUSAHHNYA!

HAYLEY

GAK SEMUA ORANG PUNYA PIKIRAN KAYAK KAMU BUNGA!

BUNGA

SUSAH NGOMONG SAMA KAMU!

HAYLEY

AKU BUKAN KAMU YANG PUNYA ORANG TUA TERKENAL! ANAK DAVID PIONER! KENAPA KAMU GAK MINTA DI BIKININ BAND SAMA AYAH KAMU!

Pia hanya diam di tempatnya. Ia mengepalkan tangannya, keras-keras.

Bunga berjalan pergi. Ia melewati Pia. Pia ingin mengejar Bunga. Tapi berhenti. Ia hanya melihat Bunga pergi menjauh.

Hayley menyusulnya. Pia hanya diam di tempatnya, sendirian.

EXT. JALAN - BERJALAN - SORE

Pia sedang berjalan, ia melihat ke arah depan, datar.

PIA (V.O)

Kenapa aku gak bisa bilang ke Kak Bunga...

Pia berhenti, ia melihat ke atas, menghela nafas, panjang.

PIA (V.O)

Kalau di bilang pun. Aku bisa apa.
Pia berjalan lagi.

TITLE: NGE-BAND!

INT. RUANG TENGAH - RUMAH PIA - SORE

Pia berjalan masuk ke dalam Rumah. SUPRIYADI, 40-an, duduk di Ruang Tengah, bersantai.

SUPRIYADI

Darimana?

PIA

Minimarket, cari barang.

RIA (O.S)

Pia. Bantuiin Ibu.

Pia berjalan menuju Kamar yang terbuka --

INT. KAMAR BAGAS - RUMAH PIA - SORE

RIAWATI, 40-an, sedang membersihkan Kamar. Pia berdiri di depan pintu.

RIA

Tolongin Ibu ambil seprei baru. Bang Bagas mau pulang.

Pia hanya mengangguk dan berjalan ke kamar yang lainnya. Pia masuk ke dalam kamar.

INT. KAMAR PIA - RUMAH PIA - SORE

Pia masuk ke dalam Kamar. Terlihat Kamar yang sederhana, hanya ada Tempat Tidur dan Meja Belajar. Pia melihatnya, datar.

Ia berjalan ke Lemari di Sudut Kamar dan mengambil Seprei Baru.

PIA (V.O)

Iya. Ini kamar aku tanda miring gudang. Karena barang aku sedikit makanya semuanya di letakin di sini.

Pia menutup Lemari dan berjalan keluar membawa Seprei itu.

INT. KAMAR BAGAS - RUMAH PIA - SORE

Pia memberikan Seprei itu kepada Ria.

RIA

Bantuiin Ibu.

Pia membantu Ibu menutupi Kasur dengan Seprei itu. Terlihat Kamar itu lebih luas dan tak banyak barang di sana.

PIA (V.O)

Dibandingin sama kamar aku. Kamar Bang Bagas lebih luas. Dan gak di pakai buat gudang. Padahal orangya gak lagi di sini.

Mereka selesai merapikan kamar itu. Pia melihat Ria, datar.

PIA

Bu... barang-barang di kamar Pia bisa di pindahin, gak?

RIA

Kemana?

PIA

Kamar Bang Bagas. Dia juga gak di sini, kan?

RIA

Kamu tahu Bang Bagas gak suka kamarnya di utak atik. Lagian kamu juga gak banyak barang, kan?

Pia hanya diam. Ria berjalan keluar. Ia melihat kamar itu, datar. Ia berjalan keluar kamar.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH PIA - SORE

Pia melihat Ria yang sibuk di Dapur, sedang memasak. Ia berjalan ke arah kamarnya --

Dari depan Rumah, DENI, 18, berjalan cepat sambil membuka baju dan meletakan Bajunya di Kepala Pia --

DENI

Tarokin.

Deni berjalan pergi ke dapur dan langsung minum air. Pia sesaat diam. Ia mengambil Baju itu dan berjalan ke Kamar Mandi.

Deni minum air dengan cepat, terlihat Tubuhnya yang penuh dengan keringat.

DENI

Bang Bagas, pulang, Bu?

RIA

Iya. Ibu harus cepat masak.

Pia yang keluar dari Kamar Mandi, melihat mereka.

PIA (V.O)

Deni. Anak nomor dua. Abang kedua aku. Iya, aku anak terakhir dan punya dua abang. Info yang sangat yang bermanfaat sekali dan aku yakin juga gak ada yang mau tahu.

Deni melihat Pia yang hanya berdiri.

DENI

Ngapain berdiri? bantuiin Ibu.

Pia tersadar, ia berjalan ke arah dapur.

INT. KAMAR PIA - RUMAH PIA - MALAM

Pia di dalam Kamarnya, sedang mengeringkan Rambutnya yang basah dengan Handuk di depan cermin. Ia melihat dirinya di cermin.

PIA (V.O)

Gemuk. Pakai kaca mata. Itulah aku. Jerawatan. Kira-kira Kak Bunga mau terima aku jadi personilnya, gak ya? Gak mungkin, cara main aku yang kayak gitu gak sebanding sama dia yang main musik bareng Luna Memoria. Tapi bisa jadi aku di anggap bagus mainnya sama mereka.

Pia tertawa sendiri dengan pikirannya.

PIA

Bisa jadi.

RIA (O.S)

PULANG JUGA ANAK IBU!

Pia tersadar.

BAGAS (O.S)

ASSALAMUALIKUM!!

RIA (O.S)

PIA! ABANG KAMU PULANG!

Pia melihat ke arah suara. Ia mengeringkan Rambutnya dengan cepat.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH PIA - MALAM

Pia keluar dari Kamarnya, ia melihat DENI, 20-an, berbicara bersama Keluarganya.

Deni melihat Pia --

DENI

Makin gendut aja kelihatannya?

Pia tidak menjawab, ia hanya tersenyum kecil.

RIA

Kita makan bareng-bareng.

Pia hanya mengangguk, berjalan menuju Meja Makan.

CUT TO:

INT. MEJA MAKAN - RUMAH PIA - MALAM

Mereka sedang Makan bersama. Mereka terlihat berbicara satu sama lain.

Pia memperhatikan mereka sambil makan.

PIA (V.O)

Oke. Aku jelasin. Walaupun aku yakin ada mau denger penjelasan aku apa gak.

Pia melihat Supriyadi yang sedang makan sambil bicara dengan Bagas.

PIA (V.O)

Ayah aku. Supriyadi, Pegawai Bank. Udah jadi bankir selama duapuluh tahun. Jabatannya Kepala Cabang. Ya kalian tahu sendiri. Dia orang yang paling lurus dan biasa-biasa aja yang pernah aku kenal. Dia gak punya hobi. Dia jarang keluar sama teman-temannya. Dia gak merokok, dia gak minum kopi. Dia jarang bicara.

Pia melihat Ria yang sedang melihat Bagas dan Supryadi bicara.

PIA (V.O)

Ibu. dia IRT. Pergi arisan, bicariin anak orang. Dan yang paling penting bandingiin anak orang sama anaknya sendiiri. Itu selalu. Dia selalu komentarin apaun yang aku lakuin. Soal aku rental dan musik? aku gak bilang siapa-siapa.

Pia melihat Bagas yang sedang bicara sama Deni.

PIA (V.O)

Bagas. Dia jadi kebanggaan keluarga. Anak pertama, laki-laki. Dia sekarang kuliah di ITB. Masuk pakai SNMPTN. Dari sekolah dia selalu juara satu dan dapat beasiswa di sekolah. Dia aktif ikut kegiatan kampus. Dia sekarang lagi magang di perusahaan tambang di Kalimantan.

BAGAS

Akhirnya aku bisa makan masakan Ibu.

RIA

Disana pasti kamu gak bisa makan enak, kan?

BAGAS

Gak usah di tanya, Bu.

RIA

Ibu denger-denger, ternyata Anak Bu Dewi juga ngelamar di Perusahaan kamu. Tapi gak keterima.

BAGAS

Susah, Bu masuk situ. Kalau gak pintar-pintar banget.

RIA

Memang sih. Anaknya Bu Dewi juga kuliah teknik juga, tapi kampusnya itu loh, biasa aja. Beda sama kamu.

PIA (V.O)

Kan?

Pia melihat Deni yang sedang lahap memakan makanannya.

PIA (V.O)

Deni. Abang kedua aku. Sejak masuk SMA dia udah ngebentuk badan. Mau coba masuk Polisi. Denger dia bilang kayak gitu. Ibu sama Ayah udah siapin semuanya, termasuk uang. Jaga-jaga biar di permudah.

BAGAS

Gimana kamu? aman-aman aja.

DENI

Aman, bang. Aku sering latihan tiap hari.

RIA

Deni gak usah di tanya. Tiap hari olahraga biar keterima Polisi.

PIA (V.O)

Denger-denger sampai ratusan Ayah siapin. Uang dari mana? dia jual tanah-tanah dia punya plus minjam orang. Kejar terus demi sebuah pangkat di depan mata dan kebanggaan sebuah seragam.

Pia melihat mereka semua.

PIA (V.O)

Sedangkan aku? cuma anak terakhir yang cuma bisa lihatin abang-abangnya di dorong Orang Tuanya biar bisa jadi apa yang mereka mau.

BAGAS

Kamu gimana, Pia? sekolah kamu lancar?

Pia tersadar, ia melihat Bagas, ia mengangguk.

RIA

Kamu tahu sendiri adik kamu gimana. Nilai-nilainya di sekolah biasa-biasa aja. Jarang keluar rumah.

BAGAS

Kamu makin gendutan? stress? makanya iku ekskul di sekolah. Jangan diam di rumah.

Pia hanya mengangguk, melanjutkan makannya.

PIA (V.O)

Gak perlu aku bilang Ibu udah jadi wakil aku buat ceritaiin hidup aku yang sangkat singkat itu. Nilai aku biasa-biasa aja? dibandingin anak-anak sekolah aku yang memang rata-ratanya tinggi? gak juga, aku juara di sekolah walau kadang-kadang. Kalau kalian gak tahu sekolah aku itu favorit, sebelum ada zonasi. Aku masuk ke sekolah yang bahkan kedua kakak aku gak bisa masukin. Percuma aku bicara mereka juga balikin kata-kata aku. Aku jarang keluar rumah? itu bener. Aku jarang keluar karena sama sifat aku yang gak tahu bisa muncul dari mana. Pemalu. Itu gak bisa aku bantah. Soal eskul? iya aku gak ikut apa-apa di sekolah. Itu karena eskul yang mau aku ikutin gak ada. Soal gendut? maaf kalau aku gak bisa jadi adik yang cantik yang bisa di pamerin ke temen-temen kamu. Bukan salah aku kalau badan aku gendut. Aku juga bukan barang yang bisa di pamerin.

BAGAS

Kamu mau kemana habis SMA?

Pia melihat Bagas, tidak menjawab.

RIA

Di sini aja sama kami. Ibu juga gak harapin apa-apa dari Pia. Gak usah jauh-jauh dari Orang Tuanya. Biar ada yang jaga.

BAGAS

Hidup kamu kok gitu-gitu aja dari dulu. Padahal udah SMA. Cari temen gitu, kek

RIA

Kamu kan tahu Pia pemalu.

BAGAS

Pemalu juga gak kayak gitu, Bu. Cari kegiatan kek, apa kek.

RIA

Pia itu kalau lakuin apa-apa pasti setengah-setengah. Udah berapa banyak dia di lesin. Berhenti juga.

BAGAS

Pia juga gak serius Orangnya.

Pia hanya diam, tidak menjawab apa-apa. Supriyadi berdehem, mereka semua diam, melanjutkan makannya.

PIA (V.O)

Ah... sial.

Pia melihat Supriyadi yang juga melihat dirinya. Pia melanjutkan makan.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar