32. INT. RUANG RAHASIA - DAY
Meja disusun tiga baris berhadapan. Cala dan Nares nonton drakor, Haga membaca novel romantic, Kana menidurkan kepalanya di meja dengan kepala yang ditutup oleh kupluk jaket, dan Varell yang diam - diamn curi pandang ke Cala. Rafka membuka pintu membawa camilan menaruhnya diatas meja.
HAGA
Nah... diskusi lancar kalau kayak begini
NARES
Heh bagi-bagi (merampas sebagian)
CALA
Sampai kapan jatah gue harus berkurang
VAREL
Na bangun na… yuk mulai (menepuk tangan Kana)
KANA
Hmmm gue nggak tidur. Ubah pandagan kalian, jangan ada yang lihat gue
Semua membalikkan badannya. Kana menaikkan kepalanya.
KANA (CONT'D)
Gue udah cerita soal mimpi gue yang akan menjadi misi ini, ada yang punya saran?
CALA
Gimana kalau…(membalikkan badanya)
KANA
Ngomongnya ngadap sana aja!. lanjut
CALA
(menahan marah)
Gimana kalau…(berpikir) kita batalin aja misi ini. Sorry Na tapi gue nggak ngerti
KANA
lagi yang lain?
VAREL
Kalau menurut gue, mimpi lo ini seolah ngasih tahu lo apa aja sih yang terjadi dimasa depan. Yang kita tahu sekarang perubahan dimasa depan akan membawa dampak postif, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga dampak negatifnya. Seperti yang lo certain. Semakin kesini mimpi lo menggambarkan dampak negatif. Tapi gue nggak bisa ngambil kesimpulan gitu aja, antara ini hanya mimpi yang memang benar-benar mimpi atau mimpi yang menjadi kenyataan dikemudian hari, dan apakah bencana ini hanya untuk diri lo atau untuk semuanya?
RAFKA
Sangat rumit. Membebaskan orang yang terjebak dimimpi tanpa petunjuk. Mustahil. Bahkan tidak ada prediksi pasti atau mendekati kapan terjadinya. Jawabannya ada di waktu, tapi waktu nggak bisa bicara. Lantas?
Nares, Cala, Haga, dan Varell membalikkan badan lebih dulu. Berbarengan dengan gerak Rafka yang terlihat ingin membalikkan badan, Kana menarik lebih kupluknya dan menaruh kepalanya dimeja.
RAFKA (COUNT'D)
Ini bukan misi tapi ini hanya mimpi
CALA
Dan memang sudah seharusnya tidak ada rapat seperti ini. Sepertinya Kana meminta bantuan orang yang salah
VAREL
Yang dikatakan Rafka benar, tapi tidak ada salahnya jika kita membantu Kana. Sebisa kita aja… Apapun itu, paling tidak ada perlawanan dari kita untuk menolak mimpi itu datang lagi
CALA
(lantang)
Mau mulai dari mana? dasarnya saja tidak ada. Pilot terbang butuh arah kalau tidak akan hilang. Sekarang tidak ada peta tidak ada arah artinya kita akan hilang. Kalau sudah tahu pada akhirnya akan menjadi sia-sia, lalu kenapa buang-buang tenaga. Toh kalau kita nggak beraksi pun nggak ada sanksi yang diterima Kana kan? dimimpi lo nggak ada sanksi itu kan?
Kana menggeleng. Tangannya gemetar. Rafka beranjak keluar.
CALA
Pulang bareng Ka. Kabarin gue kalau ada misi yang lebih jelas (mengikuti Rafka keluar dari ruangan)
HAGA
Sorry Na, lain dari Cala sama Rafka. Gue merasa aneh dengan rapat seperti ini. Disaat orang lain berbicara dia meminta dirinya diperhatikan, tapi disini kita disuruh berbalik. Entah dengan siapa berbicara. Mengapa tidak kau saja yang berbalik (suaranya meninggi) Bagaimana mau bekerja sama, ketuanya saja tidak bisa diperhatikan banyak orang. (berhenti) Dari novel yang gue baca "Manusia memang hidup saling membutuhkan, tapi jangan saling membebankan" Cara kerja seperti ini membuat gue terbebani Na. Mungkin lu tau alasan gue daftar untuk lebih dekat sama Nares, tapi lebih baik gue ketemu didalam mimpi daripada memaksa didunia nyata (melirik Nares) Gue permisi (pergi)
Varel bangun menghampiri Kana, ia menepuk punggung Kana dari belakang.
VAREL
Semua orang yang lo rekrut itu pinter Res (melirik Nares) Setelah gue analisis semua pernyataan itu benar. Mungkin gue aja yang buru-buru jawab iya. Kalau memang tidak ada sanksinya, tidak dilakukan pun nggak masalah Na. Ini bukan tugas wajib. Jangan takut tidur, mimpi ini akan berhenti. Percaya deh sama gue. Lo bantu Kana tenangin dirinya ya Res (pergi)
NARES
(Menarik nafas)
Bangun Na… udah nggak ada orang kecuali kita berdua.
Kana mengangkat kepalanya.
KANA
Lo kalau mau pulang duluan, pulang aja Res
Nares diam, melihat Kana dengan kesal.
KANA (CONT'D)
Ngapain masih disini? Nggak ada rapat pertama dan rapat-rapat berikutnya
NARES
Gue kasihan Na, sama diri gue sendiri. Kenapa selama ini gue nggak sadar kalau gue dibabuin sama lo.
KANA
Gue nggak pernah minta lo jadi babu dan gue nggak sekalipun anggep lo itu pembantu gue. Kalau selama ini gue nyusahahin…
NARES
(suaranya tinggi)
Iya lo menyusahkan. Manusia paling menyusahkan. Phobia lu yang menjadikan gue harus selalu ada disamping lo. Gue juga harus dituntut untuk ngertiin lo. Bahkan harus gue juga yang gantiin posisi lo. Mau sampai kapan Na? Kenapa kalau lo bicara informal tanpa suruhan, tangan lo nggak gemetar, lo nggak terlihat panik. seperti kemarin saat sebelum gue membuka rapat.
KANA
Karena gue nggak merasa jadi pusat perhatiaan Res
NARES
(berdiri, emosi)
Bukan. Tapi mindset lo yang membuat tubuh lo jadi takut. Kenapa tidak sesekali lu coba…
KANA
(berdiri, emosi)
Lo nggak ngerti Res. Lo bukan gue! Lo nggak ngerasain tremor hebat itu kayak gimana. Yang cuma lu liat tangan atau kaki tapi yang gue rasaian sekujur tubuh gue udah kayak mau mati
NARES
Seharusnya malam itu gue nggak usah ngabisin waktu untuk bikin poster. Hemat Kertas, Hemat tinta. Gue juga Nggak usah buang tenaga untuk ngerekrut mereka semua. Seharusnya dari awal jawaban gue adalah "Nggak peduli"
KANA
Kalau lo tidak bisa ucapkan itu diawal, maka ucapkan sekarang. UCAPKAN!! (teriak) Untuk pertama kalinya gue berbicara sekencang ini sama lo. Kalau memang setelah ini pintu kamar lo terkunci untuk sahabat, tetangga yang sudah seperti keluarga, gue minta maaf kalau gue sudah menjadi manusia paling merepotkan. Gue juga mau bilang makasih setidaknya ada saran dan banyak usaha lu untuk ngebantu gue
Nares memajukan langkah hingga sejajar dengan kana, namun berlawan arah. Suaranya pelan diberi penekanan.
NARES
Gue nggak peduli lagi sama Kana dalam kondisi apapun
Nares keluar membanting pintu. Kana meteskan air mata.
33. EXT. PINGGIR DANAU - HUJAN - DAY
Kana berlari ditengah hujan. Berdiri dipinggir danau sepi. Ia menangis mengeluarkan semua emosinya. Kana mengeluarkan handphonenya ada pesan dari Varel “Gimana keadaan lo?”. Kana mematikan daya handphonenya dan memasukkan lagi.
KANA
(teriak)
Aaaaaa Tuhan ganti alur ceritanya
Kana menurunkan badannya, duduk menekuk kaki. Menyembunyikan kepala diatas paha. Kana mengangkat kepala.
KANA (CONT'D)
Mengapa harus selalu menunggu waktu hanya untuk mengucapkan kata yang menyakitkan orang lain. Kenapa harus dengan kata. Tidak tahukah mereka perkataanlah yang menancapkan luka paling mendalam.
KANA (CONT'D)
Apa mereka tidak pernah bertanya seperti apa kondisi orang yang telah mereka jatuhkan? Siapa juga yang mau dilahirkan dengan phobia seperti ini. Coba masuk kehidup gue. Rasain hidup dari cerita gue. Ubah pandangan kalian, lihat dari sisi gue.(menangis)
34. EXT. JALAN MENUJU RUMAH KANA - NIGHT
Kana jalan menunduk sekujur tubuhnya basah begitupun denngan tas dan sepatunya. kepalanya ditutup kupluk hoodie. Kana memasuki halaman rumahnya. Karena tidak melihat Kana menabrak Bu puspa yang sedang menelpon.
KANA
Maaf (berjalan lewat samping)
BU PUSPA
(mematikan telpon, lalu melihat kana)
Kana
KANA
(berbalik badan, menaikan kepala)
Bu puspa?
BU PUSPA
Kamu dari mana saja? ibu telpon tidak diangkat
KANA
Ada urusan apa ya bu?
Bu puspa memajukan langkahnya ingin memeluk Kana, tapi kembali diturunkan tangannya karena pertanyaan Kana.
KANA (CONT'D)
Ada apa ya bu? (beat) Tunggu!. Mata ibu merah pakain ibu Hitam-hitam
Kana membuka kupluknya, ia terkejut banyak orang mengenakan pakaian serba hitam. Ia melihat bendera kuning terpasang. Air matanya menetes. Langkah gemetar membawanya melihat nama di bendera kuning.
KANA (CONT'D)
aa...yah... (gemetar, menangis)
Kana berlari memasuki rumah.
35. INT. RUMAH KANA – RUANG TENGAH – NIGHT
Kana datang berlari duduk disamping jenazah ayahnya. Orang yang sedang mengaji memperhatikannya. Tangisannya semakin kencang. Kana memeluk erat ayahnya.
KANA
AYAH… Ayah bangun ayah. Ayah udah janji sama Kana mau lihat kana sampai jadi dokter. Biar Kana bisa sembuhin ayah. Sekarang Ayah bangun ya… kita makan mie goreng buatan bunda sama-sama. (gemetar dan menangis)
Bunda Kana menangis menghampiri Kana, memeluk dan mengelusnya.
BUNDA KANA
Sudah sayang… Ayah sudah tidak sakit lagi. Sudah ya…(menahan tangis)
KANA
Ayah… ayah… bangun yah… ayah…
Tangan dan Kaki kana gemetar. Kana merasakan lagi tremor hebat pada sekujur dirinya. Kana pingsan.
CUT TO:
36. INT. KAMAR NARES - NIGHT
Orang tua Nares mengenakan setelan hitam-hitam. Ibu Nares membuka pintu kamar Nares. Nares duduk dimeja belajar, membaca buku “cara mengelola perusahaan yang baik”.
IBU NARES
Serius kamu tidak mau ikut?
NARES
Tidak bu
Ayah
Kamu tidak mau ketemu Kana?
NARES
Masih banyak buku yang harus Nares baca. Besok saja di sekolah
AYAH
Kalau begini ayah senang melihatnya. Kami jadi yakin kalau kamu bisa diandalkan menjadi penerus perusahaan
IBU NARES
Pelajari yang serius. Yasudah ibu berangkat. (menutup pintu)
Nares meninggalkan meja belajar menuju balkon kamar. Terdengar suara pengajian. Dari atas ia melihat kondisi rumah Kana yang ramai orang melayat.
37. INT. KAMAR KANA - NIGHT
Kana terbaring dikasur belum sadarkan diri. Bunda Kana duduk disampingnya membaurkan minyak kayu putih.
BUNDA KANA
Ternyata phobianya masih belum hilang (mengelus tangan Kana)
Kana membuka matanya perlahan.
KANA
Bunda
BUNDA KANA
Kamu tidak kenapa-napa?
KANA
Bunda…(nangis)
Kana memeluk bundanya erat. Bunda kana menangis dibalik pelukan
KANA
Bunda… kana nggak mau ditinggal Ayah. Kana sayang sama Ayah…
BUNDA KANA
Tuhan lebih sayang sama Ayah
KANA
(menggelengkan kepala)
Kana yang paling lebih sayang sama ayah…
BUNDA KANA
Kana harus sabar, harus kuat. Kana kan tahu, ayah tidak suka kalau putrinya nangis. Sudah ya kita ikhlaskan ayah (Melepas pelukan, menyeka air mata Kana)
KANA
(sek-sekan)
Waktu itu dokter bilang kondisi ayah sudah lebih baik
Bunda Kana mengambil air dan memberikan pada Kana.
BUNDA KANA
Minum dulu… (membantu kana minum)
BUNDA KANA (CONT'D)
Saat itu kondisi ayah memang sudah membaik. Lalu saat kamu sekolah tiba-tiba ayah anfal. Bunda langsung bawa ayah ke rumah sakit
KANA
Kenapa bunda nggak telpon Kana?
BUNDA KANA
Ayahmu melarang bunda, katanya "biarkan dia fokus belajar". Hari itu sebenarnya ayah tidak diperbolehkan pulang, tapi Ayah memohon pada Dokter. Sampai akhirnya dokter menginjinkan dengan resep obat cukup banyak. Ayah mu tidak ingin kamu khawatir. Dia tahu putrinya paling lemah jika mendengar orang tuanya sakit apalagi sampai harus masuk rumah sakit dan dirawat berhari-hari. Waktu bunda tipes, kata ayah kamu nangis di kamar sampai tidak mau makan.
KANA
Ayah kerasa kepala bunda…(menangis)
BUNDA KANA
Kana… dengerin bunda. Kalau saat itu ayah dirawat, ayah juga akan kembali hari ini. Kematian itu hanya tuhan yang tahu, dalam kondisi apapun dia jika memang sudah waktunya semua akan kembali. Kita harus ikhlas ya. Tuhan sudah beri yang terbaik untuk ayah. Kana masih punya bunda
KANA
Orang lain atau bunda sekalipun tidak akan bisa gantiin sosok Ayah. Jika memang ini yang terbaik untuk ayah Kana ikhlas. (berhenti) Bunda, kita tidak pernah tahu hari depan kan?, tapi kita dipaksa untuk terus melangkah. Kana tidak tahu akan sanggup atau tidak
BUNDA KANA
Kita berjuang sama-sama ya