Cut to :
SCENE 189 : EXT. GEDUNG KAMPUS — SIANG
CAST : ANGGARA, TIRTA DAN FARIZ
Setelah selesai acara wisuda, Fariz dan Tirta menghampiri Anggara.
FARIZ
Selamat ya Anggara. Kami semua bangga dengan pencapaian kamu.
Fariz memeluk dan menepuk bahu Ang.
Dan Tirta juga demikian. Ia memeluk dan menepuk bahu Ang dengan erat.
TIRTA
Selamat Anggara. Kamu anak yang hebat.
Tirta menitihkan air mata melihat keberhasilan Anggara. Ia merasa malu dengan hinaan yang pernah ia lontarlkan kepada Anggara dulu. Tirta melepas pelukannya seraya menyeka pelan air matanya dengan tangan.
ANGGARA
Terima kasih Pa, Kak.
Anggara melebarkan senyumnya.
Cut to :
SCENE 190 : EXT. GEDUNG KAMPUS — SIANG
CAST : ANGGARA, ANREZ, RIAN, ROY DAN TEMAN-TEMAN
Setelah itu, semua teman-teman Ang juga memberikan ucapan selamat kepada dirinya karena sudah menjadi mahasiswa terbaik di kampus. Ternasuk juga Anrez dan Rian, mereka berdua memberikan selamat kepada Ang.
RIAN
Selamat, Bro. Gila! Temen gue nih, punya gelar mahasiswa terbaik di kampus. Temen gue nih.
Rian menepuk bahu Ang.
ANGGARA
Hehe, thanks Yan.
ANREZ
Bangga gue sama lo. Perjuangan lo nggak sia-sia. Cari uang sendiri buat biaya kuliah sampai-sampai ikut balapan biar bisa dapet uang buat biaya semester lo. Keren banget perjuangan lo. Dan ini hasilnya, lo bisa membanggakan semua orang.
ANGGARA
Thanks ya Rez. Gue bisa seperti ini juga berkat dukungan kalian berdua. Gue juga pernah punya niatan berhenti kuliah dan karena semangat dari lo berdua, gue akhirnya bisa terus maju ke depan. Thanks Yan, Rez.
Anrez dan Rian menganggukkan kepala.
ANREZ
Inget nggak yel-yel kita bertiga?
ANGGARA DAN RIAN
Bersama do'a dan perjuangan, semua pasti, BISA! (Seraya mengepalkan tangan dan diangkat ke atas)
ANREZ, RIAN DAN ANGGARA
Bersama do'a dan perjuangan, semua pasti, BISA!
Mereka mengucapakan yel-yel beberapa kali. Sampai semua teman-teman yang lain mengikuti yel-yel tersebut.
Roy yang pernah menjadi musuh Ang datang menghampiri Ang.
ROY
Selamat ya Ang.
Roy tersenyum seraya berjabat tangan dengan Ang.
ANGGARA
Thanks ya, Roy.
RIAN
Roy, Roy, nggak gini lagi sekarang? (Rian memperagakan jurus silat)
ROY
Ya nggak lah Yan, sekarang mah gini. Ya nggak Ang? (Roy menggandeng bahu Ang)
ANGGARA
Yo'i, Men. (Ang menggandeng bahu Roy)
ROY
Bersama do'a dan perjuangan, semua pasti, BISA!
Semua teman-temannya pun mengikuti.
Saat asyik bersama teman-temannya, Ang kemudian mengarahkan pandangannya ke arah Najelina yang berdiri seraya berbincang-bincang bersama teman-temannya. Ang pun menghampiri.
Cut to :
SCENE 191 : EXT. TAMAN KAMPUS — SIANG
CAST : ANGGARA, NAJELINA, ALVI DAN SANDRA
ALVI
Selamat ya, Naj. Ang jadi mahasiswa terbaik. Keren banget!
SANDRA
Iya Naj. Selamat ya, punya suami terbaik di kampus juga terbaik di hati hehe.
NAJELINA
Hehe iya, makasih ya Vi, San.
Alvi melihat Ang berjalan mendekat.
ALVI
Eh, si Ang ke sini mau nyamperin lo Naj.
SAFIRA
Kita pergi yuk Vi. Gak enak ntar ganggu suami istri lagi mesra-mesraan, hehe.
NAJELINA
Ih apaan sih. Nggak apa-apa kali.
ALVI DAN SANDRA
Kita pergi dulu Jelii.
Alvi dan Sandra pun melarikan diri.
Ang mendekati Najelina.
ANGGARA
Sayang, kamu denger nggak yel-yel tadi?
NAJELINA
Denger kok.
ANGGARA
Yel-yelnya sama kayak perjalanan cinta aku ke kamu.
NAJELINA
Oh ya? Kok bisa?
ANGGARA
Iya. Bersama do'a dan perjuangan, aku pasti bisa. Bisa memilikimu.
Setelah mengucapkan itu, Ang kemudian memeluk Najelina dan mengangkat tubuhnya lalu berputar-putar dengan rasa bahagia.
NAJELINA
Anggara ih, malu tau dilihat temen-temen.
Cut to :
SCENE 192 : INT. KANTOR ANGGARA — SIANG
CAST : ANGGARA DAN NAJELINA
7 bulan kemudian.
Saat ini, Najelina berjalan menuju ruang kerja Ang di dalam perusahaan keluarganya.
Najelina terlihat membawa kotak makanan dan sesekali ia berjalan sambil mengelus perutnya yang kini sudah membesar.
Najelina membuka pintu.
NAJELINA
Assalamu'alaikum my honey, bunny, sweety.
Lalu Najelina masuk dan menutup pintu.
ANGGARA
Wa'alaikumsalam kasihku, cintaku, sayangku.
Ang yang saat itu duduk di kursi kerjanya sambil mengetik di laptopnya pun menoleh ke arah Najelina. Ang mengembangkan senyumnya kala sang istri berjalan mendekatinya.
NAJELINA
Aku bawain ayam penyet kesukaan kamu Sayang.
Najelina menaruh kotak makanan itu di atas meja kerja Ang.
ANGGARA
Makasih sayang.
Lalu Ang menghadap laptop kembali.
Najelina kemudian berdiri di belakang Ang yang sedang duduk. Najelina memeluk leher Ang dari belakang dan mendekatkan wajahnya di samping wajah Ang seraya ikut melihat laptop.
NAJELINA
Lagi ngapan sayang.
ANGGARA
Biasalah. Tugas kantor sayang. (Seraya mengetik)
NAJELINA
Laper nggak?
ANGGARA
Laper lah.
NAJELINA
Aku suapin ya.
Ang mengangguk-angguk manja.
Najelina kemudian berdiri di samping Ang seraya membuka kotak makanan.
ANGGARA
Baby aku udah makan belum? (Seraya mengelus perut Najelina)
NAJELINA
Udah dong.
Kringgg
Telepon yang berada di atas meja kerja Ang berbunyi. Ang kemudian mengangkatnya.
ANGGARA
Hallo, ada yang bisa di sayang?
Mendengar ucapan itu, seketika Najelina menghentikan aktivitasnya.
NAJELINA
Ha? Di sayang?
Lalu Najelina menjewer telinga Ang.
NAJELINA
Angkeeerr! Udah berani macem-macem ya. Siapa yang di sayang ha? Siapa?
Ang kesakitan.
ANGGARA
Ampun Ma. Pak Bambang Ma. Pak Bambang tadi Ma. Bukan siapa-siapa. Papa cuma bercanda.
Tangan Najelina masih terus menjewer telinga Ang.
NAJELINA
Bohong! Siapa yang telfon tadi. Siapa?!
ANGGARA
Beneran Ma. Pak Bambang yang telfon. Dengerin nih.
Ang kemudian mengarahkan telepon tersebut ke arah telinga Najelina dan terdengar suara Pak Bambang di dalamnya.
Najelina melepaskan tangannya dari telinga Ang. Dan Ang mengusap-usap telinganya karena kesakitan. Punya istri galak amat batinnya.
NAJELINA
Awas aja kalau berani selingkuh terus ninggalin Mama. (Kembali fokus membuka kotak makanan)
ANGGARA
Ya nggak mungkinlah Papa ninggalin Mama. Dapetin Mama aja susah banget kayak nangkep capung. (Sambil mengetik)
Seketika Najelina langsung mengerutkan kening dan menatap tajam Ang.
NAJELINA
Apa? Capung? Oh, Papa ngatain Mama mirip capung?
Sadar bahwa istrinya sekarang lebih emosian karena pengaruh kehamilan dan takut sang istri bakal salah faham lagi, Ang langsung menghentikan ketikannya dan berusaha meredam emosi Jeli pelan-pelan. Agar tidak terjadi perang duni ke seratus kali.
ANGGARA
Mama sayang, bukan gitu maksud Papa. Papa nggak ngatain Mama mirip capung. Itu cuma ibarat Ma. Nangkep Mama seperti nangkep capung, sama-sama susah meraihnya. Gitu loh Ma.
NAJELINA
Kenapa harus capung sih Pa, capung itu nangkepnya pake sapu lidi. Berarti Papa nangkep Mama pake sapu lidi dong? Di film Mariposa yang pernah Mama tonton di bioskop dulu, pemeran utama mengejar cintanya itu seperti mengejar kupu-kupu. Masa Papa mengejar Mama seperti mengejar capung sih. Mama nggak suka!
ANGGARA
Iya iya, seperti kupu-kupu. Papa cuma bercanda Mama sayang, nggak beneran kok.
Najelina memegang perutnya.
NAJELINA
Tuh liat! Baby Bar-Bar nendang-nendang. Nggak terima Mamanya disamain sama capung. Minta maaf sama Baby Bar-Bar!
Ang menghela nafas berat lalu mengelus perut Najelina.
ANGGARA
Baby Bar-Bar, maafin Papa ya. Papa nggak bermaksud nyamain Mama kayak capung. Baby Bar-Bar salah faham. Plis deh, Baby Bar-Bar jangan ikutan marah. Ini urusan orang dewasa, Nak.
NAJELINA
Push Up sekarang!
Ang yang saat itu mengelus perut Najelina, seketika mendongak ke atas menatap istrinya yang bawel itu.
ANGGARA
Kok push up lagi sih Ma. Kemarin kan udah?
NAJELINA
Kemarin kan push up karena kesalahan Papa kemarin. Sekarang ngelakuin kesalahan lagi ya harus push up lagi.
ANGGARA
Astaghfirullah Mama. Papa capek push up lagi. Kemarin aja push up seratus kali. Itu udah bikin otot Papa sakit banget Ma.
NAJELINA
Salah sendiri kemarin ngatain perut Mama buncit. Padahal perut Mama nggak buncit. Tapi menonjol karena ada Baby Bar-Bar di dalamnya.
ANGGARA
Iya, iya Papa ngaku salah. Sekarang nggak usah push up lagi ya.
NAJELINA
Push up 50 kali!
ANGGARA
Ha?
NAJELINA
Ini perintah dari Baby Bar-Bar Papa. Bukan perintah Mama. Cepetan push up! Jangan sampai Mama makin kesakitan karena ditendang-tendang sama Baby Bar-Bar mulu. Ini turunan dari Papanya. Karena Papanya dulu suka berantem. Jadi sekarang Baby Bar-Bar suka nendang-nendang di dalem perut. Kalau nggak nurut, Baby Bar-Bar makin marah.
Ang berdiri.
ANGGARA
Oke-oke, tenang Baby Bar-Bar, Papa push up nih sekarang. (Terpaksa)
NAJELINA
Nah gitu dong.
Ang kemudian berjalan menuju lantai yang lumayan luas di depannya. Ia menghela nafas pasrah lalu pelan-pelan tengkurap di lantai.
Ang memulai menjalankan perintah sang istri sambil ngedumel dalam hati.
VO ANGGARA
Udah pake jas sama dasi masih aja di suruh push up. Udah gue duga, pasti Baby gue yang jadi alasan buat gue ngelakuin ini. Hadeh, harus ekstra sabar gue ngadepin ibu hamil. Gimana nggak harus sabar coba? Gue capek-capek mikir 7 hari 7 malam buat ngasih nama anak gue. Udah bagus namanya Bara Anas Kurniawan. Eh malah dipanggil Baby Bar-Bar. Yang bar-bar bukan babynya kali, tapi emaknya. Emaknya yang bar-bar parah. Ya Tuhan, beri hamba kesabaran menghadapi isri yang cerewet ini ya Tuhan. Huft, semoga gue nanti malam tidur dan bangun istri gue udah mengandung sembilan bulan. Plis Nak, cepat keluar ya. Lihat Papamu ini, selama 7 bulan Mama mengandung kamu, Papa menderita, Nak.
Setelah ngedumel sambil push up, Ang mengarahkan pandangannya ke arah istrinya yang sedang duduk di kursi kerjanya. Sang istri asyik melahap ayam penyet miliknya sampai habis. Terlihat juga sang istri menjilati jarinya karena ia melahap makanannya menggunakan tangan.
ANGGARA
Sudah gue duga. Dia ngasih gue makanan pasti ujung-ujungnya dia sendiri yang makan. Oh, My God. (Lirih)
Ang menghela nafas pasrah. Lalu ia menjatuhkan badannya ke lantai. Dengan posisi tengkurap dan merentangkan tangannya. Ang pingsan ditempat.
FADE OUT
SELESAI
Foto Kartun Sampul by GOOGLE
Terima kasih sudah membaca skrip karya saya. Semoga cerita di atas memberikan banyak hikmaah dan pelajaran untuk kita semua. Amin.
Erin Sofia