Cut to :
SCENE 185 : EXT. HALAMAN RUMAH NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA, ANGGARA, LASTRI, SAFIRA, TIRTA, FARIZ, BI DARMI, SATPAM DAN SOPIR
Beberapa hari kemudian.
Ang dan Jeli sudah pulang dari rumah sakit. Mereka berdua bersama sang nenek akan tinggal di rumah Tirta.
Saat ini, Ang dan Jeli keluar dari dalam mobil yang baru saja sampai di halaman rumah.
Ang terlihat masih memakai perban di kepalanya namun badannya tampak sudah sehat. Ang kemudian menyiapkan kursi roda tepat di samping pintu mobil tempat Najelina duduk. Ang mengangkat badan Najelina dan didudukkan di kursi roda.
Najelina masih belum bisa berjalan karena cedera di tulang kakinya masih belum sembuh.
Terlihat Fariz dan Tirta sibuk mengeluarkan koper dari dalam bagasi mobil bersama satpam dan Bi Ratmi. Lastri dan Safira mengajak Ang dan Najelina masuk ke dalam rumah.
SAFIRA
Nek Lastri, Anggara, mulai sekarang, rumah ini juga termasuk rumah kalian. Kita semuanya tinggal bersama di sini. (Seraya berjalan menuju teras)
Anggara yang saat itu mendorong kursi roda Najelina, terlihat sangat senang saat memperhatikan rumah Najelina.
ANGGARA
Terima kasih banyak Ma.
LASTRI
Terima kasih Nak Safira.
SAFIRA
Iya sama-sama Nek.
Setelah selesai membereskan bagasi, Tirta berjalan mendekati Anggara yang sudah berada di depan pintu rumah.
TIRTA
Oh ya, Anggara. Minggu depan kamu bisa masuk kuliah lagi. Papa sudah mendaftarkan kamu sebagai mahasiswa di kampus Dharmawangsa. Minggu depan kamu bisa ikut skripsi.
ANGGARA
Beneran, Pa?
TIRTA
Beneran."
ANGGARA
Alhamdulillah.
NAJELINA
Alhamdulillah sayang. Impian kamu segera tercapai. (Seraya mendongak ke atas melihat Ang)
ANGGARA
Amiinn.
Cut to :
MONTAGE :
SCENE 186 : INT. KELAS NAJELINA — PAGI
CAST : ANGGARA DAN NAJELINA
Satu minggu kemudian, Ang dan Jeli sudah mulai masuk kembali ke kampusnya. Ang selalu setia mendorong kursi roda Najelina sampai masuk ke dalam kelasnya. Dan mulai saat itu mereka kembali aktif di bangku kuliah.
Beberapa hari kemudian, Ang dan Jeli sibuk mengerjakan skripsi dan Pak Bambang adalah dosen pembimbingnya.
SCENE 187 : INT. KAMAR NAJELINA — MALAM
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Selama 6 bulan, Ang dan Jeli berusaha menyelesaikan skripsinya dengan baik.
Setiap hari, Ang selalu tidur larut malam untuk mengerjakan skripsinya di laptop. Najelina juga demikian, ia setiap hari selalu mengerjakan skripsi bersama suaminya. Hingga saat tangan Najelina terasa capek mengetik, Ang pun bersedia mengetikkan skripsi milik istrinya dan skripsinya sendiri ia tunda pengerjaannya. Setiap hari ia melakukan itu bersama-sama.
Tidak hanya sibuk mengerjakan skripsi, Ang juga setiap hari melatih sang istri untuk berjalan agar cepat sembuh. Ang juga sering menyuapi Najelina, memberikan dia perhatian dan setia merawatnya. Apa yang dilakukan Ang pun selalu diperhatikan keluarga Najelina dari kejauhan. Mereka sangat bangga dengan ketelatenan Anggara melatih Najelina untuk berjalan di sambi berjuang mengerjakan skripsi.
Cut to :
SCENE 188 : INT. GEDUNG KAMPUS — PAGI
CAST : DOSEN, REKTOR, FARIZ, SEMUA MAHASISWA/I DAN ORANG TUA MASING-MASING
6 bulan kemudian.
Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh semua mahasiswa Universitas Dharmawangsa. Karena hari ini mereka melaksanakan wisuda kelulusan. Acara diselenggarakan di dalam sebuah gedung yang berada di dalam kampus tersebut.
Semua wisudawan dan wisudawati memakai toga rapi dan duduk manis di kursi menghadap ke panggung di depannya. Mereka antusias mengikuti upacara wisuda. Terlihat rektor Universitas Dharmawangsa berdiri di depan menyampaikan amanat wisuda.
Najelina duduk bersama sahabat-sahabatnya dan Ang juga duduk bersama sahabat-sahabatnya. Terlihat Ang dan Najelina sudah tidak memakai perban lagi. Dan Najelina pun kini sudah bisa berjalan normal kembali.
Beberapa menit kemudian, rektor menyampaikan pengumuman siapamahasiswa yang memdapat nilai IPK tertinggi. Dan alangkah terkejutnya Anggara saat namanya disebut.
Anggara menjadi mahasiswa dengan kelulusan terbaik. Rektor pun mempersilahkan Anggara naik ke atas panggung untuk menyampaikan rasa syukurnya.
Setelah Anggara mengucapkan rasa bahagianya di atas panggung dan diberikan sebuah penghargaan, semua wisudawan wisudawati memberikan aplaus/tepuk tangan untuk Anggara.
Saat itu, keluarga mahasiswa juga duduk di kursi menyaksikan di belakang mereka.
Keluarga Tirta sangat bangga saat melihat Anggara berdiri di depan.
Beberapa orang tua mahasiswa yang duduk di samping Tirta memuji Anggara.
PRIA 1
Hebat sekali anak itu.
TIRTA
Dia menantu saya Pak.
PRIA 1
Oh ya? Dia menantu Bapak? Hebat sekali punya menantu mahasiswa lulusan terbaik universitas ini.
TIRTA
Alhamdulillah Pak.
Orang tua mahasiswa yang berada di samping dan belakang Tirta semuanya memuji Anggara.
TIRTA
Dia menantu saya, Pak. (Menoleh ke samping kirinya)
TIRTA
Dia menantu saya, Pak. (Menoleh ke belakangnya)
Beberapa menit kemudian, Anggara turun dan acara penyerahan ijazah wisudawan-wisudawati pun di mulai. Mereka semua maju satu persatu menerima ijazah tersebut.