Cut to :
SCENE 168 : EXT. PINGGIR JALAN — PAGI
CAST : ANGGARA
Saat ini, Ang berada di pinggir jalan. Ia memperhatikan rumah Najelina dari kejauhan. Ang berniat menunggu Najelina keluar dan akan mengajaknya kabur dari rumah. Namun sayang, sepertinya rencana itu sedikit terhambat. Pasalnya, Ang tidak berhasil menghubungi balik Najelina. Ang tidak bisa memberitahu Najelina bahwa ia sedang menantinya. Karena nomor telepon Najelina tidak aktif.
ANGGARA
Jel, aktifin dong nomer elo. Gue di sini jemput lo, Jel! (Seraya terus mencoba menghubungi Najelina)
Beberapa kali ditelfon dan tidak ada jawaban, akhirnya Ang merasa kesal dan ponselnya ia masukkan kembali ke dalam kantong.
Ang memutuskan untuk datang langsung ke rumah Najelina.
Cut to :
SCENE 169 : EXT. HALAMAN RUMAH NAJELINA — PAGI
CAST : ANGGARA, SATPAM DAN FARIZ
Setelah berhenti di depan gerbang, Ang turun dari atas motor lalu ia langsung berlari ke rumah Najelina.
Saat Ang sudah sampai di teras rumah, tiba-tiba Fariz keluar dan menghentikan langkah Ang.
FARIZ
Lho, lho, lho, kamu ngapain ke sini, hah?
ANGGARA
Pak Fariz, saya ingin bertemu dengan Najelina. Ini adalah pernikahan yang tidak Najelina inginkan, Pak. Kasihan Najelina. Tolong Pak jangan paksa dia. Dia tidak akan bahagia dengan pernikahan ini.
FARIZ
Sok tau kamu! SATPAM! Cepat bawa keluar laki-laki ini! Kunci gerbangnya! Jangan sampai dia berani masuk ke sini lagi!
SATPAM
SIAP, PAK!
Lalu satpam mendekati Ang.Satpam itu menggenggam tangan Ang.
SATPAM
AYO KELUAR!
Ang mencoba berontak.
ANGGARA
Pak Fariz, tolong batalkan pernikahan ini. Najelina tidak mencintai Afan, Pak. Dia mencintai saya dan saya juga mencintai Najelina, Pak!
FARIZ
Siapa kamu! Seenaknya aja batal-batalin acara pernikahan orang. Lagipula saya nggak sudi punya adik ipar berandalan, kriminal, orang susah seperti kamu! Pak! Cepat bawa dia keluar! Saya nggak mau liat muka dia lagi!
Fariz kembali masuk ke dalam rumah.
SATPAM
AYO KELUAR!
Satpam memaksa Ang berjalan keluar.
ANGGARA
NAJELINAAA! KELUAR! GUE DI SINI! DI DEPAN RUMAH LO!
GUE DATENG BUAT LO! GUE CINTA SAMA LO!
JEL, TEMUIN GUE DI SINI! BATALIN PERNIKAHAN LO!
Ang terus saja mencoba melepaskan genggaman satpam.
Fariz kembali keluar dan menghampiri Ang.
FARIZ
DIAM KAMU! Lancang banget ya, teriak-teriak di depan rumah saya! Najelina sudah tidak ada di rumah! Dia sudah menikah dengan Afan di gedung pernikahan! Kamu, sudah terlambat Anggara, Afan sudah mengucapkan ijab qobul 10 menit yang lalu. Dan sekarang, Afan dan Najelina sudah resmi jadi suami istri. Dan kamu, cuma buang-buang waktu di sini!
Fariz kembali berjalan masuk ke dalam rumah lalu menutup pintunya.
Ang terdiam sejenak. Ia merasa sangat kecewa dengan apa yang sudah terjadi. Ang meneteskan air mata. Tubuh kekarnya kini melemah, tangannya gemetar dan ia merasakan sakit yang begitu hebat di dalam relung hatinya. Kini hancur sudah semua harapannya.
Pelan-pelan Ang melangkahkan kaki kembali ke arah motornya.
Cut to :
SCENE 170 : INT. RUMAH NAJELINA — PAGI
CAST : AFAN DAN FARIZ
Di dalam rumah, Fariz berjalan tergesa-gesa menuju lantai atas.
Afan sedang duduk di ruang tamu menunggu Najelina keluar.
AFAN
Siapa, Riz?
FARIZ
Laki-laki berandalan itu mau hancurin pernikahan lo. Di mana Najelina?
AFAN
Masih di kamar.
FARIZ
Ngapain aja tuh anak masih di kamar. Lelet banget. Jangan-jangan sengaja nih anak ngulur waktu keberangkatan. Bener-bener! (Fariz kesal saat menaiki anak tangga)
Fariz berjalan ke arah kamar Najelina.
FARIZ
NAJELINA! CEPAT KELUAR! (Seraya mengetuk-ngetuk pintu kamar Najelina)
VO NAJELINA
Bantar, Kak!
FARIZ
KALAU KAMU NGGAK KELUAR JUGA, KAKAK DOBRAK PINTU KAMAR KAMU!
Cut to :
SCENE 171 : INT. KAMAR NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA
NAJELINA
Bentar Kak! Masih nutup jendela!
Saat ini, terlihat Najelina masih terus meneteskan air mata. Sebelum keluar dari dalam kamar, Najelina menutup jendelanya terlebih dalulu.
Saat Najelina meraih kaca jendela dan hendak menutupnya, Najelina kaget saat mengarahkan pandangannya ke arah kanan bawah sana. Ia melihat di kejauhan ada Anggara yang memutar balikkan motornya ke arah pulang setelah diusir satpam.
NAJELINA
Ang?
Najelina pelan-pelan melebarkan senyumnya. Ia sangat senang saat tahu Anggara masih peduli dengan dirinya.
VO FARIZ
CEPAT KELUAR NAJELINA! BENTAR LAGI AKAD NIKAH!
Najelina melihat ke arah pintu, mendengar teriakan kakaknya dan terus menerus mengetuk pintu kamarnya.
Lalu Najelina cepat-cepat mencabut charger ponselnya dari stop kontak. Ponsel Najelina saat itu sedang dicharger karena baterai habis. Sebab itu Ang tidak bisa menghubungi Najelina sedari tadi.
Najelina menyalakan ponselnya lalu nenghubungi Ang. Namun panggilannya tak kunjung dijawab Ang karena Ang tidak tahu kalau ponselnya berbunyi. Karena saat ini Ang berada di jalan raya dan suara kendaraan di jalanan lebih kencang mengalahkan suara ponselnya.
Najelina sangat panik. Apalagi kakaknya terus memanggil-manggilnya dari luar.
Lalu tiba-tiba ponsel Najelina berbunyi dan itu dari Alvi. Najelina pun mengangkatnya.
VO ALVI
Naj! Lo di mana? Kenapa Ang pulang nggak bawa elo?
NAJELINA
Gue masih di kamar, Vi. Gue nggak tau kalo Ang bakal jemput gue. Soalnya Ang dari kemarin nggak mau ngomong sama gue.
VO ALVI
Cepetan lo keluar! Gue anter lo buat susulin Ang. Cepet! Gue tunggu di pertigaan deket rumah lo!
NAJELINA
Oke! Tungguin gue!
Najelina menutup panggilan teleponnya lalu cepat-cepat mencari cara untuk keluar lewat jendela. Najelina mencari tali yang panjang dan diikat di kusen jendelanya.
VO FARIZ
NAJELINA! KELUAR! KALAU SATU MENIT LAGI KAMU NGGAK KELUAR, KAKAK BENERAN DOBRAK PINTU KAMU!
VO SAFIRA
Sayang, keluar, Nak! Semua orang di gedung udah nungguin kamu.
Najelina saat itu masih sibuk mengikat tali dengan kuat. Ia juga tampak kesusahan keluar dari jendela karena gaun pada bagian roknya besar dan tebal.
Cut to :
SCENE 172 : EXT. HALAMAN RUMAH NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA
Beberapa detik kemuadian, akhirnya Najelina bisa turun melalui tali yang menjulur ke bawah. Najelina kemudian melihat kiri kanan dan ia tidak mungkin keluar lewat gerbang karena gerbang tersebut dijaga oleh satpam.
Najelina kemudian mengambil tangga dan disandarkan ke pagar tembok. Najelina menaiki tangga tersebut dan bruk, Najelina menjatuhkan diri ke luar pagar tembok tersebut.
Lalu Najelina berlari menuju pertigaan menghampiri Alvi yang sudah menunggunya sedari tadi.
Cut to :
SCENE 173 : EXT. PERTIGAAN JALAN — PAGI
CAST : NAJELINA, ALVI DAN SANDRA
Najelina akhirnya bertemu denga Alvi di pertigaan jalan. Alvi saat itu berdiri di samping mobilnya menunggu kedatangan Najelina.
ALVI
Cepet masuk!
Lalu Najelina masuk ke dalam mobilnya.
Di dalam mobil juga ada Sandra yang duduk di belakang.
SANDRA
Lo ke mana aja sih tadi. Di telfon nggak aktif.
NAJELINA
Handphone gue baterainya abis, San. Oh ya, kalian berdua tau, sekarang Ang tinggal di mana?
ALVI
Ang tinggal di rumahnya Anrez. Kita harus cepet-cepet ke sana sekarang. Sebelum keluarga lo tau kita ada di sini.
Alvi cepat-cepat menyalakan mesin mobilnya.
Najelina mengangguk-angguk senang.
Cut to :
SCENE 174 : INT. KAMAR NAJELINA — PAGI
CAST : SAFIRA DAN FARIZ
Bruak!
Fariz mendobrak pintu kamar Najelina.
FARIZ
NAJELINA! DI MANA KAMU! JANGAN SEMBUNYI KAMU!
Fariz mencari keberadaan Najelina sampai ke kamar mandi di dalam kamar Najelina. Namun Fariz tidak menemukannya.
SAFIRA
Najelina, kamu di mana sayang?
Safira panik mencari keberadaan Najelina.
Karena kamar Najelina sangat luas, Fariz sekilas melihat jendela Najelina yang berada di ujung terbuka. Fariz kemudian mendekati jendela tersebut dan ia pun terkejut melihat tali yang diikat dan dijulurkan ke bawah.
FARIZ
MA! LIHAT SINI!
Safira mendekati.
Safira terkejut melihat tali tersebut.
SAFIRA
Najelina, Najelina kabur Riz! Bagaimana ini! Sebentar lagi acara akad nikah dimulai!
FARIZ
BENER-BENER KURANG AJAR ANAK BERANDALAN NGGAK TAU DIRI ITU! SUDAH PASTI DIA YANG BAWA KABUR NAJELINA! AWAS AJA LO ANGGARA, GUE BAKAL CARI LO SAMPE KETEMU!
Cut to :
SCENE 175 : EXT. DEPAN RUMAH ANREZ — SIANG
CAST : ANREZ, RIAN, ANGGARA, NAJELINA, ALVI DAN SANDRA
Di depan rumah Anrez, terlihat Ang sedang berdiri di samping motornya bersama kedua sahabatnya. Sepertinya Ang baru saja menceritakan apa yang sudah terjadi pada dirinya sehingga Rian menepuk bahu Ang agar bersabar.
Beberapa menit kemudian, akhirnya mobil Alvi sampai juga di depan rumah Anrez. Najelina cepat-cepat keluar dari dalam mobil.
NAJELINA
AANGG!
Najelina lalu berlari menghampiri Anggara.
Ang menoleh ke belakang dan kaget melihat Najelina.
ANGGARA
Najelina?
Najelina memegang tangan Ang dengan erat sambil menangis.
NAJELINA
Akhirnya aku bisa bertemu kamu, Ang. Maafin semua kesalahan aku ya. Aku udah bikin kamu marah. Maafin aku. Aku sayang sama kamu, Ang.
Ang kemudian tersenyum lalu mengusap air mata serta menyibakkan poni Najelina dengan lembut.
ANGGARA
Iya, aku juga minta maaf ya udah marah sama kamu. Tapi, kata Kakak kamu, kamu udah menikah sama Afan?
Najelina geleng-geleng kepala.
NAJELINA
Aku masih di rumah dan aku belum menikah sama Afan. Aku nggak tau kalau kamu tadi datang jemput aku. Aku baru tau pas kamu udah pulang.
ANGGARA
Iya, nggak apa-apa. Yang penting kamu sekarang udah keluar dari pernikahan itu.
NAJELINA
Kamu masih cinta kan sama aku?
Ang menggenggam kedua tangan Najelina.
ANGGARA
Selamanya aku tetap cinta sama kamu, Jel.
NAJELINA
Kalau gitu, nikahi aku sekarang, Ang.
ANGGARA
Nikah? Sekarang?
Najelina mengangguk-angguk.
NAJELINA
Iya, Ang. Cuma itu satu-satunya cara agar aku tidak dijodohkan lagi. Dan agar kita bersatu selamanya, Ang.
ANGGARA
Aku mau banget nikah sama kamu, Jel. Tapi, apa kamu siap hidup bersama aku yang masih susah ini?
Najelina tersenyum mengangguk-angguk.
NAJELINA
Aku siap, Ang. Aku akan selalu ada untuk kamu di saat kamu susah ataupun senang. Aku ingin selalu ada di dekat kamu, Ang.
Ang tersenyum senang lalu menoleh ke arah teman-temannya untuk meminta persetujuan. Dan teman-temannya tersenyum menganggukkan kepala.
ANGGARA
Aku akan menikahimu, Jel. Sebentar lagi kamu akan menjadi istriku.
Najelina mengangguk senang.
Anrez mendekat.
ANREZ
Ang, gue punya tetangga penghulu. Nanti gue ke rumahnya dan meminta bantuan beliau untuk menikahkan kalian. Kalian bisa nikah siri dulu. Soal surat-surat bisa diurus setelah nikah.
ANGGARA
Thanks ya, Rez. (Seraya memeluk Anrez)