Cut to :
SCENE 145 : INT. KAMAR NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA DAN SAFIRA
Pagi ini, Najelina berdiri di dekat jendela kamarnya. Menatap kosong suasana yang ada di luar jendela. Najelina terlihat murung. Senyum yang biasanya ia tampakkan kini tak lagi terlihat.
Najelina menyalakan layar ponsel yang dipegangnya. Ia berharap ponselnya muncul notifikasi pesan dari Anggara. Namun, harapan itu hanya angan-angan saja. Pasalnya, sejak tadi malam sampai pagi ini, Ang belum membalas chat Najelina sama sekali. Hal itu membuat Najelina sedih. Lalu Najelina pelan-pelan mencoba menelpon Ang lagi. Namun ia menurunkan ponselnya lagi karena nomor ponsel Ang tidak aktif.
Safira datang dan berdiri di tengah pintu kamar.
SAFIRA
Najelina Sayang.
Safira lalu mendekati Najelina.
NAJELINA
Iya, Ma.
Safira mengelus rambut Najelina.
SAFIRA
Udah dandan, udah cantik. Senyumnya mana? (Seraya mengangkat dagu Najelina memperhatikan bibirnya)
Najelina menghela nafas lalu memaksakan senyum.
SAFIRA
Nah gitu dong, kan makin manis plus cantik. Sekarang, kita keluar yuk. Udah ditunggu Afan di depan. Hari ini kan fitting gaun pengantin kamu. Kamu pasti suka sama gaun pesanan Mama, Sayang. Dijamin kamu makin cantik. (Sambil mencubit pelan pipi Najelina)
SAFIRA
Yuk.
Safira lalu menggandeng tangan anak perempuannya itu.
Mereka kemudian berjalan bersama menuju lantai bawah.
Cut to :
SCENE 146 : INT. RUANG TAMU NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA, SAFIRA DAN AFAN
Saat menuruni anak tangga, Najelina melihat sudah ada Afan yang duduk di sofa tamu menunggu kedatangannya.
SAFIRA
Afan, Najelina sudah siap.
Safira mengantarkan Najelina mendekati Afan.
Afan berdiri dan tersenyum melihat Najelina.
AFAN
Iya, Tante.
SAFIRA
Nanti, kalau gaun yang Mama pilihkan itu kamu nggak suka, kamu ganti yang lain ya, nggak apa-apa kok. Gaun di butik Anjelia banyak kok dan semuanya bagus.
NAJELINA
Iya, Ma. (Cuek)
SAFIRA
Afan, nanti kamu yang sabar ya kalau nemenin Najelina fitting gaun. Biasanya dia suka cerewet kalau nyobain gaun yang nggak dia suka. Kamu sabar-sabar aja ya.
NAJELINA
Mama, ih!
Afan tersenyum lebar.
AFAN
Iya, Tante. Nggak apa-apa kok, namanya juga cewek. Pasti cari yang terbaik biar nggak salah pilih.
NAJELINA
Iya betul itu. Memang harus begitu. Cari yang terbaik biar nggak salah pilih.
SAFIRA
Iya, iya Sayang. Ya udah kalau gitu, kalian cepat berangkat gih. Nanti keburu siang.
AFAN
Iya Tante, Afan pamit ajak Najelina pergi dulu ya Tante.
SAFIRA
Iya, hati-hati ya Afan. Jagain calon istrinya.
AFAN
Siap Tante.
Mereka berdua keluar dan masuk ke dalam mobil. Lalu melaju ke butik tempat fitting gaun pengantin.
Cut to :
SCENE 147 : INT. MOBIL — PAGI
CAST : NAJELINA DAN AFAN
AFAN
Nanti setelah fitting baju, makan siang di Cafe Sabrina ya, Sayang. (Sambil menyetir)
Najelina hanya diam bersandar di kursi sambil melihat sisi kiri jalan. Najelina melamun.
AFAN
Sayang.
Afan menoleh ke arah Najelina.
Dan Najelina tetap terdiam tak mendengar panggilan Afan.
AFAN
Najelina Sayang. (Afan memanggil Najelina seraya menyentuh tangannya)
Najelina kaget lalu melihat Afan.
NAJELINA
Sayang? Kamu panggil aku Sayang?
AFAN
Iya, Sayang. Kenapa? Kan kita suami istri?
NAJELINA
Kita belum suami istri, Afan.
AFAN
Iya, iya kita belum jadi suami istri. Tapi besok kita akan resmi jadi suami istri, Sayang. Dan aku seneng banget.
VO NAJELINA
Nggak, nggak, semua itu nggak akan terjadi.
Lalu Najelina bersandar lagi dan menatap jalanan di depan.
Afan menghela nafas panjang saat melihat Najelina hanya diam.
AFAN
Iya, aku tau. Kamu sekarang memang belum cinta sama aku. Aku ngerti kok. Kita disatukan karena perjodohan orang tua bukan disatukan karena hati kita sendiri. Tapi Najelina, aku yakin, setelah menikah nanti, kamu pasti mencintaiku. Kamu sekarang belum mencintaiku karena kita jarang bersama. Seteleh menikah, kita akan selalu bersama dan perlahan cinta itu akan datang bersama dengan kebersamaan kita, Naj.
Najelina hanya diam mencerna perkataan Afan. Namun hatinya tidak terpengaruh dengan semua itu.
VO NAJELINA
Dan aku tidak akan menciptakan kebersamaan itu, Afan.
Cut to :
SCENE 148 : INT. BUTIK ANJELIA — SIANG
CAST : NAJELINA, LIA DAN AFAN
Sesampainya di Butik Anjelia, Najelina dan Afan disambut oleh pemilik butik tersebut. Pemilik butik tersebut bernama Lia, dia desainer sekaligus teman akrab Safira.
LIA
Najelina.
Lia lalu menghampiri.
LIA
Najelina, Tante nggak nyangka kamu bentar lagi menikah. Selamat ya.
NAJELINA
Iya, Tante. Makasih. (Memaksakan senyum)
LIA
Oh, ini calon suami kamu? Ganteng.
AFAN
Hehe, Tante bisa aja.
LIA
Ya udah kalau gitu langsung saja cobain baju pengantinnya ya. Tante udah tunggu-tunggu dari kemarin loh kalian belum ke sini juga.
AFAN
Maaf Tante, saya dan Najelina kemarin masih sibuk. Jadinya belum sempet ke sini kemarin, hehe.
LIA
Iya nggak apa-apa. Tante ngerti kok. Yuk mari ikut Tante.
Mereka pun berjalan menuju ruang tengah butik.
Cut to :
SCENE 149 : INT. RUANG TENGAH BUTIK — SIANG
CAST : NAJELINA, LIA DAN AFAN
Mereka sampai di ruang tengah yang tempatnya di isi dengan manekin-manekin cantik yang mengenakan berbagai jenis gaun. Tempat tersebut juga terdapat cermin besar dan dua kamar ganti cewek dan cowok.
LIA
Bentar ya, kalian tunggu di sini dulu. Tante ambilkan baju pengantin kalian.
NAJELINA
Iya, Tante.
Lia kemudian berjalan menuju etalase yang berisi berbagai macam gaun.
AFAN
Naj, gaun-gaun di sini bagus-bagus ya. (Seraya memegang gaun yang dipakai manekin)
NAJELINA
Iya, bagus.
Beberapa detik kemudian, Lia datang seraya membawa dua box plastik yang berisi baju pengantin.
LIA
Ini baju pengantin kalian.
Lia memberikan satu box plastik berisi gaun kepada Najelina dan satu box lagi berisi baju pengantin pria dan diberikan kepada Afan.
LIA
Ini gaun, adalah gaun pengantin terbaik yang ada di sini loh Naj.
NAJELINA
Oh ya, Tante?
LIA
Iya, Najelina. Terbukti dari banyaknya calon pengantin yang cari gaun di sini, semuanya pengen beli gaun ini. Tapi nggak semua bisa beli gaun ini Naj.
NAJELINA
Memang kenapa, Tante?
LIA :
Biasalah, masalah budget. Gaun ini tergolong mahal, hehe. Dan gaun ini memang asli cantik banget, Naj. Cocok banget dipakai perempuan seperti kamu yang wajahnya imut dan manis. Dijamin calon suami kamu pangling, hehe.
NAJELINA
Tante bisa aja. Tapi dilihat-lihat sepertinya memang bagus banget Tante, gaunnya.
Najelina memperhatikan gaun yang dibawanya itu.
AFAN
Kalo baju pengantin saya kira-kira bisa bikin Najelina pangling nggak, Tante? Hehe
LIA
Jangan ditanya lagi. Sudah pasti bikin Najelina pangling dan semakin cinta sama kamu.
NAJELINA
Bisa dicoba sekarang kan, Tante?
LIA
Bisa, bisa banget. Kalian cobain dulu ya. Tante yakin kalian pasti suka dan pengen cepet-cepet nikah. Kamar gantinya di situ ya.
Lia menunjuk ke arah kamar ganti.
LIA
Kalau udah pakai baju pengantin, jangan lupa bercermin di sini. Selfie-selfie dulu gitu, hehe. Tante tinggal dulu ya, di depan ada temen Tante. Nanti kalau ada masalah di baju pengantinnya, kalian bisa panggil Tante di depan.
NAJELINA DAN AFAN
Iya, Tante.
LIA
Ya udah kalau gitu, silahkan dicobain bajunya ya.
Lia lalu berjalan keluar.
AFAN
Yuk Naj.
Lalu mereka masuk ke dalam kamar ganti masing-masing.
Cut to :
SCENE 150 : INT. KAMAR GANTI CEWEK — SIANG
CAST : NAJELINA
Di dalam kamar ganti, Najelina meletakkan tas selempangnya di atas meja. Lalu Najelina mengganti bajunya.
Beberapa menit kemudian, Najelina sudah mengenakan baju pengantin dan keluar untuk melihat penampilannya di cermin.
Saat Najelina sudah keluar dari kamar ganti, ponsel Najelina yang berada di dalam tas bergetar tanpa nada dering.
Drt... drt... drt...
CLOSE UP : Ponsel Najelina bergetar, panggilan dari Ang.
Ponsel itu terus bergetar tanpa henti.
Cut to :
SCENE 151 : INT. RUANG TENGAH BUTIK — SIANG
CAST : NAJELINA, ANGGARA DAN AFAN
Di depan cermin, Najelina tersenyum melihat dirinya sendiri. Ia benar-benar menyukai gaun yang sekarang dikenakannya itu.
VO NAJELINA
Cantik banget gaunnya. Ini gaun cocok banget buat pernikahanku dengan Anggara.
Afan kemudian keluar dari kamar ganti sambil memperbaiki jas pengantin yang dikenakannya. Lalu Afan terpesona melihat kecantikan Najelina memakai gaun pengantin yang indah itu.
Afan mendekati Najelina.
AFAN
Kamu cantik banget Naj. Gaunnya cocok banget buat kamu. Kamu seperti cinderella Naj. (Afan melihat Najelina dari atas sampai bawah)
Najelina tersenyum.
NAJELINA
Terima kasih, Fan.
Najelina kembali menghadap cermin. Lalu tiba-tiba Afan membopong Najelina. Najelina kaget dan reflek merangkul leher Afan untuk pegangan.
NAJELINA
Afan! Turunin nggak!
AFAN
Nggak lah. Aku bahagia banget punya calon istri secantik kamu.
NAJELINA
Afaaan... turunin!
Afan tak memperdulikan perintah Najelina. Afan malah memutar-mutarkan Najelina dengan rasa bahagia.
NAJELINA
Afaann! (Teriak)
Najelina ketakutan lalu ia memejamkan matanya takut kepalanya pusing.
Afan kemudian berhenti berputar. Lalu pelan-pelan Afan mendekatkan bibirnya ke bibir Najelina yang masih memejamkan mata itu.
Saat Najelina membuka mata, Najelina kaget melihat wajah Afan sangat dekat dengan wajahnya. Sadar bahwa Afan akan mencium bibirnya, Najelina kemudian menoleh ke samping untuk menghindari ciuman Afan.
Najelina terkejut melihat Anggara berdiri di tengah pintu butik memperhatikan dirinya dan Afan bermesraan.
Ang pelan-pelan mengepalkan tangannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat mereka berdua. Ang sangat kecewa.
Ang mundur dua langkah lalu membalikkan badan dan pergi dari tempat tersebut.
NAJELINA
Ang!
Lalu Najelina berlari mengejar Ang.
NAJELINA
Ang! Anggara! Tunggu! Ini semua nggak seperti yang kamu lihat!
NAJELINA :
Ang!
Anggara! Kamu salah faham Ang!
Ang! Tunggu!
Najelina menangis dan terus berlari mengejar Ang sampai ke luar butik.
Cut to :
SCENE 152 : EXT. DEPAN BUTIK — SIANG
CAST : NAJELINA, ANGGARA DAN AFAN
Ang sangat kecewa melihat Najelina. Ia bergegas menaiki motornya lalu pergi meninggalkan butik tersebut dengan rasa sakit yang menyayat relung hatinya.
NAJELINA
Ang! Tungguuu!
NAJELINA
Jangan tinggalin aku Aaangg... kamu salah faham Ang. Aku nggak tau kalau Afan bakal ngelakuin itu. Anggg! (Tteriak)
Najelina menangis dan Ang sudah menjauh tak terlihat lagi.
Afan menghampiri Najelina.
AFAN
Naj, lupain Anggara. Kita segera menikah. Dia hanya masa lalu kamu. Masa depan kamu itu sekarang aku, Naj.
Lalu Najelina menoleh ke arah Afan.
Najelina menampar Afan.
NAJELINA
Semua ini gara-gara kamu! Berani-beraninya kamu cari kesempatan! Apa yang kamu lakukan itu sudah membuat lelaki yang aku cintai salah faham! Haah!
Najelina kembali berlari masuk ke dalam butik untuk ganti baju dan segera pulang.
Cut to :
SCENE 153 : INT. KAMAR GANTI CEWEK (SIANG)
CAST : NAJELINA
Saat berada di kamar ganti, Najelina membuka tasnya lalu mengeluarkan ponsel dan menyalakannya.
Najelina sangat kaget melihat banyaknya notifikasi pesan dan missed call dari Anggara. Najelina kemudian membuka semua chat dari Anggara yang dikirim satu jam yang lalu hingga sekarang.
CLOSE UP : Pesan whatsapp dari Anggara.
Isi pesan :
VO ANGGARA
Jel. Maaf baru bales. Kemarin aku benar-benar pengen nenangin fikiran aku dulu.
Maafin aku ya, kemarin aku udah marah-marah sama kamu. Aku minta maaf ya.
Aku sayang sama kamu Jel. Aku harap rasa sayang kamu ke aku masih sama seperti dulu meskipun kita dihadapkan ujian yang berat ini. Kita jalani sama-sama lagi yaa...
Kamu sekarang ada di mana. Aku pengen ketemu sama kamu.
Kita baikan lagi yaa.
Aku pengen lihat senyum kamu.
Sayang, kamu sekarang ada di mana?
Lagi sibuk ya, Sayang?
Maaf ganggu. Aku cuma mau bilang, aku sayang sama kamu. Kita perjuangin cinta kita lagi yaa.
Nanti kalau kamu udah nggak sibuk, jangan lupa bales chat aku ya.. aku nungguin kamu bilang kalau kamu masih sayang sama aku juga.
Bye...
JADI INI KELAKUAN LO DI BELAKANG GUE! GUE BENCI SAMA LO, JEL! GUE BENCI!
Najelina semakin tak kuasa menahan air matanya saat membaca chat dari Ang. Najelina merasa bersalah. Ia cepat-cepat menghubungi Ang kembali namun panggilannya malah di reject. Sudah pasti Ang sekarang sangat kecewa dengan apa yang dilihatnya baru saja.
Cut to :
SCENE 154 : EXT. PINGGIR JALAN — SIANG
CAST : NAJELINA DAN AFAN
Beberapa menit kemudian, Najelina sudah berganti baju. Ia berjalan cepat saat keluar dari butik dan Afan mengikutinya.
AFAN
Naj, kamu mau ke mana, Naj. Kita pulang bareng, Naj. Kamu mau kemana.
Afan mencoba meraih tangan Najelina.
Najelina melepas kasar pegangan tangan Afan dan tetap fokus berjalan menuju tepi jalan raya.
AFAN
Naj, maafin aku, Naj. Iya aku mengaku salah. Tolong plis jangan marah lagi ya. Kita pulang bareng.
Najelina tak memperdulikannya sampai ia sudah berada di tepi jalan. Najelina melambaikan tangan ke depan untuk memberhentikan taksi. Dan Najelina pun masuk ke dalam taksi meninggalkan Afan yang berdiri di tepi jalan.
AFAN
Naj!
AFAN
Arggh!
Afan menendang angin meluapkan kekeewaannya tidak bisa menghalangi langkah Najelina.