Cut to :
SCENE 141 : 141 : EXT. WARUNG KOPI — MALAM
CAST : ANGGARA DAN ANREZ
Malam hari ini, Ang terlihat sedih saat nongkrong bersama Anrez di warung kopi. Ang menceritakan semua keluh kesahnya kepada Anrez.
ANREZ
Yang sabar ya Ang. Gue juga ikut sedih dengan apa yang lo alamin saat ini. Dimana lo kuliah bertahun-tahun dengan usaha lo sendiri, dan sekarang saat mendekati skripsi, lo malah dikeluarin dari kampus. Gue nggak bisa bayangin Ang kalau gue berada di posisi lo. Gue pasti kecewa dan frustasi banget. Tapi gue yakin lo pasti kuat Ang. (Menepuk bahu Ang)
Ang menghela nafas berat.
ANGGARA
Semua udah terlanjur Rez. Gue nggak akan bisa kuliah lagi. Impian gue buat bisa kerja di kantoran dengan jabatan tinggi, sekarang hilang Rez. Impian itu cuma sekedar mimpi yang bisa hilang saat gue sadar, sadar bahwa itu semua cuma mimpi. (Sambil meneguk kopi hangat)
ANREZ
Lo sekarang fokus aja sama kerjaan lo saat ini Ang. Semua yang tinggi itu dimulai dari yang rendah. Lo percaya kan? Yang penting itu lo harus usaha dan berdo'a.
ANGGARA
Tapi Rez, gue nggak akan bisa dapetin jabatan tinggi kalau terus-terusan cuma jadi tukang cuci mobil. Pasti orang bakal bilang gitu.
ANREZ
Gue tau, niat lo pengen punya jabatan tinggi. Biar keluarga lo nggak dipandang rendah orang lain kan?
Ang mengangguk-angguk.
ANREZ
Sekarang lo ubah niat lo itu Ang.
ANGGARA
Maksud lo?
ANREZ
Ubah niat lo menjadi, pengen punya jabatan tinggi agar orang yang selalu mendukung lo itu bangga. Ang, orang yang hobinya suka ngerendahin lo, nggak akan puas lihat lo sukses. Contohnya gini, lo belum nikah, orang yang nggak suka lo pasti bilang lo kok nggak nikah-nikah sih, nggak laku ya. Dan lo jadi buru-buru pengen cepet nikah. Lo udah nikah, mereka bilang, kok masih ngontrak sih. Dan lo buru-buru beli rumah baru biar mereka nggak ngatain lo. Dan saat lo udah punya semuanya, rumah dan segala isinya, orang yang nggak suka lo tetep bakal ngatain lo Ang. Mereka bakal bilang, ngapain hidup mewah-mewah, sederhana malah lebih bahagia. Lo tetep serba salah Ang di mata mereka. Tapi, kalau lo pengen sukses karena ingin membahagiakan orang yang mendukung lo, lo akan tenang jalaninnya. Lo nggak bakal terburu-buru pengen cepet-cepet sukses. Karena apa? Orang yang mendukung lo pasti bakal bangga dengan proses lo dari bawah. Intinya, kalau lo pengen sukses, jangan dengerin orang yang menghina lo. Lo harusnya dengerin orang-orang yang mendukung lo. Karena, kalau lo dengerin orang yang menghina lo, lo bakal sakit hati saat mereka tau lo gagal. Tapi, kalau lo dengerin orang yang mendukung lo, lo bakal bangkit saat mereka tau lo gagal. Dan gue di sini, adalah orang yang mendukung lo, Ang.
Ang tersenyum lalu memeluk Anrez.
ANGGARA
Thanks ya Rez, lo udah bikin gue sadar. Bahwa gue harus lebih ikhlas lagi jalani semua ini. Gue sekarang nggak peduliin mereka yang cuma nunggu kapan gue sukses. Lebih baik gue peduliin mereka yang menemani gue saat gue berproses. Gue sekarang nggak ingin lagi terobsesi buru-buru cepat sukses, karena itu malah bikin gue stres pas gue gagal. Lebih baik gue nikmati aja proses ini, biar gue lebih tenang. Dan bener kata lo. Gue sekarang lebih tenang saat gue denger perkataan orang yang dukung gue sekarang ini nih.
Anrez tersenyum.
ANREZ
Positive, Men. Lo pasti bisa, semangat berjuang dan jangan takut gagal.
Ang menghela nafas berat dan mengangguk-angguk.
Lalu tiba-tiba ponsel Ang berdering. Lalu Ang merogoh saku celananya dan mengangkat panggilan dari Rian itu.
ANGGARA
Hallo Yan, ada apa?
VO RIAN
Gini Ang. Gue tadi habis dari Cafe Amanda. Gue nggak sengaja denger obrolan Pak Dharma sama Papanya Najelina.
ANGGARA
Emangnya mereka ngobrolin apaan?
VO RIAN
Ternyata Pak Dharma ngeluarin lo dari kampus itu karena suruhan Papanya Najelina.
ANGGARA
Lo yang bener, Yan?
VO RIAN
Beneran Ang. Gue denger jelas banget. Papanya Najelina berterima kasih sama Pak Dharma karena udah mau ngeluari lo dari kampus.
ANGGARA
Terus alasannya apa Papanya Najelina ngeluarin gue?
VO RIAN
Kalo alasannya gue nggak tau Ang. Soalnya mereka ngobrol pas mau masuk mobil. Jadinya gue nggak denger obrolan selanjutnya. Mereka keburu masuk mobil dan pergi, Ang.
ANGGARA
Ini nggak bisa dibiarin! Gue harus tau alasannya kenapa Pak Tirta ngeluarin gue dari kampus!
Cut to :
SCENE 142 : INT. KANTOR TIRTA — PAGI
CAST : ANGGARA DAN TIRTA
Pagi ini, Ang mendatangi kantor Tirta. Ia ingin bertemu dengan orang tua kekasihnya itu untuk mengklarifikasi masalah mengapa Tirta bisa setega itu dengan dirinya. Ang berfikir ini semua tidak masuk akal kenapa Tirta mengusik pendidikannya. Karena menurut Ang, pendidikan jangan diikut campurkan dengan masalah percintaannya dengan Najelina.
Saat ini Ang duduk di depan Tirta. Dan Tirta sepertinya sedang sibuk mengetik di laptop yang berada di atas mejanya.
ANGGARA
Pak, apa benar Bapak yang mengeluarkan saya dari kampus? (Tatapan serius)
TIRTA
Iya.
Tirta masih terus fokus ke layar laptopnya.
ANGGARA
Kenapa, Pak? Kenapa Bapak setega itu dengan saya?
TIRTA
Terserah, kamu bilang tega atau nggak, terserah. Memang itu pantas diberikan kepada lelaki seperti kamu.
ANGGARA
Terus salah saya apa, Pak? Saya tidak pernah punya kesalahan apapun di kampus saya.
TIRTA
Salah kamu sangat besar dan tidak bisa saya maafkan.
ANGGARA
Salah saya karena sudah mencintai Najelina? Iya saya tau, Pak. Bapak nggak pernah menyetujui hubungan saya dengan Najelina. Tapi Pak, itu masalah pribadi. Kenapa masalah itu Bapak ikut campurkan ke dalam pendidikan saya, Pak? Bapak nggak bisa seperti itu. Itu beda urusan, Pak.
TIRTA
Menurut kamu, saya yang mengikut campurkan masalah percintaan kamu dengan pendidikan kamu? Menurut kamu, saya bodoh gitu tidak bisa membedakan mana masalah pribadi dan mana masalah pendidikan?
Tirta tersenyum sinis.
TIRTA
Yang mengikut campurkan masalah cinta dengan pendidikan itu kamu sendiri Anggara. Kamu sudah memanfaatkan cinta anak saya untuk kepentingan pendididikan kamu. Kalau kamu nggak melakukan hal itu, saya juga nggak akan ngurusin pendidikan kamu. Kamu kuliah atau nggak kuliah, saya nggak peduli.
ANGGARA
Maksud Bapak apa ya? Saya memanfaatkan cinta Najelina untuk kepentingan pendidikan saya?
TIRTA
Jangan berlagak polos kamu. Lelaki seperti kamu itu sudah terlihat akal bulusnya.
ANGGARA
Saya benar-benar tidak mengerti, Pak. Apa maksudnya?
Tirta mendecak kesal.
TIRTA
Kamu sudah memanfaatkan uang Najelina untuk biaya kuliah kamu. Ini kan rencana kamu mendekati anak saya. Kamu buat dia jatuh cinta sama kamu agar dia bisa kamu manfaatin untuk membayar semua tagihan uang kuliah kamu. Karena kamu sendiri tidak bisa kan membiayai kuliah kamu, makanya kamu cari pacar anak orang kaya.
ANGGARA
Najelina tidak pernah membiayai kuliah saya, Pak. Saya berjuang sendiri untuk biaya kuliah saya. Saya nggak pernah meminta bantuan Najelina sepeser pun, Pak.
TIRTA
Kamu nggak usah bohong di depan saya. Ngakunya berjuang buat kuliah nyatanya pakai cara instan.
ANGGARA
Pasti ada yang menfitnah saya Pak. Saya tidak pernah menyuruh Najelina untuk membuayai kuliah saya, Pak. Dan Najelina juga tidak pernah mengeluarkan uang untuk biaya kuliah saya.
TIRTA
Kamu nggak usah mengelak Anggara, saya punya buktinya.
Tirta kemudian membuka ponselnya dan menunjukkan isi chat Najelina bersama Pak Bambang kepada Anggara. Chat itu berisi bukti transfer uang 7 juta Najelina yang dikirim ke rekening Pak Bambang untuk biaya kuliah Ang.
CLOSE UP : Chat Najelina di ponsel.
TIRTA
Ini bukti transferan uang senilai 7 juta yang Najelina kirimkan ke rekening Pak Bambang untuk biaya kuliah kamu. Sudah pasti Najelina melakukan itu karena rayuan kamu. Dan ini alasan saya untuk mengeluarkan kamu dari kampus. Saya tidak ingin universitas milik adik saya itu digunakan oleh mahasiswa macam kamu, yang bisanya cuma memanfaatkan cinta wanita untuk kepentingan pribadinya.
Anggara sangat kaget melihat bukti transferan itu.
ANGGARA
Demi Allah, Pak. Saya tidak pernah menyuruh Najelina melakukan itu.
TIRTA
Kamu pikir saya bodoh. Percaya dengan ucapan kamu? Kamu tidak menyuruh pun, dengan keadaan kamu yang serba kesusahan itu berani mencintai anak orang kaya, itu sudah otomatis terlihat kamu akan memanfaatkan uangnya tanpa menyuruh. Dengan janji-janji palsu yang kamu ucapkan, itu adalah trik kamu untuk memanfaatkan uangnya kan? Wanita akan luluh dan merasa iba dengan keadaan kamu. Sudah kebaca Anggara.
Anggara geleng-geleng kepala. Tidak menyangka bahwa dirinya seburuk itu di mata keluarga Najelina.
Tirta kemudian kembali fokus ke layar laptopnya seraya mengerik.
TIRTA
Tanpa disuruh pun, harusnya kamu sudah pergi dari tempat ini. Ngapain masih ada di sini? Harusnya kamu malu dengan apa yang saya ucapkan tadi.
Ang pun berdiri.
ANGGARA
Oke, saya akan pergi dari sini. Asal Anda tau Pak Tirta, ini jauh lebih baik, saya sekarang malu karena ucapan Anda. Daripada Anda, suatu saat akan malu dengan ucapan Anda sendiri. Saya pastikan suatu saat Anda akan menyesal dengan apa yang Anda perbuat selama ini ke saya. Meskipun saya orang susah, saya tidak serendah apa yang Anda katakan. Permisi!
Ang lalu keluar dari dalam ruangan tersebut.
Ang kemudian cepat-cepat menuruni anak tangga dan berjalan ke luar. Ang kemudian merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel.
Ang menghubungi Najelina.
CLOSE UP : Memanggil kontak Najelina.
ANGGARA
Temuin gue di taman sekarang. Gue mau ngomong penting sama lo.