Cut to :
SCENE 136 : INT. RUANG KARYAWAN — SIANG
CAST : ANGGARA DAN NAJELINA
Lalu Najelina duduk di sofa dan bersandar seraya terus merintih perih.
ANGGARA
Bentar, aku ambilin obat mata dulu ya.
Ang cepat-cepat mengambil obat mata di kotak P3K. Lalu duduk di samping Najelina.
ANGGARA
Topinya dilepas dulu ya.
Ang melepaskan topi Najelina.
ANGGARA
Wajahnya menghadap ke atas ya (Seraya membuka tutup obat mata)
Najelina kemudian menghadap ke atas dengan bersandar sofa. Lalu Ang menyibakkan poni rambut Najelina dengan lembut dan mengusap air matanya yang keluar karena perih.
ANGGARA
Buka matanya Sayang, biar obatnya bisa masuk.
Ang hendak meneteskan obat mata.
NAJELINA
Nggak bisa dibuka, Ang. Perih.
ANGGARA
Buka dikit aja Sayang. Kalau nggak dibuka, nanti nggak sembuh-sembuh loh.
Najelina sekuat tenaga membuka matanya. Lalu Ang meneteskan obat ke kedua mata Najelina.
ANGGARA
Dikedip-kedipin biar bisa merata. (Seraya terus memperhatikan mata Najelina)
Ang terlihat bahwa dia sangat khawatir dengan Najelina.
Najelina mengedipkan kedua matanya beberapa detik.
ANGGARA
Gimana?
Najelina masih terus mengedip-kedipkan matanya.
ANGGARA
Gimana? Udah enakan?
ANGGARA
Masih perih ya?
ANGGARA
Aku bawa ke dokter ya?
Najelina geleng-geleng kepala.
ANGGARA
Gimana Sayang, masih perih?
Ang mengusap mata dan mengusap keringat di kening Najelina dengan tangannya. Ang menatap dekat wajah Najelina dengan tatapan khawatir.
Najelina terdiam menatap wajah Anggara yang begitu dekat dengan wajahnya. Jantungnya berdegup kencang.
ANGGARA
Sayang, kamu bisa lihat wajah aku kan?
NAJELINA
Selain aku bisa lihat wajah kamu, aku juga bisa lihat cinta kamu, Ang.
Najelina menatap mata Anggara.
Najelina kemudian mengangkat kepalanya dan duduk tegak. Sepertinya matanya sudah sembuh.
ANGGARA
Sayang, aku tuh emang cinta banget sama kamu. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Gimana matanya?
Ang menyibakkan poni Najelina lagi.
NAJELINA
Udah nggak perih kok. Udah enakan. Makasih ya.
ANGGARA
Iya, maafin aku ya. Tadi aku nggak sengaja.
NAJELINA
Bukan salah kamu kok. Akunya aja yang nggak menjauh jadinya kecipratan, hehe.
Lalu seorang karyawan datang menghampiri Ang seraya membawa kantong kresek berisi kotak makanan.
KARYAWAN
Jak, nih makanan yang lo pesen tadi. Baru dianter sama kurirnya. (Sambil menyerahkan makanan itu kepada Ang)
ANGGARA
Oh iya, makasih ya.
Ang menerimanya lalu teman kerjanya itu pergi.
Ang mengeluarkan kotak makanan itu dari dalam kantong kresek lalu memberikannya kepada Najelina.
ANGGARA
Nih makanan buat kamu. Kamu pasti laper kan?
NAJELINA
Kok buat aku? Ini kan pesanan kamu. Kamu udah pesen dari tadi kan? Sebelum kamu tau aku ada di sini? Aku tahu, ini makan siang kamu. Jadi kamu makan aja, aku udah kenyang kok.
Najelina menyerahkan kembali kotak makanan itu kepada Ang.
ANGGARA
Nggak apa-apa kok buat kamu aja.
NAJELINA
Anggara sayang, itu makan siang kamu. Aku tau kamu lagi laper. Jangan nggak enak gitu sama aku. Makan aja, aku udah kenyang kok.
ANGGARA
Beneran? Kamu nggak laper?
Najelina geleng-geleng kepala.
ANGGARA
Kalau gitu, aku makan dulu ya.
Ang kemudian membuka kotak makanan itu.
Saat Ang hendak menyendok nasi dan ayam penyet itu, tiba-tiba ia mendengar bunyi keroncongan dari perut Najelina.
ANGGARA
Mulut bisa bohong, tapi perut? Dia kalau laper nggak bisa bohong Sayang. Nih hak!
Ang menyodorkan sendok berisi nasi dan ayam ke depan mulut Najelina. Lalu Najelina melahapnya dan Ang berulang kali menyuapi Najelina.
ANGGARA
Jel, gue mau kasih tau sesuatu ke lo.
NAJELINA
Kasih tau apa? (Sambil mengunyah)
ANGGARA
Gue di-DO dari kampus.
NAJELINA
Kok bisa? Kenapa?
Nggak tau, Jel. Kenapa gue dikeluarin dari kampus. Apa karena gue sering nunggak uang semester ya. Tapi padahal, gue udah mau bayar loh uang semester itu. Tapi nggak tau kenapa sebelum tenggang waktu pembayaran habis, gue udah dikasih surat keterangan DO. Gue merasa gue di-DO bukan karena itu. Sebenarnya gue nggak terima dengan semua ini. Pak Dharma keluarin gue karena apa coba?
Ang menunduk seraya mengaduk aduk makanan dan terlihat juga di wajahnya. Ia menyimpan sejuta kesedihan.
Najelina memalingkan muka tidak kuat melihat kesedihan Ang.
VO NAJELINA
Lo dikeluarin dari kampus karena gue Ang. Karena gue udah bayar semua biaya kuliah lo dan gue nggak tau semua bakal seperti ini. Papa gue marah dan malah nuduh lo yang nggak-nggak. Maafin gue Ang maksud gue cuma pengen bantuin lo dan gue benar-benar nggak tau Papa bakal setega ini. Gue nggak bisa ngelawan keegoisan Papa lagi Ang. Gue malah diusir sekarang dan disuruh gantiin uang Papa yang gue pake buat lo. Maafin gue Ang. Karena keluarga gue lo jadi sedih gini.
Ungkap Najelina dalam hati dan menitihkan air mata.
ANGGARA
Lo nangis, Jel?
Ang meletakkan kotak makanan di atas meja sebentar karena ia ingin mengusap air mata Najelina.
ANGGARA
Kamu jangan nangis Sayang, meskipun kita nggak bisa ketemu lagi di kampus, kita bisa kok ketemu di luar. Apa lagi kamu sekarang kerja bareng aku. Kita tetep selalu bersama Sayang. (Tersenyum)
VO NAJELINA
Gue sekarang memang bisa lihat lo se sayang ini ke gue. Tapi nanti, setelah lo tau kalau lo dikeluarin dari kampus gara-gara gue? Gue nggak bisa bayangin, lo pasti bakal benci sama gue karena gue dan keluarga gue udah memutus impian lo buat bisa kuliah sampai lulus. Maafin gue Ang.
Najelina kemudian mengusap air matanya sendiri dan mencoba tersenyum di depan Ang.
ANGGARA
Gue sekarang nggak bakal bisa jadi orang sukses Jel seperti keinginan keluarga lo. Soalnya gue nggak kuliah. Gue pasti makin dibenci sama keluarga lo.
NAJELINA
Anggara, orang bisa sukses itu karena usahanya. Orang yang nggak kuliah tapi mau usaha, tetep bisa jadi orang sukses Ang. Orang yang sudah kuliah, tapi nggak mau usaha, nggak bakal jadi orang sukses. Memang, kuliah itu mempermudah langkah kita untuk memcapai kesuksesan. Tapi, nggak kuliah juga nggak akan mempersulit langkah kita untuk mencapai kesuksesan juga. Intinya, lo itu harus usaha dan semangat, gue yakin lo bakal bisa sukses.
Ang tersenyum.
ANGGARA
Makasi ya. Lo udah terima gue apa adanya. Gue selalu berusaha dan semangat kok demi orang-orang yang gue sayangi. Lo dan Nenek gue.
Najelina tersenyum mengangguk-angguk.
ANGGARA
Oh ya, Jel. Pernikahan lo sama Afan tiga hari lagi. Gimana, gue sampai sekarang belum bisa meyakinkan hati orang tua lo.
NAJELINA
Lo tenang aja, Ang. Gue tuh nggak pernah cinta sama Afan. Dan gue usahakan pernikahan itu tidak akan terjadi.
Ang tersenyum meremas tangan Najelina.
ANGGARA
Makasih ya.
Najelina mengangguk-angguk lalu melihat jam tangannya.
NAJELINA
Udah jam 3 Ang. Waktunya kerja lagi.
Ang juga melihat jam tangannya.
ANGGARA
Oh iya udah waktunya kerja. Lo ikut gue ya, nyebarin brosus ke jalanan. Mau nggak?
Najelina mengangguk-angguk.
NAJELINA
Mau bangettt.
Ang kemudian menggandeng tangan Najelina dan mengajaknya keluar.
Cut to :
SCENE 137 : EXT. JALAN RAYA — SORE
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Beberapa menit kemudian, mereka berboncengan di jalanan. Najelina memeluk Ang dari belakang sambil membawa tumpukan brosur. Ang tersenyum lalu melaju kencang ke tempat tujuan.
Cut to :
SCENE 138 : EXT. PINGGIRJALAN — SORE
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Sesampainya di pinggir jalan, Ang dan Najelina membagikan brosur itu ke semua pemilik mobil. Mereka juga masuk ke tempat parkir kantor untuk mempromosikan tempat kerjanya itu.
Cut to :
SCENE 139 : EXT.PARKIRAN KANTOR — SORE
CAST : ANGGARA, FARIZ DAN NAJELINA
Waktu berjalan begitu cepat hingga membuat peluh membasahi tubuh Najelina. Najelina pun duduk di bawah pohon dan mengipasi tubuhnya menggunakan brosur.
Ang yang masih semangat berpromosi dengan pemilik mobil, lalu menoleh ke samping melihat Najelina sedang duduk kecapekan. Lalu Ang menghampiri Najelina dengan membawa satu gelas es teh yang ia beli dari abang-abang pedagang kaki lima.
ANGGARA
Capek ya? Minum dulu nih.
Ang menyerahkan es teh tersebut kepada Najelina dan ikut duduk di sampingnya.
NAJELINA
Makasih ya.
Najelina menyeruput es teh itu dengan sedotan.
Ang kemudian mengeluarkan tisu dari dalam saku celananya
ANGGARA
Kalau nggak kuat kerja kayak gue, mending lo jadi kasir aja. Lebih enak dan nggak terlalu capek kayak gini. (Sambil mengusap keringat Najelina dengan tisu)
NAJELINA
Nggak mau. Gue maunya kerja kayak lo. Biar selalu deket sama lo Ang.
Ang menghela nafas.
ANGGARA
Najelina, meskipun lo jadi kasir, lo tetep bisa deket sama gue. Kita kan satu tempat kerja.
NAJELINA
Tapi kan nggak bisa keluar bareng kek gini sama lo. Kalau gue jadi kasir, dan lo keluar buat nyebarin brosur, terus gue di tempat kerja lihat siapa? Kan gue bisa semangat kerja karena lihat lo, hehehe.
ANGGARA
Idih, bisa aja lo.
Najelina kemudian menoleh ke arah kanan. Ia terpelonjak kaget melihat Fariz berjalan ke parkiran.
NAJELINA
Gawat!
Najelina kemudian menarik lengan tangan Ang dan mengajaknya berlari menjauh.
NAJELINA
Ayo kita sembunyi! Cepet!
ANGGARA
Kenapa? Ada apa, Jel?
NAJELINA
Ada Kak Fariz Ang. Gue nggak mau dia tau kalau gue kerja bareng elo!
Ang kemudian melihat Fariz. Dan mereka berlari menuju sela-sela mobil untuk bersembunyi. Mereka mengintip aktivitas Fariz.
Beberapa menit kemudian, mereka bernafas lega saat tahu Fariz sudah masuk ke dalam mobil dan menjauh.
NAJELINA
Hufftt, akhirnya, Kak Fariz nggak lihat kita.
Najelina melihat Fariz sudah tak terlihat lagi.
ANGGARA
Iya, untung aja. Kita lanjut habisin brosur lagi yuk.
Lalu mereka berdua kembali menyebarkan brosur.
Cut to :
SCENE 140 : EXT. PINGGIR JALAN — SORE
CAST : ANGGARA, NAJELINA DAN FARIZ
Hari semakin sore dan mereka masih tetap semangat memberikan brosur kepada orang-orang yang memiliki mobil.
Saat Najelina sedang berbincang-bincang dengan ibu-ibu yang berada di dalam mobil mewah, tiba-tiba Fariz menarik paksa lengan Najelina dan mengajak pergi
NAJELINA
Kak, Kak, Kak! Sakit Kak! Kakak jangan tarik-tarik aku kek gini dong. Aku lagi sibuk kerja disuruh Papa! Lepasin ih!
Najelina berjalan di samping Fariz seraya mencoba melepaskan genggaman tangan Fariz.
FARIZ
Kamu disuruh Papa kerja buat balikin uang Papa! Malah kerja bareng dia! Cari kesempatan kamu! Hah! Sekarang kamu pulang! Jangan pernah temui dia lagi! Atau nggak, Kakak akan buat dia kehilangan pekerjaan! Kamu ingat itu! ($ambil berjalan cepat menuju mobilnya)
NAJELINA
Kakak benar-benar jahat! Tidak bisa melihat adiknya bahagia! Cuma bisa bikin adiknya menderita!
FARIZ
Jangan banyak bicara kamu! Cepat masuk!
Fariz membuka pintu mobil.
Najelina terpaksa masuk dan ia sangat kesal dengan perilaku kakaknya.
FARIZ
Mau aja dimanfaatin orang miskin. (Lirih)
Fariz masuk ke dalam mobil dan cepat-cepat menyalakan mesin mobil lalu melaju ke arah pulang.
Ang melihat kejadian itu dan dia tidak menghalangi Fariz saat membawa Najelina pulang. Ang memilih diam dan membiarkan karena Ang berfikir, lebih baik Najelina pulang daripada harus memaksakan kerja panas-panasan seperti dia.