Cut to :
SCENE 123 : INT. KAMAR ANGGARA — PAGI
CAST : ANGGARA
Pagi ini, Ang siap-siap berangkat ke kampus. Sebelum keluar dari dalam kamar, Ang menghitung jumlah uang yang ia dapatkan dari kerjanya kemarin.
Satu, dua, tiga, empat. Alhamdulillah udah ngumpul satu juta bahkan lebih. Meskipun kemarin nggak semua pemilik mobil mewah ngasih uang tip, tapi tetep bersyukur karena ada beberapa yang ngasih uang tip lumayan besar. Rezekinya aku buat bayar uang semester. Dan hari ini aku akan melunasinya. Untuk uang skripsi, wisuda dan lainnya, besok-besok pasti ada rezekinya lagi.
Ang menaruh kembali uang tersebut ke dalam amplop coklat. Lalu amplop tersebut ia masukkan ke dalam tas dan siap berangkat.
Cut to :
SCENE 124 : INT. DAPUR ANG — PAGI
CAST : ANGGARA DAN LASTRI
Ang menghampiri Lastri di dapur.
ANGGARA
Nek, jaka berangkat kuliah dulu ya.
LASTRI
Iya, Nak. Sudah bawa uang, kan?
ANGGARA
Udah Nek. Tenang aja. Uangnya udah tersimpan aman di dalam tas. Hehehe.
LASTRI
Iya, iya. Ya sudah kamu hati-hati ya. Kuliah yang bener, bikin Nenek bangga.
ANGGARA
Siap! (Sambil tangan hormat)
Ang kemudian menaiki motornya dan berangkat ke kampus.
Cut to :
SCENE 125 : EXT. DEPAN GERBANG KAMPUS — PAGI
CAST : ANGGARA DAN ARIS (SATPAM)
Beberapa menit kemudian, Ang sampai di depan gerbang kampus yang sudah ditutup itu. Lalu Ang turun dari atas motornya dan membuka helm.
ANGGARA
Kok udah ditutup?
Ang melihat jam tangannya.
ANGGARA
Bener sih kalau gerbang udah ditutup, soalnya gue telat lima menit. Tapi nggak apa-apa, biasanya kalau telat 5 menit Pak Aris masih mau bukain gerbang.
Ang kemudian mengintip di sela pagar besi itu untuk mencari keberadaan Aris, satpam kampus.
ANGGARA
Pak Aris!
ANGGARA
Pak Aris! Tolong bukain pintu dong!
Ang teriak lebih kencang.
ANGGARA
PAK ARIS!
Ang clingukan mencari satpam kampus itu.
ANGGARA
Kemana sih Pak Aris!
Lalu, satpam berkumis tebal itu pun terlihat berjalan di lapangan dan menghampiri Ang dengan membawa selembar kertas surat DO.
Ang menghela nafas lega.
ANGGARA
Itu dia.
Satpam itu pun berdiri di depan Ang tepatnya di balik gerbang yang masih ditutup.
ANGGARA
Pak, bukain gerbangnya, Pak. Saya telat cuma 5 menit kok. Tadi kena macet sebentar.
ARIS
Maaf Mas Anggara, Mas Anggara tidak diperbolehkan masuk.
ANGGARA
Kenapa, Pak? Saya cuma telat 5 menit kok. Biasanya saya telat 10 menit masih bisa masuk.
ARIS
Ini lain lagi masalahnya, Mas. Mas Anggara dikeluarkan dari kampus ini.
Anggara sangat kaget.
ANGGARA
Dikeluarin, Pak?
ARIS
Iya, Mas. Ini surat keterangan DO-nya.
Aris memberikan selembar kertas keterangan drop out kepada Anggara lewat celah pagar besi.
Ang pun kaget membacanya.
ANGGARA
Kenapa saya dikeluarin, Pak? Apa salah saya? Atau jangan-jangan karena saya belum bayar uang semester? Saya akan melunasinya, Pak. Hari ini saya bawa uangnya.
ARIS
Saya nggak tau juga alasan kenapa Mas Anggara di DO. Saya cuma bertugas menyampaikan ini dari Pak Dharma.
ANGGARA
Pak Dharma? Saya ingin bertemu dengan Pak Dharma, Pak. Apa penyebab saya di DO. Saya selama ini tidak melanggar peraturan di kampus.
ARIS
Tidak bisa, Mas. Pak Dharma tidak mengizinkan Mas Anggara masuk. Saya juga tidak mau membantahnya. Lebih baik Mas Anggara kembali pulang saja dan jangan kembali ke kampus ini lagi. Permisi.
Aris pun pergi meninggalkan Anggara.
ANGGARA
Tapi Pak! Pak! Pak Aris! Saya nggak punya kesalahan Pak! Saya nggak terima dikeluarin dari kampus ini! Pak!
Anggara teriak kepada Aris yang sudah berjalan jauh itu.
ANGGARA
PAAAKKKK!
Ang sangat kesal. Ia menjambak rambutnya sendiri.
ANGGARA
Haaahh! Hancur impian gue jadi sarjana! HANCURRR!
Cut to :
SCENE 126 : INT. RUMAH ANG — PAGI
CAST : ANGGARA DAN LASTRI
Sesampainya di rumah, Ang terlihat lesu, letih dan kesal. Ia melempar tasnya ke sofa lalu duduk dan bersandar. Ia menatap kosong langit-langit rumah dengan rasa kecewa.
Lastri masuk ke dalam rumah.
LASTRI
Lho, Jaka? Kok sudah pulang?
Ang pun kaget. Ia tersadar dari lamunannya dan langsung duduk tegak. Ang tampak kebingungan apa yang harus ia katakan kepada neneknya.
VO ANGGARA
Jangan sampai Nenek tau masalah ini. Aku nggak mau Nenek sedih. Aku harus terlihat bahagia di depan Nenek.
ANGGARA
Emm... iya Nek. Jaka sudah pulang soalnya kelas Jaka ternyata libur.
LASTRI
Kamu ini. Emang nggak tau kalau libur?
ANGGARA
Iya, lupa, Nek. Kalau gitu Jaka kerja aja ya Nek. Jaka pake seragam dulu terus langsung berangkat.
Ang berdiri dan menenteng tasnya.
LASTRI
Iya, Nenek juga mau cari barang bekas. Nanti dikunci ya pintunya. Nenek sekarang berangkat.
Lastri lalu keluar lagi.
ANGGARA
Iya, Nek!
Cut to :
SCENE 127 : INT. KAMAR ANG — PAGI
CAST : ANGGARA
Ang kemudian masuk ke dalam kamar dan melemparkan tasnya ke kasur. Lalu Ang duduk dan menopang kepalanya. Ang masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi.
ANGGARA
Hah! Gimana kalau nanti keluarga Najelina tau masalah ini? Gue bakal makin dibenci sama mereka. Gue kuliah aja, mereka nggak nerima gue. Apalagi gue nggak kuliah? Arrgh!
ANGGARA
Impian gue buat buktiin kalau gue bisa sukses, sekarang hancur!
ANGGARA
Lebih baik gue kerja. Gue pusing mikirin kuliah gue yang berantakan ini!
Cut to :
SCENE 128 : EXT. TERAS KAMPUS — SIANG
CAST : NAJELINA, ANREZ DAN RIAN
Siang harinya, semua mahasiswa di Universitas Dharmawangsa beranjak pulang. Semua mahasiswa keluar dari dalam kelas masing-masing.
Terlihat Najelina clingukan mencari keberadaan Ang. Ia berjalan menyusuri teras sampai menuju kelas Anggara.
Najelina berdecak sebal.
NAJELINA
Anggara kemana sih! Kenapa nggak kelihatan dari tadi. Biasanya dia suka ngintip ke kelas gue. Tapi dari tadi pagi nggak kelihatan jambulnya.
Najelina kemudian menoleh ke samping ke arah Anrez dan Rian yang baru saja keluar dari dalam kelasnya.
Najelina memanggil mereka.
NAJELINA
Anrez! Rian!
Najelina menghampiri mereka.
NAJELINA
Rez, Yan. Gue kok nggak lihat Ang sama sekali ya. Dia kemana?
ANREZ
Nggak masuk, Naj. Nggak tau sih, nggak masuk kenapa. Soalnya gue telpon juga nggak diangkat.
NAJELINA
Nggak masuk? Kenapa ya kok nggak masuk.
RIAN
Udah lo telepon belum? Mungkin kalau ditelepon sama lawan jenis dia mau ngangkat.
NAJELINA
Udah gue telpon, gue Wa, gue S-M-S pun, belum dibales. Nggak biasanya dia kayak gini.
ANREZ
Sibuk kali. Coba sekarang lo hubungi lagi siapa tau dia nggak sibuk sekarang.
NAJELINA
Gue coba ya.
Najelina kemudian mencoba menelpon Ang.
Tut, tut, tut.
Najelina mendecak sebal. Panggilannya tak kunjung dijawab.
ANREZ
Gimana? Belum diangkat juga?
Najelina geleng-geleng kepala.
RIAN
Berarti dia sibuk banget, Naj. Ditunggu aja, nanti pasti hubungin lo kok. Gue pulang dulu ya.
ANREZ
Gue juga pulang dulu ya, Naj. Lo nggak usah khawatir. Ang nggak akan mungkin ninggalin lo. (Seraya berjalan menjauh)
Najelina tersenyum mengangguk-angguk. Najelina kemudian berjalan menuju parkiran. Setelah sampai di parkiran, Najelina mencoba menghubungi Ang kembali.
Cut to :
SCENE 129 : INT. WARUNG KOPI — SIANG
CAST : ANGGARA DAN 2 TEMAN
CLOSE UP : Ponsel Ang berdering di meja. Panggilan telepon dari Najelina.
Anggara saat ini sedang duduk dan meminum kopi di warung bersama teman-teman kerjanya. Ang memang niat tidak mengangkat panggilan telepon itu dan lebih memilih membiarkan ponselnya berdering terus menerus di atas meja.
Ponsel itu pun terus saja berdering. Hingga membuat teman-teman kerja Ang mengamatinya.
TEMAN 1
Angkat kali, Jak. Kasian tuh ngoceh mulu hape lo. (Setelah meneguk kopi)
TEMAN 2
Iya, Jak. Pasti dari pacar lo kan? Angkat sebentar napa. Pacar lo pergi, baru nyesel lo.
Ang kemudian cepat-cepat mengangkat telepon dari Najelina.
ANGGARA
Iya, hallo, Jel?
VO NAJELINA
Lo kemana aja sih! Ditelpon nggak diangkat, di chat nggak dibales!
ANGGARA
Maaf, Jel. Gue sibuk tadi. Maaf ya.
VO NAJELINA
Sibuk apa sih? Lo sekarang ada dimana?
ANGGARA
Di pencucian mobil, Jel.
VO NAJELINA
Lo kerja? Kenapa lo tadi nggak masuk?
ANGGARA
Nggak kenapa-kenapa, Jel. Maaf ya, udahan dulu telponnya. Soalnya gue sibuk. Bye, i love you.
Ang kemudian menutup teleponnya.
VO ANGGARA
Maaf, Jel. Gue belum siap cerita ke siapa-siapa masalah gue di-DO dari kampus. (Dalam hati)
Cut to :
SCENE 130 : EXT. PARKIRAN KAMPUS — SIANG
CAST : NAJELINA
Najelina mendecak kesal lalu menaiki motornya dan melaju pulang.