Cut to :
SCENE 106 : INT. CAFE — PAGI
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Keesokan harinya, Ang dan Najelina bertemu di sebuah cafe. Mereka terlihat sedang makan berdua dan saling bercanda. Selesai makan Ang dan Najelina berbincang-bincang.
Ang meminum habis jusnya.
ANGGARA
Maaf ya, aku ajak kamu ke sini. Tadi kamu pake alasan apa biar bisa keluar rumah?
NAJELINA
Aku bilang mau beli peralatan cewek di mall. Lagi pula satu jam lagi kan masuk kuliah. Jadi gampanglah buat keluar rumah,
Najelina lalu menyeruput jusnya kembali.
ANGGARA
Bentar ya, aku ada rezeki buat kamu.
Ang merogoh saku celananya lalu mengeluarkan amplop coklat berisi sejumlah uang. Lalu Ang meletakkan amplop itu di atas meja dan menggesernya ke depan Najelina.
ANGGARA
Alhamdulillah, aku kemarin habis gajian. Ini uang buat kamu. Kamu pake buat beli kebutuhan kamu ya, tapi maaf cuma sedikit. Belum cukup buat kamu beli barang-barang yang bagus.
Najelina tertawa.
NAJELINA
Haha, apaan sih kamu. Barang bagus apa emangnya? Jangan kamu fikirin ucapan Kak Fariz kemarin. Aku tuh nggak butuh barang bagus atau mewah dari kamu. Yang aku butuhin dari kamu itu kesetiaan kamu. Urusan rezeki buat aku, itu kamu fikirin kalau kita sudah nikah. Aku akan selalu nerima rezeki dari kamu berapapun itu. Jadi, untuk saat ini maaf ya aku belum bisa terima uang kamu, aku nggak mau ngerepotin kamu. Kamu kan masih butuh uang ini untuk biaya kuliah.
Najelina menggeser amplop tersebut ke depan Ang.
ANGGARA
Tapi aku ikhlas ngasih kamu rezeki sekarang. Kamu nggak ngerepotin kok. Aku nggak mau cuma kasih kamu cinta saja tapi juga materi. Urusan biaya kuliah besok juga ada rezeki lagi. Kamu jangan khawatir,
Ang menggeser amplop itu ke arah Najelina lagi.
NAJELINA
Ang, aku tahu kamu lebih butuh uang ini. Kamu nggak usah nggak enak gitu sama aku. Maaf aku belum bisa nerima. Biaya kuliah kamu lebih penting daripada aku.
Najelina menggeser amplop itu lagi.
ANGGARA
Lo kok gitu sih, nggak ngehargai usaha gue buat nyenengin lo. Males gue!
Ang memalingkan muka lalu melirik Najelina. Ang pura-pura ngambek.
NAJELINA
Oke, gue terima uangnya. Gue hargai usaha lo buat nyenengin gue. Tapi ada syaratnya.
Najelina menarik kembali amplop tersebut dan dipegangnya.
ANGGARA
Pake syarat segala. Apaan syaratnya?
NAJELINA
Lo pengen kan gue seneng?
Ang mengangguk-angguk.
NAJELINA
Kalau lo pengen gue seneng, lo nggak boleh marah ya, uang ini gue pake buat apa.
ANGGARA
Ya nggak lah. Itu kan emang uang buat lo. Hak lo mau buat apa aja, terserah. Gue nggak ngelarang.
NAJELINA
Beneran? Lo nggak boleh ngelarang ya, uang ini buat apa.
ANGGARA
Iya sayangku Jeliii. Gue nggak akan ngelarang lo. Emang uang itu mau lo pake buat apa siihh?
NAJELINA
Janji dulu, nggak boleh ngelarang yaa.
Najelina mengacungkan jari kelingkingnya.
ANGGARA
Oke!
Ang mengaitkan jari kelingkingnya ke jari Najelina.
Ini udah masuk di peraturan perundang-undangan ya. Lo nggak boleh nge-la-rang!
ANGGARA
Heleh! Iya-iya. Emang mau lo pake buat apa sih?
NAJELINA
Buat Nenek lo. Ini uang gue kasih ke Nenek lo buat beli kebutuhan dia.
Najelina menggeser amplop itu ke depan Ang.
ANGGARA
Nenek gue? Tapi Jel---
NAJELINA
Eitss, lo nggak boleh ngelarang. Ini sudah perjanjian. Lo pengen kan gue seneng? Dan ini adalah hal yang gue seneng.
ANGGARA
Tapi Jel, gue pengen bahagiain lo seutuhnya. Gue juga pengen ngasih lo sedikit rezeki dari hasil keringat gue.
NAJELINA
Iya gue tau niat baik lo. Gue seneng kok sama niat baik lo. Tapi Ang, gue lebih seneng lagi kalau gue lihat lo kerja keras buat bahagiain keluarga lo. Itu udah bikin gue seneng dan kagum sama lo. Gue yakin gue akan bahagia hidup bersama lelaki yang mau kerja keras buat keluarganya, seperti lo ini. Gue bangga sama lo.
ANGGARA
Makasih ya Jel. Jadi, uang ini buat Nenek?
Najelina mengangguk-angguk.
Ang tersenyum.
ANGGARA
Gue akan selalu berusaha bikin lo bahagia, Jel.
NAJELINA
Lo bisa bikin pipi gue kenceng nggak kendor setiap hari, itu udah bikin gue bahagia, Ang.
ANGGARA
Maksud dari bikin pipi lo kenceng apa ya? Gue harus ngajak lo treatment pipi ke dokter? Atau gue harus beliin lo skincare gitu?
NAJELINA
Hahaha, bukaan! Maksud gue pipi kenceng itu senyum dan pipi kendor itu cemberut. Artinya, lo bisa bikin gue tersenyum nggak cemberut tiap hari, itu udah bikin gue bahagia.
ANGGARA
Oh gitu?
Ang kemudian mencubit gemas kedua pipi Najelina.
ANGGARA
Nih udah gue kencengin pipi lo, hahaha!
NAJELINA
ANGGAARRAAAA... SAKIT TAU!
Cut to :
SCENE 107 : INT. RUANG TAMU ANG — PAGI
CAST : ANGGARA, LASTRI DAN 2 PREMAN
Setelah bertemu dengan Najelina, Ang pulang ke rumah terlebih dahulu sebelum berangkat ke kampus. Niat Ang pulang untuk mengambil tas dan memberikan amplop kepada sang nenek.
ANGGARA
Assalamualaikum, Nek.
Lastri keluar dari ruang tengah.
LASTRI
Wa'alaikumsalam. Loh Jaka? Bukannya kamu sudah berangkat kuliah? Kok pulang lagi?
ANGGARA
Belum Nek. Jaka belum berangkat ke kampus. Tadi habis ketemuan sama Najelina. Jaka pulang mau ngambil tas aja.
LASTRI
Oh... kenapa pacar kamu yang cantik itu nggak diajak kesini?
ANGGARA
Nggak, Nek. Dia langsung berangkat ke kampus. (Sambil mengambil tasnya yang berada di sofa tamu)
ANGGARA
Oh ya, Nek. Kemarin Jaka gajian. Ini uang buat Nenek. Satu juta.
Ang menyerahkan amplop coklat kepada sang nenek.
LASTRI
Nenek masih ada uang, Jaka. Uang yang kamu kasih bulan lalu masih ada. Itu uang buat bayar kuliah kamu saja, Jaka.
ANGGARA
Nggak apa-apa Nek. Biaya buat kuliah udah terkumpul satu juta kok, ini nanti mau Jaka bayarkan.
LASTRI
Iya udah, Nenek simpan. Siapa tau besok-besok ada biaya kuliah lagi.
Lastri menerima amplop tersebut.
ANGGARA
Jaka berangkat dulu ya, Nek.
Ang salim kepada Lastri.
LASTRI
Iya Jaka, hati-hati.
Baru berjalan satu langkah ke depan, tiba-tiba dua preman datang ke rumahnya.
Brak! (Suara preman memukul pontu)
Dua orang preman bertubuh kekar dan berkalung rantai itu adalah preman suruhan pemilik kontrakan untuk menagih uang kontrakan kepada Ang.
Preman itu bersandar di tengah pintu seraya menadahkan tangannya ke arah Ang untuk meminta uang.
PREMAN 1
Jaka, udah tanggal 30 nih. Janjinya?
PREMAN 2
Hari ini terakhir elo lunasin uang kontrakan yang udah tiga bulan nggak elo bayar. (Seraya menghisap rokok lalu meniupkan asapnya)
Ang kemudian melirik kalender yang digantung di tembok.
CLOSE UP : Kalender angka 30 dilingkari spidol merah.
Ang baru ingat ternyata hari ini hari jatuh tempo untuk membayar tunggakan uang kontarakan.
PREMAN 1
Jangan bilang lo lupa dan belum mempersiapkan duitnya. BASI!
PREMAN 2
Kalau sekarang lo nggak bisa bayar, siap-siap aja baju lo gue keluarin.
PREMAN 1
Baju aja ya Bos yang dikeluarin?
PREMAN 2
Ya iya lah. Kalau sama barangnya sekalian, keenakan dia dong. Barangnya itu buat gantiin uang kontrakan yang belum dia bayar.
PREMAN 1
Ayo CEPEETT! sebelum kita naik darah nih!
Lastri kemudian memberikan amplopnya kepada preman itu.
LASTRI
Ini uangnya.
Preman itu menerima dan menghitung jumlahnya.
PREMAN 2
Satu, dua, tiga. Cuma satu juta?
PREMAN 1
Satu juta? Eh Jaka! Lo nunggak tiga bulaaan. Lo harus bayar satu juta setengah. Ditambah bunganya, lo harus bayar satu juta delapan ratus!
PREMAN 2
Mana delapan ratusnya?
VO ANGGARA
Terpaksa deh gue harus pake uang semerter buat bayar kontrakan. Mau gimana lagi, daripada gue diusir. Kasian Nenek juga. Semoga aja tagihan uang semester bisa diulur.
Ang kemudian membuka tasnya.
ANGGARA
Iya, iya gue lunasin!
Lalu Ang memberikan uang delapan ratus ribu kepada preman itu.
PREMAN 2
Nah gini dong. Kita sama-sama seneng. Lo seneng nggak jadi diusir dan kita seneng karena nggak jadi dipecat sama Bu Bos kontrakan. Lo kan tau, Ibu kontrakan lo kayak singa lebih kejam dari kita, hahaha!
PREMAN 1
Oke Thanks Bro! Kapan-kapan kita ngopi bareng. Sekali-kali sesama preman saling silahturahmi! (Sambil berjalan ke luar untuk menaiki motornya)
Dua premsn itu pergi.
Ang kemudian nenghitung sisa uangnya.
ANGGARA
Masih dua ratus ribu.
Ang menghela nafas.
LASTRI
Gimana Jaka, uang buat kuliah kamu?
ANGGARA
Nggak apa-apa kok Nek. Uang bisa dicari lagi. Jaka berangkat ya, Nek.
Ang lalu keluar rumah.
LASTRI
Iya, Nak. Hati-hati.
Lalu Ang menyalakan motornya dan berangkat menuju kampusnya.
Cut to :
SCENE 108 : EXT. PARKIRAN KAMPUS — PAGI
CAST : ANGGARA DAN NAJELINA
Sesampainya di kampus, Ang meletakkan motornya di parkiran. Lalu Najelina berjalan pelan di belakang Ang. Najelina menutup mata Ang dengan kedua tangannya.
ANGGARA
Siapa nih? (Seraya menyentuh jari Najelina)
Najelina menahan tawa.
ANGGARA
Anrez? Rian? Lo ngapain sih nutup mata gue segala? Sok romantis! Kita sesama jenis woy!
Ang kemudian mengelus jari Najelina.
ANGGARA
Halus Men kulitnya. Nggak mungkin ini kulit Rian ataupun Anrez. Kulit mereka kan bergerigi.
Ang terus menerus mengelus jari Najelina.
ANGGARA
Tapi ada yang aneh. Saat gue menyentuh jari ini, gue merasaa, cincin pernikahan gue besok bakal melingkar di jari manis ini. Gue yakin, itu bakal terjadi!
Najelina kemudian melepas tangannya lalu menarik rambut Ang bagian belakang.
NAJELINA
Gombal!
Ang pun melebarkan senyumnya.
ANGGARA
Nggak gombal sayang.
Ang mencubit gemas pipi Najelina.
NAJELINA
Udah berapa kali lo cubit pipi gue? Lama-lama pipi gue gosong kena serangan mental tangan lo!
Najelina memalingkan muka seraya mengusap pipinya sendiri.
Ang kemudian turun dari atas motor lalu mengajak Najelina berjalan menuju kelas.
ANGGARA
Nggak mungkinlah gosong. Cuma dicubit dikit aja kok. Lagi pula nggak akan berasa sakit. Yang ada lo malah ketagihan. Iya kan?
Ang tersenyum dan menaik turunkan alisnya.
NAJELINA
Nggak lah! Dicubit kok ketagihan. Yang ketagihan itu kalau dici---
Najelina membungkam mulutnya sendiri.
ANGGARA
Dicium?
Ang menatap Najelina serius.
Najelina menggelengkan kepala dan masih membungkam mulutnya. Najelina kemudian melarikan diri.
Wah parah ternyata lo ngebet banget pengen gue cium!
Ang mengejar Najelina.
NAJELINA
NGGAK ANG! GUE CUMA BERCANDA! (Teriak di kejauhan sambil ngos-ngosan)
Ang berlari dengan kecepatan Valentino Rossi. Wuss...
ANGGARA
Kena lo!
Ang menggenggam lengan tangan Najelina.
Najelina kaget lalu menutup mukanya.
NAJELINA:
Ang gue cuma bercanda Ang. Nggak boleh Ang. Kita belum nikah Ang. Plis Ang jangan dulu. (Ketakutan)
ANGGARA
Lo ngapain? Siapa juga yang mau nyium lo! GR! Gue ngejar lo karena lo salah jalan. Kelas lo di sono noh!
Ang menujuk ke arah samping.
Najelina membuka tangannya dari wajah seketika. Lalu melihat sekitar.
NAJELINA
Anggara, ih! Bikin aku malu aja!
Najelina mencubit gemas pinggang Ang.
Ang tersenyum lebar lalu pelan-pelan menggandeng tangan Najelina dan mengajaknya berjalan ke arah kelas Najelina.
Anrez dan Rian pelan-pelan mengikuti langkah Ang dari belakang.
ANREZ
Mas, gandengan mulu, Mas. Kaya trek gandeng aja. (Menahan tawa sambil melirik Rian di sampingnya)
Ang dan Najelina berhentih dan menoleh ke belakang.
RIAN
Gue juga mau doongg.... digandeng.
Anrez kemudian menggandeng leher Rian dengan kuat dan mengajaknya pergi.
RIAN
Woy sakit WOY!