Cut to :
SCENE 96 : INT. KAMAR NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA
Hari menjelang pagi, sekitar pukul 5 pagi, Najelina berdiri di dekat jendela. Ia berfikir sambil memperhatikan halaman di bawahnya.
NAJELINA
Gue harus lompat! Gue lebih baik jatuh dan terluka demi bisa bertemu dengan Ang. Daripada gue terus disini nggak bisa bertemu Ang. Gue takut Ang semakin terluka hatinya karena hinaan Kak Fariz. Gue harus bisa menyembuhkan sakit hati Ang. Lebih baik gue terluka dibawah sana demi Ang. Gue nggak mau dia yang terluka karena keluarga gue.
Najelina mencari tali di kamarnya dan menemuka tali panjang di laci meja paling bawah. Ia mengikat tali ke kusen jendela lalu dijulurkan ke bawah.
Cut to :
SCENE 97 : EXT. HALAMAN NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA
Pelan-pelan Najelina turun ke bawah dengan cara merambat tali Najelina memejamkan mata saat berada di ujung tali. Ia merasa ketakutan karena harus melepas tali tersebut. Ia berkali-kali melirik ke bawah namun ia harus melawan ketakutannya.
Brak (Suara jatuh)
Najeline jatuh ke bawah. Kedua lututnya berdarah terbentur batu. Najelina merintih perih. Namun ia tidak ingin lama-lama di tempat itu. Najelina memperhatikan sekitar semoga saja tidak ada seseorang yang melihatnya.
Najelina kemudian berlari ke gerbang dan membukanya pelan-pelan. Ia berhasil kabur dan naik taksi untuk menemui Ang.
Cut to :
SCENE 98 : EXT. TAMAN — PAGI
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Ang dan Najelina bertemu di taman. Mereka duduk berdua di kursi.
NAJELINA
Ang maafin ucapan Kakak gue kemarin ya. Gue nggak tau kalau Kakak gue bakalan ngomong kek gitu ke lo kemarin. Maafin Kakak gue ya. Lo masih cinta kan sama gue?
Ang menghela nafas berat.
ANGGARA
Demi lo, gue maafin Kakak lo. Dan gue akan lupain masalah semalem. Tapi, masalah cinta, kayaknya hubungan kita sampai di sini aja, Jel.
NAJELINA
Maksud lo? Lo putusin gue, Ang? Lo udah nggak cinta sama gue lagi?
Najelina menatap serius Ang dengan mata berkaca-kaca.
ANGGARA
Bukan gue nggak cinta lagi. Gue selalu cinta sama lo Jel. Tapi---
NAJELINA
Tapi apa?
ANGGARA
Tapi hubungan kita nggak akan direstui, Jel. Gue orang nggak punya. Gue nggak pantes buat lo. Gue sadar diri Jel. Gue akan hapus cinta gue ke elo.
Ang berdiri dari duduknya dan melangkah ke depan.
NAJELINA
Tapi gue cinta sama lo, Ang. Lo nggak mau pertahanin cinta kita?
Ang menghentikan langkahnya.
ANGGARA
Gue mau mempertahankan cinta kita Jel. Tapi, Kakak lo, Kakak lo nggak setuju sama hubungan kita. Gue lebih baik pergi biar Kakak lo seneng dan lo nggak dimarahin lagi.
Ang melangkah lagi.
Najelina mengikuti Ang.
NAJELINA
Oh, lo lebih pentingin kesenangan Kakak gue daripada kesenangan gue? Lo lebih milih gue sedih, Ang?
ANGGARA
Justru itu, gue pergi biar lo nggak menanggung kesedihan lagi. Kita nggak direstui, Jel. Gue nggak mau lo dimarahin terus karena berhubungan sama gue. (Sambil engusap rambut depan Najelina dengan lembut)
Lalu Ang membalikkan badan melanjutkan langkahnya.
NAJELINA
Lo nggak mau berjuang buat gue, Ang? Semudah itu lo pergi?
Najelina menitihkan air mata.
ANGGARA
Gue sayang sama lo, Jel. Tapi ini yang terbaik buat lo dan keluarga lo. Lo akan menderita sama gue yang tak pernah direstui ini. Gue bodoh Jel. Gue bodoh udah berani jatuh cinta sama lo yang jelas-jelas gue nggak pantes buat lo. Mimpi gue ketinggian, Jel.
Ang lalu melangkah menjauhi Najelina.
VO ANGGARA
Waktu lo dimarahin Kakak lo di cafe kemarin, gue lihat semua Jel. Gue lebih baik pergi. Gue nggak mau lo dibenci keluarga lo karena berhubungan sama gue. Gue juga udah tau kalau lo akan menikah minggu depan. Maafin gue Jel. Gue harus pergi. Gue sayang sama lo. (Dalam hati)
Ang terus berjalan dan sesekali melihat Najelina di belakang.
NAJELINA
Kamu anggap aku seperti layangan yang jatuh dan ditinggal pemiliknya, Ang. Kamu udah pegang erat-erat benang layangan itu tapi angin mematahkannya. Kamu hanya diam dan tak ingin mengejarnya saat layangan itu terbang dan jatuh ke tanah. Kamu diam karena tak ingin angin mematahkannya lagi atau karena layangan itu sudah tak berguna lagi bagimu. Padahal, layangan yang jatuh itu bisa kamu perbaiki dan kamu ganti dengan benang yang lebih kuat agar angin tidak bisa mematahkannya lagi. Tapi, kamu lebih memilih pergi meninggalkan layangan yang sudah kamu rakit dari awal itu. Kamu ngerti kan maksud aku?
Ang kemudian berhenti dan mencerna perkataan Najelina.
NAJELINA
Asal lo tau ya, Ang. Yang bodoh itu bukan lo! Tapi gue, gue bodoh udah merjuangin lo di depan orang tua gue sedangkan lo nggak mau perjuangin gue! Gue yang bodoh, Ang! GUE!
Najelina kemudian membalikkan badan dan berlari menjauhi Ang seraya terus mengusap air matanya.
Ang kemudian mengarahkan pandangannya ke belakang melihat Najelina yang berjalan jauh sambil menangis.
Ang berlari mengejar Najelina.
Saat sudah berada di depan Najelina, Ang langsung meraih telapak tangan Najelina dan digenggam erat-erat.
ANGGARA
Gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo. Gue nggak mau pisah sama lo, Jel. Gue akan perjuangin cinta gue ke elo.
Ang lalu mengusap air mata Najelina.
ANGGARA
Gue akan perjuangin cinta gue sampai mati! (Seraya memengang kedua telapak tangan Najelina)
Najelina pelan-pelan tersenyum. Ia menatap wajah Ang dengan mata sembab.
NAJELINA
Gue sayang sama lo, Ang. Ego keluarga gue bisa diruntuhkan dengan kekuatan cinta kita. Lo percaya kan?
Ang tersenyum mengangguk-angguk.
ANGGARA
Gue akan berusaha bahagiain lo, Jel. Gue akan bekerja keras, untuk membuktikan ke keluarga lo kalau gue bisa bahagiain lo!
NAJELINA
Kita perjuangin cinta kita bersama-sama ya. Janji?
Najelina mengacungkan jari kelingkingnya di depan Ang.
Ang tersenyum.
ANGGARA
Janji! (Sambil mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Najelina)
Cut to :
SCENE 99 : EXT. TAMAN — PAGI
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Beberapa menit kemudian Ang dan Najelina berjalan-jalan di taman.
ANGGARA
Kamu pulang ya sekarang, nanti Papa kamu nyariin.
NAJELINA
Aku nggak mau pulang. Aku mau ke rumah kamu aja.
ANGGARA
Jangan, Jel. Lebih baik kamu pulang aja. Kalau kamu kabur ke rumah aku, semakin jelek nama aku di depan kelurga kamu. Kamu pulang ya, aku anter. Sekalian aku beranikan diri untuk bertemu dengan keluarga kamu. Aku akan meminta restu untuk menikahimu.
Najelina menatap Ang.
NAJELINA
Beneran?
Ang mengangguk-angguk dan Najelina tersenyum bahagia.
Kemudian mereka naik motor dan melaju ke rumah Najelina.