Cut to :
SCENE 88 : EXT. DEPAN GERBANG NAJELINA — MALAM
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Hari berikutnya, di mana malam sudah tiba. Ang menjemput Najelina di depan gerbang. Ia mengenakan baju yang sangat rapi dan memakai wewangian yang harum. Ia duduk di atas motor menunggu Najelina keluar.
Najelina kemudian keluar dengan memakai dress yang sangat indah. Dengan kecantikan yang sempurna membuatnya terlihat seperti Cinderella yang akan naik ke kereta kencana.
ANGGARA
Cantik banget. Beneran nggak sih ini pacar gue? (Seraya memperhatikan Najelina serius)
Najelina kemudian mengusap wajah Ang dengan telapak tangannya.
NAJELINA
Heleh, lebay. Ayo kita ke sana.
Ang melebarkan senyumnya lalu menyalakan motornya. Najelina kemudian naik ke atas motor Ang.
ANGGARA
Papa sama Mama kamu ke mana kok udah sepi rumah kamu.
NAJELINA
Udah di Cafe duluan. Kan bantuin prepare buat party Kakak.
ANGGARA
Oh iya juga sih.
Ang kemudian melaju ke jalanan.
Cut to :
SCENE 89 : EXT. JALAN RAYA — MALAM
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Ang dan Najelina berbincang-bincang di atas motor saat melaju di jalan raya.
ANGGARA
Kamu tau nggak perasaan aku saat ini?
NAJELINA
Emang gimana perasaan kamu saat ini?
ANGGARA
Seneng banget, Jel!
NAJELINA
Seneng karna?
ANGGARA
Seneng karena akan bertemu dengan sebuah keluarga. Dimana mereka akan memanggilku 'calon mantu'! (Tersenyum lebar)
NAJELINA
Haha bisa aja kamu.
Mereka kemudian lanjut menikmati jalanan berdua.
Cut to :
SCENE 90 : EXT. DEPAN CAFE SABRINA — MALAM
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Sesampainya di Cafe Sabrina, Najelina turun dan Ang memarkirkan motornya diantara mobil-mobil mewah yang terparkir di halaman Cafe.
Najelina melihat Cafe sudah dipenuhi teman serta rekan bisnis keluarganya.
NAJELINA
Wah, ternyata udah banyak yang dateng.
Ang kemudian berjalan mendekati Najelina yang berdiri sendiri menunggunya selesai memarkirkan motor.
ANGGARA
Udah mulai ya acaranya? (Seraya memperhatikan suasana Cafe.
NAJELINA
Nggak tau. Kita masuk yuk.
Ang tersenyum mengangguk-angguk. Najelina kemudian menggandeng tangan Ang. Dan Ang semakin melebarkan senyumnya kala melihat Najelina menggandeng lengan tangannya.
Najelina dan Anggara kemudian berjalan menuju cafe tanpa melepaskan gandengan tangannya.
Cut to :
SCENE 91 : INT. CAFE SABRINA — MALAM
CAST : NAJELINA, ANG, KELUARGA NAJELINA DAN PARA UNDANGAN
Di dalam cafe, terlihat Fariz berdiri bersama Monica, kekasihnya. Ia juga berdiri bersama keluarga besarnya di depan para teman dan rekan bisnisnya. Fariz saat itu terlihat memberikan sambutan kepada para undangan sebelum meniup lilin kue ulang tahun. Rencananya, Fariz juga akan melamar sang kekasih saat itu juga.
Najelina dan Ang berjalan masuk ke dalam cafe lalu berdiri di samping para undangan. Ang yang sedari tadi tersenyum merekah, tiba-tiba senyumnya hilang saat melihat Fariz. Ia tak menyangka bahwa Fariz, pemilik pabrik pengolah barang bekas itu adalah kakak Najelina.
VO ANGGARA
Pak Fariz? (Terkejut dalam hati)
Fariz yang tadinya tersenyum melihat sang kekasih di sampingnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada Ang.
FLASBACK : Fariz mengingat bahwa ia pernah bertemu Ang di tempat penimbangan pabrik dan saat berpapasan di depan pabrik.
Lalu Fariz menghampiri Najelina dan Ang.
FARIZ
Najelina, kamu ngapain bawa pemulung ke sini? Belum waktunya dia ngambilin sampah bekas properti.
Semua undangan pun menutup mulutnya karena menahan tawa.
Ang seketika melepas gandengan tangan Najelina. Ia merasa malu di depan semua orang yang menyaksikannya.
NAJELINA
Dia bukan pemulung, Kak. Kakak jangan asal bicara. (Lirih)
FARIZ
Dia itu pemulung Najelina, dia dateng ke sini kalau bukan karena mau mungutin bekas properti, mau apa lagi? Kakak juga nggak ngundang dia.
Ang semakin sakit hati namun mencoba menahan.
NAJELINA
Kakak ngundang dia. Dia itu A---
FARIZ
Anak pemulung? Bentar-bentar.
Fariz melihat jam tangannya.
FARIZ
It's okay. Butuh waktu dua sampai tiga jam lagi kamu bisa munguti sampah bekas properti. Dan sekarang kamu bisa tunggu di sana. (Seraya menunjuk ke arah kursi yang berada di sudut cafe)
Ang semakin sakit hati. Tangannya pelan-pelan mengepal. Namun ia tahan karena ia berhadapan dengan keluarga kekasihnya.
Ratmi, ART keluarga Fariz sedang berada di belakang undangan sedang sibuk mengambil sampah properti dan dimasukkan ke dalam kardus.
RATMI
Maaf Den! Sudah ada sampah properti yang terkumpul.
FARIZ
Cepat bawa sini!
Ratmi kemudian membawa kotak kardus besar berisi sampah properti itu dan diberikan kepada Fariz.
RATMI
Ini, Den.
Fariz kemudian menerima kotak itu dan disodorkan ke arah Ang.
FARIZ
Ini kan yang kamu butuhkan di sini?
ANGGARA
Terima kasih. Anda tidak usah repot-repot memberi saya sampah. Karena saya sendiri adalah SAMPAH di acara ini!
Ang menahan rasa sakit hati yang mendalam. Lalu ia mundur dengan menatap tajam Fariz dan Najelina lalu pergi meninggalkan tempat itu dengan air mata yang menetes di pipinya.
Ang cepat-cepat menyalakan motornya dan pergi dengan rasa sakit hati dan kecewa. Ia merasakan harga dirinya diinjak-injak di depan keluarga kekasihnya.
NAJELINA
KAKAK TEGA! KAKAK UDAH MENGHINA PACAR NAJELINA DI DEPAN SEMUA ORANG! AKU BENCI KAK FARIZ! AKU BENCI! (Menangis)
Semua orang menggunjing lirih Najelina. Mereka beranggapan mengapa anak seorang pengusaha kaya raya menpunyai pacar seorang pemulung.
Najelina kemudian berlari mengejar Anggara ke luar cafe.
NAJELINA
ANGGARAA! TUNGGU AKU, JANGAN TINGGALIN AKU!
Cut to :
SCENE 92 : EXT. HALAMAN CAFE SABRINA — MALAM
CAST : NAJELINA, FARIZ, ARDI, TIRTA DAN SAFIRA.
Fariz kemudian menghalangi langkah Najelina dengan memegang erat lengan tangan Najelina. Semua keluarga keluar dari cafe untuk mengikuti Najelina.
FARIZ
Oh, jadi dia yang namanya Anggara? Pacar kamu? Pantesan aja pacaran modal kertas. Kertas hasil pungutan sampah!
Najelina mencoba melepaskan pegangan tangan kakaknya.
NAJELINA
Lepasin!
Tirta kemudian mendekati Najelina.
TIRTA
Bener-bener ya kamu, Najelina. Bikin malu keluarga. Pacaran sama anak pemulung. Mau ditaruh di mana muka Papa di depan rekan bisnis Papa kalau tau Papa punya calon mantu anak pemulung. Mulai sekarang tinggalin lelaki yang namanya Anggara itu. (Lirih)
NAJELINA
Nggak Pa! Najelina nggak akan ninggalin Anggara! Najelina cinta sama Anggara, Pa!
FARIZ
Kamu cuma cinta sesaat, Naj! Kamu fikirin masa depan kamu! Kamu akan menderita hidup sama dia! Dia nggak akan bisa bahagiain kamu!
NAJELINA
Aku bahagia sama Anggara, Kak! Dia bisa bahagiain aku! Aku nggak peduli dia miskin atau kaya! Dia baik, Kak! Aku cinta sama dia! Dia juga cinta sama aku!
FARIZ
Cinta? Hari gini kamu cuma memandang seseorang dari cinta? Cari pasangan itu, lihat dari segi materinya, Najelina! Dia miskin! Nggak akan bisa bahagiain kamu! Cari pasangan itu kayak Afan! Dia dari keluarga kaya! Lebih bisa bahagian kamu!
NAJELINA
Oh, seperti itu? Kakak menilai seseorang dari hartanya? Cari pasangan harus melihat dari segi kekayaannya? Berarti, DIA MONICA, calon istri Kakak, cuma melihat Kakak dari segi harta Kakak saja. Dia cuma menginginkan harta Kakak saja! Tanpa rasa CINTA! (Menunjuk ke arah Monica)
CLOSE UP : Monica berdiri di depan pintu cafe menyaksikan pertengkaran.
PLAK! (Fariz menampar Najelina)
FARIZ
JAGA MULUT KAMU YA! Sekali lagi kamu menghina Kakak ipar kamu! Kakak nggak segan-segan menampar pipi kamu lebih keras lagi! (Menunjuk muka Najelina)
Safira memeluk Najelina.
SAFIRA
Fariz, jangan kasar sama adik kamu sendiri. Kita bicarakan masalah ini baik-baik saja.
FARIZ
Mulutnya nggak bisa dijaga, Ma! Sudah pasti semua itu ajaran anak nggak tau diri itu!
Najelina kemudian melepas pelukan sang mama. Ia ingin pergi meninggalkan pertengkaran itu. Ia berlari menjauh seraya mengusap air matanya.
TIRTA
Selangkah lagi kamu maju ke depan untuk menemui Anggara, kamu akan Papa kunci di dalam kamar seterusnya!
Najelina tidak memperdulikan ancaman papanya. Ia kembali melangkah ke depan.
Tirta menoleh ke arah Ardi, sopir pribadinya.
TIRTA
PAK ARDI! Cepat bawa masuk Najelina ke dalam mobil! Bawa dia pulang dan kunci dia di dalam kamar!
ARDI
Baik, Pak!
Ardi kemudian memegang erat tangan Najelina dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.
NAJELINA
Nggak mau! Lepasin! (Berontak)
TIRTA
Dan kamu Najelina! Jauhi anak nggak punya masa depan itu! Dan persiapkan diri kamu, minggu depan kamu harus menikah dengan Afan! (Teriak Tirta kepada Najelina yang hendak masuk ke dalam mobil)
NAJELINA
Nggak mau! Najelina nggak mau nikah sama Afan! Najelina cuma mau nikah sama Anggara!
TIRTA
Pak Ardi! Cepat bawa dia pulang! Bikin malu keluarga aja.
SAFIRA
Paa, jangan gitu. Kasihan Najelina.
TIRTA
Biarin. Itu pelajaran buat dia. Berani ngebantah orang tua.
Supir pripadi Tirta berhasil membawa Najelina pulang.
INSERT : Ang melihat di kejauhan.
Cut to :
SCENE 93 : INT. RUMAH NAJELINA — MALAM
CAST : NAJELINA DAN ARDI
Sesampainya di rumah, Pak Ardi terus memegang erat pergelangan tangan Najelina seraya berjalan cepat menuju kamar Najelina.
NAJELINA
Lepasin! Pak Ardi lepasin! Pak Ardi nggak kasihan sama Najelina?
ARDI
Maaf Non Najelina, ini perintah dari Pak Tirta. Pak Ardi tidak bisa membantah. (Sambil menaiki anak tangga)
NAJELINA
Lepasin, Pak! Najelina mau pergi aja dari rumah! Najelina nggak mau pulang! Semua orang di sini nggak bisa ngertiin perasaan Najelina, Pak!
ARDI
Sabar aja ya Non.
Najelina kemudian masuk ke dalam kamarnya dan Pak Ardi memguncinya dari luar.
Najelina memukul-mukul pintu mencoba untuk keluar dari kamarnya.
NAJELINA
Pak! Buka pintunya Pak! (Menangis)
Najelina kemudian membuka tasnya dan mengeluarkan handphonenya mencoba menghubungi Anggara.
VO OPERATOR
Nomor yang Anda tuju, sedang tidak aktif.
Najelina berkali-kali menghubungi Ang namun tidak ada jawaban.
NAJELINA
Kamu kemana Ang. Ayo angkat telponnya. Aku mau ngomong sama kamu. Aku tau kamu pasti sakit hati. Jangan tinggalin aku, Ang. Aku harap kamu tetep cinta sama aku. Aku nggak mau pisah sama kamu. Aku cinta sama kamu, Ang.
Najelina gelisah seraya terus mengubungi Ang.
Cut to :
SCENE 94 : INT. KAMAR NAJELINA — MALAM
CAST : NAJELINA, FARIZ DAN TIRTA
Beberapa jam kemudian, kelurga Najelina pulang. Mereka langsung membuka pintu kamar Najelina.
Najelina mendekati Tirta dan memegang tangannya.
NAJELINA
Pa, restuin hubungan aku dengan Anggara, Pa. Aku cinta sama dia, Pa. Aku bahagia sama dia. Aku nggak mau nikah sama Afan Pa.
Tirta melepas tangan Najelina.
TIRTA
NGGAK! Sampai kapan pun, Papa nggak akan restuin hubungan kamu dengan Anggara! Banyak teman Papa yang ngajak besanan! Semua kamu tolak! Dan kamu lebih pentingin lelaki yang nggak punya masa depan itu! Papa malu sebagai orang tua! (Memalingkan muka)
NAJELINA
Tapi Pa, Anggara baik Pa. Dia mampu bahagiain Najelina. Aku mohon Pa kasih kesempatan Anggara untuk membuktikan dia bisa bahagiain Najelina.
FARIZ
Berhenti berhungan dengan Anggara, Najelina. Kamu akan menderita sama dia. Sekarang memang kamu belum ngerasain. Tapi kedepannya kamu akan menyesal hidup dalam kemiskinan! Kakak pernah bilang sama kamu. Kalau pacar kamu tidak bisa bahagiain kamu, kamu harus menikah dengan Afan. Dan sekarang, baru dilihat sekilas saja, dia sudah terlihat tidak akan bisa bahagiain kamu. Kehidupan kamu sama dia jauh berbeda Najelina! Kamu akan menyesal.
NAJELINA
Nggak Kak! Justru aku lebih menyesal kalau aku ninggalin Anggara! Papa sama Kakak pengen kan, Najelina bahagia? Najelina akan bahagia kalau Najelina hidup bersama Anggara, Pa, Kak!
TIRTA
Cukup! Papa nggak mau denger nama Anggara lagi! Mau nggak mau, minggu depan kamu harus menikah dengan Afan!
Tirta membalikan badan lalu berjalan keluar kamar.
NAJELINA
Pa! Aku nggak mau nikah sama Afan, Pa! Aku mau nikah cuma sama Anggara, Pa! Pa, jangan lihat Anggara dari hartanya Pa. Lihat Anggara dari kebaikan dan tanggung jawabnya, Pa. Najelina nggak salah pilih pasangan, Pa!
Najelina mengikuti langkah papanya. Namun Tirta tidak menggubris ucapan Najelina.
FARIZ
Jauhi Anggara dan menikah dengan Afan. (Seraya menutup pintu kamar dengan kencang dan menguncinya dari luar)
NAJELINA
Kak! Najelina nggak mau nikah sama Afan!
Najelina berteriak dari dalam kamar dan mencoba mendobrak pintu.
Fariz berjalan menjauhi kamar Najelina.
FARIZ
Bikin malu aja tuh anak. Keluarga Tirta Wiraja pengusaha terkenal punya mantu anak pemulung. Bikin turun derajat aja. (Lirih)
Cut to :
SCENE 95 : EXT. JEMBATAN — MALAM
CAST : ANGGARA
Ang meluapkan emosinya di jembatan sepi dengan aliran air di bawahnya. Ang menendang pagar jembatan.
ANGGARA
ARRRGGG! Dimana harga diri gue! Dimanaaa! Hilang harga diri gue di depan keluarga Najelina! Gue nyesel udah masuk di keluarga Najelina. Gue nyesel udah jatuh cinta dengan Najelinaaa! Haaah!
ANGGARA
Gue udah bodoh dalam mencintai! Gue bodoh! Harusnya gue nggak usah jatuh cinta dengan Najelina! Gue benci hati gue! Gue benci! Najelina nggak pantes buat lo Anggara! Nggak pantes! Lo siapa? Lo sampah! Lo cuma SAMPAHHH! HAHHH.