Cut to :
SCENE 47 : INT. TEMPAT PENCUCIAN MOBIL — SORE
CAST : NAJELINA DAN KASIR PEREMPUAN
Sore harinya, Najelina berniat ingin mencucikan mobilnya di tempat kerja Jaka. Sudah pasti, Najelina datang ke pencucian mobil itu untuk menemui Jaka dengan alasan mencucikan mobilnya.
Mobil Najelina masuk ke dalam tempat pencucian mobil. Ia turun lalu mendekati karyawan yang berada di tempat kasir.
NAJELINA
Mbak, tolong ya, yang nyuci mobil saya karyawan bernama Jaka. Ada kan?
KASIR
Ada, Mbak. Nanti saya suruh Jaka yang nyuci.
Najelina tersenyum bahagia. Lalu dia beranjak duduk di tempat tunggu dengan senyuman merekah.
Cut to :
SCENE 48 : INT. RUANGAN ALAT CUCI ( — SORE
CAST : ANGGARA DAN KASIR
Di dalam ruangan, Mbak kasir itu memberikan kunci mobil kepada Ang yang sedang membawa botol sabun cuci.
KASIR
Jaka, tolong cuciin mobil di depan yang berwarna merah. Nih kuncinya.
ANGGARA
Iya, Mbak.
Ang kemudian terkejut saat berjalan menuju mobil Najelina. Ia melihat Najelina duduk di kursi tunggu. Ang bingung apa yang harus Ang lakukan.
Cut to :
SCENE 49 : INT. RUANG ISTIRAHAT KARYAWAN — SORE
CAST : ANGGARA
Ang yang saat itu memakai topi dan berseragam biru, kemudian mencari masker dan kaca mata di laci meja. Ang kemudian memakai masker dan berkaca mata hitan.
Cut to :
SCENE 50 : INT. TEMPAT CUCI MOBIL — SORE
CAST : NAJELINA, WISNU (BOS) DAN ANGGARA
Ang berjalan membawa selang dan sabun mendekati mobil Najelina. ia membelakangi Najelina seraya menyemprotkan air ke mobil Najelina.
NAJELINA
Jakaa? (Lirih)
Najelina tersenyum bahagia. Lalu ia berjalan mendekati Ang.
NAJELINA
Jakaa, aku seneng ketemu kamu. Kamu inget aku kan? Aku Najelina.
Ang melirik Najelina seraya tetap sibuk mencuci mobil.
KASIR
Mbak! Jangan di situ! Licin! (Teriak kasir dari tempatnya)
NAJELINA
Oh, iya, Mbak. Maaf!
NAJELINA
Jaka, kamu masih sibuk ya. Aku tunggu kamu sampai selesai ya. Kita nanti ngobrol bareng.
Ang tidak menjawab apa-apa. Ia malah terlihat panik dan gerogi.
Najelina kemudian kembali ke kursi tunggu menyaksikan Ang mencuci mobilnya. Najelina duduk seraya tangannya menopang dagu. Ia senyum-senyum sendiri memperhatikan Ang.
Ang sesekali melirik Najelina.
CLOSE UP : Lirikan mata Ang di balik kaca mata hitamnya.
Fast Motion/gerak cepat : Ang mencuci mobil sampai bersih dan Najelina menopang dagu sambil tersenyum memperhatikan Ang tanpa mengubah posisi.
Setelah selesai mencuci mobil Najelina, Ang kemudian pergi menjauh.
Najelina mengejar Ang dan menghadang Ang dari depan.
NAJELINA
Jaka! Kita ngobrol sebentar yuk. Kamu sering ngirim aku surat yang bikin aku senyum setiap pagi. Masa kamu nggak pengen sih bikin aku senyum saat bertemu sama kamu. Aku pengen kenal sama kamu. Masa kamu nggak pengen kenal sama aku. Kamu niat ya bikin aku seneng terus dikecewain gini.
WISNU
Jaka! Ada mobil baru! Cepat kamu samperin! (Teriak di kejauhan)
Ang mengangguk-angguk.
NAJELINA
Kamu masih sibuk ya? Ya udah kalau gitu, aku kasih kamu sesuatu.
Najelina membuka tasnya lalu mengeluarkan kertas berwarna biru dan bolpoin. Najelina menulis sesuatu di kertas tersebut dan diberikan kepada Ang.
NAJELINA
Nih! Kamu simpen ya biar nggak lupa. Pliss, jangan kecewain aku.
Najelina kemudian berjalan ke kasir untuk menyelesaikan administrasu.
Ang membaca surat tersebut di dalam hati.
Close up : Surat
VO ANGGARA
Lusa kita ketemu di Cafe Amanda jam 10. Aku harap kamu dateng.
Ang menoleh ke arah Najelina yang menyetir mobil untuk pulang. Ang garuk-garuk kepalanya. Ang mulai salah tingkah.
Cut to :
SCENE 51 : EXT. TAMAN — PAGI
CAST : ANGGARA DAN ROY
Keesokan harinya, Ang berkelahi dengan Roy di sebuah taman dekat kampus. Mereka berkelahi melanjutkan masalah balapan yang Roy tidak terima Marcel mengalami kekalahan itu.
Terlihat Roy kalah, ia tersungkur ke tanah dengan wajah memar-memar. Sama seperti Roy, Ang juga terlihat memar-memar di sebelah bibir.
ROY
Awas lo, Ang! Kalau Marcel udah sembuh, Marcel akan hajar lo habis-habisan! (Roy ancam Ang seraya beranjak naik ke motornya)
ANGGARA
Oke, siapa takut! Kalau nggak mau kalah, nggak usah ngajak balapan. Pakek nuduh gue sabotase segala. (Ang tersenyum sinis)
ROY
AWAS LO! (Seraya pergi)
Cut to :
SCENE 52 : EXT. TAMAN — PAGI
CAST : ANGGARA
Ang kemudian berjalan di taman.
VO ANGGARA
Padahal gue ke sini ngikutin Najelina. Malah dihadang Roy. Gue kehilangan jejak Najelina kan jadinya. (Menengok kanan kiri)
Ang terus bejalan lurus ke depan mencari keberadaan Najelina.
Cut to :
SCENE 53 : EXT. TAMAN — PAGI
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Najelina membawa buku sambil bermain handphone, berjalan ke arah keluar taman.
Ang kemudian melihat di kejauhan ada segerombolan preman yang asyik nongkrong di gerbang keluar taman.
CLOSE UP : Preman nongkrong sambil ngobrol di atas motor.
Ang cepat-cepat mengikuti Najelina lalu bersembunyi di balik pohon. Ang kemudian tersenyum mendapat ide agar Najelina tidak keluar taman lewat jalan itu.
Ang kemudian mengeluarkan ular mainan dari dalam saku celananya. Ang melemparkan ular itu ke depan Najelina.
Cut to :
SCENE 54 : EXT. TAMAN — PAGI
CAST : ANGGARA DAN NAJELINA
Prak! (Suara ular mainan jatuh di depan Najelina)
Najelina kaget. Ia kemudian berjalan mundur.
NAJELINA
Astaghfirullah. Ada uler. Nggak mau ah lewat jalan sini. Bahaya, ada ularnya. Takut! (Lirih)
Najelina membalikkan badan lalu berlari menjauhi ular tersebut.
Ang pun tersenyum. Wanita yang dicintainya tidak melewati jalan yang nengarah ke sekumpulan preman itu.
Ang kembali mengikuti Najelina. Lalu Ang menulis sesuatu di selembar kertas biru dan dibentuk pesawat. Lalu pesawat kertas itu diterbangkan ke arah Najelina.
Ang kembali bersembunyi di balik pohon.
Cut to :
SCENE 55 : EXT. TAMAN — PAGI
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Pesawat kertas itu jatuh tepat di depan sepatu Najelina.
CLOSE UP : Pesawat kertas jatuh dan diambil Najelina.
NAJELINA
Pesawat kertas? Jaka?
Najelina menengok kanan kiri. Kemudian Najelina membaca surat biru itu.
NAJELINA
Dear, Najelina. Maafkan aku. Mungkin kamu berfikir aku tidak ingin bertemu dengan kamu kemarin di tempat kerjaku. Kamu salah. Satu yang tidak aku inginkan dari kamu yaitu, jauh dari pandangan mataku. Aku terima ajakan kamu. Besok kita bertemu di Cafe jam 10.
Najelina begitu sangat senang setelah membaca isi surat tersebut.
NAJELINA
Yes! (Lirih seraya tangannya mengepal)
NAJELINA
(Teriak sambil memperhatikan sekitar)
JAKA! AKU TAU KAMU ADA DI SEKITAR SINI! BESOK KITA KETEMU JAM 8! NGGAK JADI JAM 10! AKU PENGEN CEPET-CEPET KETEMU KAMU!
Insert : Ang yang bersembunyi di balik pohon, menahan tawanya saat mengintip Najelina.
Najelina kemudian kembali membaca tulisan Ang yang berada di barisan paling bawah di kertas biru tersebut.
NAJELINA
Selalu jaga diri. Di sekitar taman ada preman. Semoga kamu tetap dalam perlindungan Tuhan. Salam dari J.
Najelina kemudian kembali memperhatikan sekitar. Ia melipat kertas biru tersebut lalu kembali berjalan.
Cut to :
SCENE 56 : EXT. TAMAN (PAGI)
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Saat berada di jalan lainnya, Najelina melihat ada Ang yang duduk di atas motornya yang diparkir di sisi kiri jalan.
NAJELINA
Yaelah, tadi jalannya serem karena ada uler. Sekarang disini jalannya malah makin mistis karena ada Angker. (Sebal)
NAJELINA
Oh, iya, iya. Gue ngerti sekarang. Pasti preman yang dimaksud Jaka itu si Ang. Ternyata Jaka tau kalo si Ang itu resek. Gue harus hati-hati.
Najelina berdo'a terlebih dahulu sebelum mulai berjalan.
Najelina kemudian berjalan cepat di sisi kanan jalan. Wajahnya ia tutup dengan buku agar Ang tidak melihatnya.
ANGGARA
Segitunya kalau ketemu gue. Kebelet BAB ya? (Menahan tawa saat melihat Najelina berjalan terbirit-birit di sampingnya)
Najelina tidak memperdulikan ucapan Ang. Ia terus berjalan cepat ke depan. Dan Najelina tidak menyadari bahwa kertas biru yang dibawanya jatuh tepat di samping Ang.
Ang kemudian turun dari atas motornya lalu mengambil kertas tersebut.
ANGGARA
Kalau buang sampah, jangan sembarangan. Mencemari lingkungan tau nggak sih.
Ang berpura-pura akan membuang kertas itu ke tempat sampah.
Sadar bahwa kertas yang dibawanya tidak ada di tangan, Najelina kemudian cepat-cepat mengarahkan pandangannya ke belakang.
Najelina kemudian berjalan cepat mendekati Ang.
NAJELINA
(Mengambil paksa kertas dari tangan Ang)
Ini bukan sampah! Ini barang berharga gue!
ANGGARA
Cuma kertas aja barang berharga.
NAJELINA
Lo nggak akan pernah tau! Kertas ini sangat berarti di hidup gue! Kertas ini ada sejarahnya! Lo nggak akan pernah tau!
ANGGARA
Ada sejarahnya? Em, kalau matematika, ada nggak?
Najelina menghentakkan kakinya kesal lalu cepat-cepat membalikkan badan dan kembali berjalan menjauhi Ang.
Ang menahan tawanya.
ANGGARA
Yes! Ternyata gue berarti di hidup Jeli.
Ang sangat senang. Ia tersenyum kegirangan.
Ang kemudian membalikkan badannya dan berjalan menjauhi tempat tersebut. Ang kemudian menepuk jidat. Ia baru sadar bahwa motornya lupa dibawa pulang.
ANGGARA
Motor gue.
Ang membalikkan badan dan berjalan ke arah motornya.
Cut to :
SCENE 57 : EXT. DEPAN RUMAH ANG — SORE
CAST : ANGGARA DAN LASTRI
Sore harinya, Ang berada di depan rumahnya. Ia bersama sang nenek sedang memasukkan botol-botol bekas ke dalam karung. Ang kemudian mengangkat dua karung yang berisi botol bekas itu ke atas boncengan sepeda ontel. Lalu diikat dengan tali agar tidak jatuh.
ANGGARA
Jaka ke pabrik dulu ya, Nek. (Beranjak naik sepeda ontel)
LASTRI
Iya, Nak. Hati-hati.
Ang kemudian mengayuh sepedanya menuju ke pabrik pengolahan barang bekas.
Cut to :
SCENE 58 : INT. GUDANG PABRIK — SORE
CAST : ANGGARA DAN FARIZ
Di dalam pabrik, Ang mengantri bersama puluhan orang yang akan menyetorkan barang bekasnya. Ang berdiri di samping karungnya nenunggu giliran karungnya ditimbang.
Di samping Ang, ada Fariz kakak Najelina yang berdiri menyaksikan proses penimbangan barang bekas tersebut. Fariz berdiri dengan tangan sendekap, mengenakan jas dan memakai kacamata hitam. Dan ternyata, pabrik pengolahan barang bekas itu adalah pabrik milik keluarga Najelina. Dan Fariz kakak Najelina adalah pemimpinnya.
Ang tidak pernah tahu bahwa Fariz pemilik pabrik itu adalah kakak Najelina. Dan Fariz juga tidak pernah tahu bahwa lelaki yang mengirimi surat kepada adiknya adalah Jaka, cucu seorang pemulung yang setiap hari menyetorkan barang bekas ke pabriknya.