Cut to :
SCENE 42 : EXT GERBANG RUMAH NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA DAN FARIZ
Keesokan harinya sebelum berangkat ke kampus, Najelina kembali menemukan pesawat kertas di gerbangnya. Dan ia mengambilnya. Lalu Fariz nengambil kertas itu dari tangan Najelina.
FARIZ
Surat apa ini?
Fariz kemudian membuka dan membaca pesawat kertas tersebut.
FARIZ
Dear, Najelina. Ku harap saat kamu membaca surat ini, ada senyuman yang merekah. Ada mata yang terpancar indah. Ada hati yang berbunga-bunga. Salam dari J.
Oh, kamu punya pengagum rahasia?
Najelina kemudian mengambil surat itu dari tangan Fariz.
NAJELINA
Apaan sih! (Mendecak sebal)
Najelina kemudian kembali mengendarai motornya. Dan langsung berangkat ke kampus.
Cut to :
SCENE 43 : EXT. PARKIRAN KAMPUS — PAGI
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Sesampainya di kampus, ternyata parkiran sudah dipenuhi banyak motor. Dan hanya ada satu tempat yang renggang yaitu di samping Ang yang sedang duduk di atas motornya. Najelina tidak ingin motornya diparkir di sebelah Ang. Ia kemudian mondar-mandir mencari tempat parkir yang kosong.
ANGGARA
Kalau mau parkir ya parkir aja kali. Nggak usah mondar-mandir sambil ngitung jumlah kendaraan. (Menyindir sambil merapikan rambutnya di kaca spion)
NAJELINA
Diem lo, Angker!
Kemudian Najelina berusaha menempatkan motornya di celah sempit di antara barisan motor yang terparkir dan terlihat kesulitan.
ANGGARA
Jeli, Jeli. Mau parkir motor apa mau ngantri sembako. Demen banget desak-desakan kek gitu. (Melirik Najelina)
NAJELINA
Apaan sih!
Najelina terus memaksakan motornya masuk ke celah sempit.
ANGGARA
Kasian banget tuh motor. Disiksa sama majikannya.
NAJELINA
Isshh.
ANGGARA
Jel, daripada lo capek-capek nyiksa motor lo. Di samping motor gue kan masih ada tempat yang muat buat motor lo.
NAJELINA
Eh, Angker. Gue nggak mau ya motor gue deket-deket sama motor lo. Gue takut motor lo bakal ngajak berantem motor gue!
ANGGARA
Hahaha, Jel, Jel. Jaga diri ya jaga diri. Tapi ya jangan stres juga kali. Mana ada motor ngajak berantem motor.
NAJELINA
Kalau pemiliknya jiwa preman, motornya juga jiwa preman!
ANGGARA
Beneran nggak mau parkir di sini? Lihat tuh semua motor rapi. Cuma motor lo yang melampaui batas!
Camera : menyorot ke barisan motor yang terparkir rapi.
NAJELINA
(Menghela nafas sambil meniup poninya)
Oke, gue bakal parkir motor gue di situ. Asal lo pergi dari tempat semedi lo!
ANGGARA
Oke!
Ang kemudian turun dari atas motor. Lalu melangkah menjauh. Lalu Najelina menuntun motornya dan diparkir di samping motor Ang.
NAJELINA
Jaga diri baik-baik ya cupi. (Pesan Najelina kepada motor scoopy-nya)
Najelina kemudian mengambil banner yang berdiri di parkiran dan di letakkan di samping motornya untuk membatasi motornya dengan motor Ang.
Ang berdiri di belakang Najelina.
ANGGARA
Kasian motor gue. Nggak bisa deket-deket sama motor cewek.
Najelina terpelonjak kaget saat menghadap ke belakang karena Ang berdiri sangat dekat dengannya. Najelina menepuk dadanya cepat lalu berlari ketakutan.
Cut to :
SCENE 44 : INT. KELAS — PAGI
CAST : SEMUA MAHASISWA/I
Proses belajar mengajar mata kuliah di setiap kelas bersama sang dosen.
Cut to :
SCENE 45 : INT. KELAS NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA, ALVI DAN SANDRA
Najelina, Alvi dan Sandra duduk di kursi masing-masing. Kursi mereka sejajar dan Najelina berada di tengah.
NAJELINA
Gue udah tau nama Jey dan rumahnya. (Tersenyum membayangkan sambil menopang dagu)
Alvi dan Sandra merapikan buku kemudian menoleh ke Najelina.
ALVI
Serius? Siapa namanya?
NAJELINA
Jakaaa. (Senyuman merekah)
SANDRA
Jaka Tarub?
NAJELINA
Jaka aja. Itu nama panggilannya. Kalau nama lengkapnya nggak tau sih.
ALVI
Rumahnya di mana?
NAJELINA
Rumahnya di kampung Sukamaju.
SANDRA
Jauh amat, Naj. Terus lo udah ketemu Jey lagi?
NAJELINA
Belum, San. Kemarin gue dateng, dia nggak di rumah. Gue ketemu neneknya aja.
ALVI
Lo kok bisa tau rumahnya. Pakek petunjuk apa?
NAJELINA
Sarung, hahaha. Kemarin gue lihat sarungnya Jey dijemur di rumah itu.
SANDRA
Gue kok ikut penasaran sih sama sih Jey.
NAJELINA
Apalagi gue yang jatuh cinta ini. Oh ya, tadi pagi dia ngasih surat lagi.
Najelina kemudian membuka tasnya dan mengeluarkan kertas biru untuk diperlihatkan kepada dua sahabatnya itu.
Cut to :
SCENE 46 : INT. KELAS ANG — PAGI
CAST : ANGGARA, ANREZ DAN RIAN
Mereka bertiga duduk di kursi masing-masing.
ANREZ
Lo masih suka ngasih surat ke Najelina, Ang?
ANGGARA
Masih dong. Gue tetep terus bikin dia tersenyum dengan cara ngasih surat itu. Gue cuma bisa kasih perhatian kek gitu ke Najelina. Ngasih barang-barang bagus gue juga nggak mampu.
RIAN
Lo jagain Najelina dari kejauhan itu udah sama dengan lo ngasih perhatian berharga, Ang.
ANREZ
Iya, Ang. Lo semangat aja buat lindungi Najelina.
RIAN
Berarti lo setiap pagi ke rumahnya Najelina dong. Buat naruh surat itu?
ANGGARA
Iya. Biar dia baca sebelum berangkat kuliah. Gue ngasih perhatian kek gitu biar hatinya selalu seneng. Biar dia nggak trauma sama kejadian malam itu. Gue tau, kalau setelah kejadian itu gue nggak hibur dia pakek kata-kata di kertas itu, pasti hari-harinya sedih banget. Pasti dia trauma dan fikiran terus. Gue tau dia sangat ketakutan setelah kejadian itu. Gue bisa rasain. Pas gue gendong, badannya dingin dan gemetar. Gue kasihan banget sama dia. Gue pengen selalu ada di sampingnya pas dia merasa ketakutan. Gue berusaha buat dia tersenyum.
FLASH BACK TO : Ang memegang lengan tangan Najelina dan mengajaknya keluar dari rumah kosong. Ang memperhatikan tubuh Najelina yang gemetar ketakutan.
Cut back to :
ANREZ
Lo mestinya jujur aja sama Najelina, Ang. Kalau lo itu Je yang nolongin Najelina.
RIAN
Iya, Ang. Biar lo nggak terus-terusan sembunyi-sembunyi kek gini.
ANGGARA
Gue belum siap. Gue butuh waktu buat ungkapin semua. Soalnya yang dia tahu itu Je bukan Ang. Gue takut dia nggak nerima gue sebagai Jaka. Untuk saat ini gue jaga dia secara sembunyi-sembunyi aja. Gue pengen lihat dia seneng sebelum dia kaget kalau Je itu gue.
ANREZ
Gue yakin, kalau Najelina tau ketulusan hati lo, dia pasti cinta sama lo.
Ang tersenyum.