Cut to :
SCENE 25 : INT. RUANG DOSEN — SIANG
CAST : ANGGARA DAN PAK BAMBANG (dosen)
Saat jam istirahat, Ang dipanggil Pak Bambang untuk membicarakan sesuatu. Ang masuk ke ruangan Pak Bambang dan duduk di depan Pak Bambang.
BAMBANG
Anggara, kamu habis berantem lagi? Muka kamu memar-memar, (Bambang memperhatikan wajah Ang)
ANGGARA
Iya, Pak, (Ang menunduk)
Pak Bambang geleng-geleng kepala.
BAMBANG
Soal nilai, memang nilai kuliah kamu bagus. Tapi Bapak nggak suka sama kelakuan kamu, Anggara. Tidak di luar tidak di dalam kampus kamu pasti berantem. Apa sih yang kamu inginkan dari perkelahian? Malah itu membuat badan kamu rusak, Anggara. Jangan diulangi lagi ya.
ANGGARA
Iya, Pak.
BAMBANG
Oke, Bapak nyuruh kamu ke sini bukan karena itu saja. Yang Bapak tanyakan sekarang masalah uang semester. Uang semester kamu harus dilunasi. Bentar lagi kamu skripsi terus wisuda. Uang semester yang kamu bayar kemarin belum cukup buat lunasi uang semester yang nunggak lama itu.
ANGGARA
Maaf, Pak. Saya belum ada uangnya. Saya akan berusaha bayar uang semester secepatnya.
BAMBANG
Harus itu. Bapak kasih waktu satu bulan lagi. Kamu harus lunasi uang semester itu. Ya udah kalau gitu, kamu bisa masuk kelas.
Pak Bambang berdiri dan keluar ruangan.
Ang tampak kebingungan di tempat.
VO ANGGARA
Gimana nih. Gue dapet uang dari mana lagi. Masa gue harus balapan lagi biar bisa bayar uang semester? Uang balapan kemarin belum cukup buat bayar tunggakan semesteran gue. Gaji nyuci mobil juga nggak seberapa. Uang Nenek juga nggak mungkin cukup. Buat makan sehari-hari aja masih kurang-kurang. Apa gue berhenti kuliah aja ya. (dalam hati)
Kemudian Ang keluar dari dalam ruangan tersebut.
Cut to :
SCENE 26 : INT. KORIDOR KAMPUS — SIANG
CAST : ANGGARA DAN ROY
Saat Ang berjalan menuju kelasnya, tiba-tiba ia dihadang oleh Roy.
ROY
Ang, gue nggak terima ya lo kemaren menang balapan. Gue yakin lo pasti main curang kan?
ANGGARA
Curang? Ngapain gue curang? Temen lo kalah ya emang kalah. Nggak usah nuduh gue curang.
Ang kemudian melangkah ke depan tidak menggubris Roy. Roy kemudian menepuk bahu Ang dan menatap tajam.
ROY
Lo pasti sabotase motor Marcel kan? Sampai dia jatuh, biar lo yang menang. Iya kan! (Membentak)
ANGGARA
Jaga mulut lo. Lo nggak usah nuduh sembarangan. Enak aja nuduh gue sabotase. Kalau geng motor lo kalah ya kalah aja,
Ang kembali berjalan. Roy kemudian menonjok pipi Ang hingga hampir terjatuh.
ANGGARA
Apa-apaan lo! (Memegang pipi)
ROY
Gue nggak terima ya lo menang. Lo nggak usah jadi jagoan!
Roy menonjok perut Ang. Ang pun tak mau kalah. Ia melawan Roy dengan sekuat tenaga. Mereka kemudian berkelahi saling adu jotos di koridor kampus.
Insert : Semua mahasiwa satu persatu menyaksikan perkelahian tersebut. Tidak ada yang berani melerai karena kedua cowok itu terkenal jago berkelahi. Mereka takut terkena pukulan jika melerai perkelahian tersebut.
Cut to :
SCENE 27 : INT. KORIDOR KAMPUS — SIANG
CAST : NAJELINA, ALVI, SANDRA, DAN BAMBANG
Najelina dan kedua sahabatnya lewat di belakang para mahasiswa lain untuk ikut menyaksikan perkelahian itu.
SANDRA
Ya ampun, Ang. Udah bonyok makin bonyok lagi,
NAJELINA
Namanya juga preman. Kalau nggak berantem, ya godain cewek.
ALVI
Nggak ada yang pisahin apa? Kasihan mereka kalau dibiarin gitu.
SANDRA
Nggak ada yang berani misahin, Vi. Takut kena imbasnya,
Pak Bambang datang.
BAMBANG
STOP! ANG, ROY BERHENTI! KALAU NGGAK! KALIAN AKAN DIKELUARKAN DARI KAMPUS INI! (teriak)
Ang dan Roy kemudian berhenti. Kedua muka mereka babak belur.
BAMBANG
KALIAN BERDUA IKUT BAPAK! CEPAT!
Pak Bambang kemudian mengajak mereka berdua.
Cut to :
SCENE 28 : EXT. LAPANGAN KAMPUS — SIANG
CAST : ANG, ROY, NAJELINA, SANDRA DAN ALVI
Ang dan Roy dihukum di tengah lapangan. Mereka melipat kedua tangannya lalu menjewer telinganya sendiri. Mereka berdua berdiri di tengah lapangan menjadi pusat perhatian semua mahasiswa.
Ang melirik Najelina yang berjalan bersama kedua sahabatnya.
ALVI
Eh Naj, diperhatiin Ang itu loh,
NAJELINA
Ih, nggak! Serem mukanya. (Bergidik ngeri lalu memalingkan muka)
Sandra menahan tawa.
Cut to :
SCENE 29 : INT. RUANG UKK — SIANG
CAST : ANG, ANREZ DAN RIAN
Setelah hukuman Ang berakhir, Ang dan dua temannya duduk di ruang UKK (Unit Kesehatan Kampus). Anrez dan Rian membawa kapas dan obat luka untuk Ang.
ANREZ
Lo ngapain sih, berantem sama Roy. Ada masalah apa lo sama dia, (Berjalan lalu duduk menyerahkan kapas dan obat luka)
ANGGARA
Dia nonjok gue duluan tadi. Dia nggak terima gue ngalahin Marcel pas balapan minggu lalu, (Ang mengobati lukanya)
ANREZ
Lagian lo sih. Ikut balapan terus.
ANGGARA
Gue butuh uang, Rez. Buat bayar uang semester gue.
RIAN
Tapi kan, kalau lawan lo sejenis Roy atau Marcel, lo bakal diusik terus. Mereka kan dendaman.
ANREZ
Emang gaji nyuci mobil nggak cukup?
ANGGARA
Nggak, Rez. Kayaknya gue berhenti kuliah aja deh. Gue nggak mampu bayar uang semester.
RIAN
Jakaa, Jakaa. Nanggung kali kalo lo berhenti kuliah. Bentar lagi skripsi. Kita bertiga kan pejuang skripsi. Masa belum berjuang udah out duluan. Semangaatt, pejuang skripsi, Men. Pejuang skripsi. Inget, lo kan pengen bahagiain keluarga lo.
Anggara mengingat.
Dissolve to flash back :
SCENE 30 : INT. KAMAR TIDUR ANG — MALAM
CAST : ANGGARA DAN LASTRI
Anggara belajar di meja belajarnya dengan serius. Setelah belajar, Ang meraih bingkai foto dirinya bersama kedua orang tua saat masih kecil.
ANGGARA
Pak, Bu, yang tenang ya di alam sana. Jaka janji akan bahagiain Nenek. Do'ain Jaka ya Pak, Bu. Sampaikan kepada Allah, Jaka pengen jadi sarjana. Biar Bapak, Ibu dan Nenek bangga. (Ang mencium bingkai foto)
Insert : Lastri (Nenek Anggara) tersenyum melihat Anggara.
Cut Back To SCENE 29
ANGGARA
Jangan panggil gue Jaka kalau di kampus, Rian,
RIAN
Oh iya ya. Jaka kan nama lo di kampung. Kalau di kampus namanya Ang, cowok badboy yang hobinya nonjok orang, hahaha.
ANGGARA
Gue nggak bakal nonjok kalau orang itu nggak mulai duluan.
RIAN
Tapi kalo lo gini terus, lo nyiksa diri lo sendiri, Ang. Lo bakal babak belur terus. Mending lo Jadi Jaka aja. Ramah dan baik hati kayak di rumah. Sampai kapan lo jadi badboy, Ang?
ANREZ
Iya, Ang. Mending lo berhenti yang namanya berantem. Lo nggak usah bales kalau ada yang minta berantem.
ANGGARA
Kalau gue nggak ngelawan, gue bakal ditindas terus. Gue di kampung sering dihina, dicaci karena gue miskin. Gue dan Nenek udah cukup sabar. Tapi kalau ada yang nyakitin gue pakek fisik. Gue nggak bakal tinggal diam.
ANREZ
Iya juga sih. Lah terus tadi pagi gue lihat muka lo bonyok sebelum lo berantem sama Roy. Lo berantem sama siapa lagi?
RIAN
Iya Ang. Muka lo kayak habis ditonjok. Lo berantem sama siapa? Sama preman yang suka malak di kampung lo?
ANGGARA
Gue tadi malem habis nyelametin cewek dari prenan bangsat! (Kesal)
RIAN
Nyelametin cewek?
ANREZ
Di mana? (Penasaran)
ANGGARA
Lo berdua jangan bilang siapa-siapa. Gue tadi malem lihat ada dua preman yang memaksa cewek buat masuk ke dalam rumah kosong. Gue nggak bakal biarin cewek itu diapa-apain sama preman bangsat itu. Gue beranikan diri gue buat nyelametin cewek itu. Cewek itu tangannya diiket terus mulutnya dibungkam terus dipaksa tidur di kasur, Rez, Yan. Gue pukul tuh preman pake kayu. Terus dia bales. Gue berusaha buat lawan dia. Jadinya gue babak belur kayak gini. Untung aja gue bisa kalahin mereka. Gue bisa nyelametin tuh cewek. (Dissolve to flash back scene 7 and 8)
ANREZ
Hebat lo, Ang. Lo dateng tepat waktu kan? Cewek itu belum diapa-apain kan?
Gue nggak mau itu terjadi, Rez. Untung gue dateng tepat waktu. Dan cewek itu selamat.
RIAN
Untung aja. (Lega))
ANGGARA
Dari kejadian itu gue jatuh cinta Rez, Yan. Sama cewek itu.
ANREZ
Ha? Lo jatuh cinta sama cewek itu? Kok bisa? Lo kan nggak kenal sama cewek itu. (Kaget)
RIAN
Dari ribuan cewek yang ngejar-ngejar lo di kampus. Dan lo jutek parah, sekarang lo jatuh cinta sama cewek yang baru lo kenal?
ANGGARA
Dia cewek kampus sini juga.
ANREZ
Serius? Yang dibegal preman tadi malem cewek di kampus kita?
RIAN
Siapa, Ang?
ANGGARA
Najelina.
ANREZ
Najelina? (Terkejut)
Anggara menempelkan jari telunjuk di bibirnya agar Anrez tidak berbicara kencang lagi.
RIAN
Jadi, tadi malem lo nyelametin Najelina? Lah terus kok bisa Najelina ketemu sama preman brengsek itu?
ANGGARA
Gue juga nggak tau kenapa Najelina bisa dibawa preman. Tapi malem itu dia pake gaun. Kayaknya dia habis dari partynya Amanda deh. Soalnya tadi malem kan ada party di cafenya Amanda tema disney gitu.
RIAN
Oh iya. Tadi malem Amanda ngadain party.
ANREZ
Dan sekarang lo jatuh cinta sama Najelina? Najelina anak orang kaya, Men. Lo lupa sama prinsip lo. Kata lo, lo nggak mau cari pacar bagaikan langit dan bumi? Lo pengennya punya pacar bagaikan bulan dan bintang? Sejajar sama kehidupan lo. Nah sekarang lo malah seleranya tinggi banget.
ANGGARA
Iya, emang gue nggak mau punya pacar anak orang kaya. Nggak sebanding sama gue yang miskin ini. Tapi, sejak kejadian itu, gue nggak bisa tidur. Kepikiran Najelina terus. Gue takut Najelina ngalamin kejadian kayak gitu lagi. Gue pengen jagain Najelina Rez, Yan. Gue lihat dari wajahnya, ada trauma yang mendalam di dirinya. Gue pengen jadi seseorang yang bisa lindungi Najelina. Gue jatuh cinta sama dia Rez, Yan.
ANREZ
Gue ngerti perasaan lo. Gue cuma bisa doain lo. Semoga cinta lo ke Najelina tersampaikan. Tapi, Najelina nggak kaget lo tolongin? Secara, dia kan benci banget sama lo.
ANGGARA
Muka gue, gue tutup sarung Rez. Biar Najelina nggak tau kalau yang nyelametin dia itu gue. Gue takut dia kabur liat gue. Gue pengen dia tenang pas gue tolongin. Makanya gue nggak mau buka sarung gue. Dan gue nggak bakal kasih tau ke dia kalau gue yang nyelametin dia. Gue belum siap. Gue belum siap kalau gue bakal ditolak sama Najelina kalau dia tau gue suka sama dia. Gue mau jadi penjaga rahasia Najelina. Kalau bisa gue bakal ikutin kemana dia pergi biar gue bisa lindungi dia tanpa dia ketahui.
Rian menepuk bahu Ang.
RIAN
Temen gue nih. Cowok badboy. Sekali jatuh cinta, cintanya sebesar dunia.
ANREZ
Semangat, Bro. Semoga Najelina juga cinta sama lo.
RIAN
Dan lo Ang, kalau lagi jagain Najelina dari belakang hati-hati. Jangan sampai ketahuan. Lo bisa-bisa ditimpuk sama Najelina. Lo kan sasaran high heels-nya dia, hahaha.
ANREZ
Betul itu, hahaha.
Dissolve to flash back :
SCENE 31 : EXT. TAMAN — SORE
CAST : NAJELINA, ALVI, SANDRA, ANG, ANREZ DAN RIAN
Najelina duduk di taman dekat kampus sedang nongkrong bersama Alvi dan Sandra. Najelina sibuk mengoles bibirnya dengan lipstik seraya membawa cermin kecil sedangkan Alvi dan Sandra bermain ponsel.
Ang berjalan di kejauhan bersama Anrez dan Rian. Ang melirik Najelina. Sadar bahwa ada yang meliriknya, Najelina reflek menoleh ke arah Ang dan polesan lipstiknya sampai ke pipi. Ang menahan tawa lalau Najelina melempar high heelsnya ke arah Ang.
Cut to :
SCENE 32 : INT. KELAS NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA, ANG, RIAN DAN ANREZ
Najelina sibuk membaca buku di kelas. Tanpa menoleh, Najelina tahu dari kaca jendela bahwa Ang sedang meliriknya saat berjalan di teras kelasnya. Saat berjalan di depan pintu kelas, Najelina melepas sepatu dan dilemparkan ke arah Ang. Di kejauhan, Anrez dan Rian tertawa terbahak-bahak.
Cut back to SCENE 29
Ang menghela nafas.
Cut to :
SCENE 33 : INT. KELAS — SORE
CAST : SEMUA MAHASISWA/I
Semua mahasiswa/i di kelas Ang dan di kelas Najelina antusias mengikuti mata kuliah yang diajarkan dosen masing-masing.