FADE IN
SCENE 13 : EXT. DEPAN GERBANG NAJELINA — MALAM
CAST : NAJELINA DAN ANGGARA
Establish to : Rumah mewah bak istana dengan lantai tiga itu adalah rumah Najelina.
Najelina tinggal bersama kedua orang tuanya dan satu kakak laki-laki. Keluarga Najelina adalah keluarga pengusaha kaya raya. Orang tua Najelina mempunyai beberapa pabrik di Jakarta.
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya taksi yang mengantarkan Najelina sampai di depan gerbang. Najelina turun lalu taksi pergi.
Insert : Anggara naik motor memakai helm sedang memperhatikan Najelina dari kejauhan. Lalu kembali pulang.
Najelina kemudian membuka gerbang rumahnya dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Cut to :
SCENE 14 : INT. RUANG TAMU NAJELINA — MALAM
CAST : NAJELINA, SAFIRA, TIRTA DAN FARIZ
Tirta, Safira, dan Fariz duduk di sofa menunggu kedatangan Najelina dengan wajah panik. Najelina masuk ke dalam rumah dan berhenti di tengah pintu lalu Safira menghampiri.
SAFIRA
Najelinaa, kamu dari mana saja, Sayang. Mama khawatir.
TIRTA
Kita semua khawatir, Nak. Kamu belum pulang-pulang dari party.
FARIZ
Kamu ke mana aja sih, Naj! Kakak nyariin kamu di cafe. Kamunya nggak ada! Udah Kakak bilangin, kalau belum dijemput, nggak usah kelayapan! Tunggu aja sampai Kakak datang! (Tegas)
NAJELINA
Kakak jangan salahin aku. Kakak sendiri ke mana aja. Aku nunggu satu jam di depan cafe. Kenapa Kakak nggak dateng-dateng?" (Kesal)
FARIZ
Oke, Kakak salah. Kakak lupa kalau malam ini kamu ada party. Kakak sibuk di pabrik.
Najelina mendecak kesal.
SAFIRA
Udah-udah. Yang penting kamu udah pulang. Tapi Sayang, rambut kamu acak-acakan. Mata kamu sembab. Kamu habis nangis? (Safira membelai rambut dan mata Najelina)
VO NAJELINA
Mama, Papa sama Kak Fariz nggak boleh tau kejadian tadi. Aku malu bilangnya. Yang penting aku udah selamat. Dan aku nggak mau kejadian itu terulang lagi. (Panik)
Oh, rambut Najelina ini berantakan karena tadi pas nyari taksi kena angin, Ma. Dan mata Najelina sembab karena Najelina emang nangis karena Kak Fariz nggak jemput-jemput Najelina, Ma.
Fariz tampak merasa bersalah.
TIRTA
Beneran, Nak? Lain kali, jangan lupa bawa handphone ya. Biar kamu bisa hubungi Kakak kamu.
NAJELINA
"Iya, Pa."
Najelina mandi dulu ya, Pa, Ma, Kak. (Lalu berjalan ke lantai atas)
Cut to :
SCENE 15 : INT. KAMAR TIDUR NAJELINAA — MALAM
CAST : NAJELINA
Najelina selesai mandi, memakai baju tidur lalu duduk di kasurnya. Ia membuka kertas biru.
Flash Back : Anggara menerbangkan surat itu ke arah Najelina.
NAJELINA
Aku penasaran sama cowok tadi. Namanya Je. Je siapa ya. Di mana ya rumahnya. Aku penasaran sama wajahnya. Dia baik banget. Kayaknya dia tipe cowok romantis seperti yang aku inginkan. Dia kasih pesan ke aku lewat pesawat kertas, so sweet banget. Aku harus cari tau siapa Je itu. Jey, aku panggil dia Jey. Aku berharap kita bisa bertemu lagi, Jey. (Najelina tersenyum membayangkan seraya memeluk kertas biru)
Najelina mematikan lampu belajar lalu tidur.
Cut to :
SCENE 16 : EXT. HALAMAN RUMAH NAJELINA — PAGI
CAST : NAJELINA
Keesokan harinya, perempuan yang anggun selalu memakai dress setiap hari itu, kemudian bersiap-siap menuju kampusnya. Najelina memakai helm dan kemudian mengendarai motornya. Saat Najelina melaju ke arah gerbang rumahnya, Najelina kemudian turun untuk membuka gerbang. Saat mendorong gerbang, Najelina melihat ada pesawat kertas biru yang diselipkan di pagar besinya.
NAJELINA
Kok bisa ada kertas nyangkut di pagar, sih?
Najelina kemudian mendekati kertas tersebut.
NAJELINA
Pesawat kertas? Jey?
Najelina kemudian mengambil dan membuka kertas tersebut lalu membacanya.
NAJELINA
Terima kasih Najelina, kamu sudah membaca surat ini. Aku tau, kamu sekarang sedang menunduk ketika membaca surat ini. Tapi suatu saat jika kamu membaca isi hatiku, aku yakin kamu tidak akan menunduk. Tapi bersandar, di bahuku. Surat ini aku buat hanya untuk kamu, Najelina. Pemilik senyum termanis yang pernah aku lihat. Dan semoga surat ini sukses membuat senyum termanis itu merekah sepanjang hari. Najelina, semoga kamu hari ini selalu terjaga. Bukan hari ini saja. Tapi setiap hari, setiap detik dan setiap menit. Dan itu adalah do'aku. Aku akan berusaha menjagamu dari jauh. Salam dari J.
Najelina senyum-senyum sendiri.
NAJELINA
Jey? Jey ngasih aku pesawat kertas lagi. Dan isinya so sweet banget. Dia tau rumahku? Jangan-jangan tadi malam Jey ngikutin aku dari belakang buat jagain aku? Emmm, Jeyyy. (Najelina memeluk kertas tersebut dan matanya berbinar-binar bahagia)
Najelina kemudian melihat jam tangannya.
NAJELINA
Masih pagi! Masih ada waktu buat aku pergi ke perkampungan deket rumah kosong itu. Aku akan cari di mana rumah Jey. Pasti rumahnya di sekitar situ. Sampai ke ujung dunia pun, aku akan mencari keberadaan Jey!
Najelina kemudian mengendarai motornya dan melaju ke arah perkampungan dekat rumah kosong itu. Najelia ingin mencari keberadaan Jey.
Cut to :
SCENE 17 : EXT. JALAN MASUK KAMPUNG — PAGI
CAST : NAJELINA
Insert : Pengendara motor berlalu lalang di jalan masuk kampung.
Sesampainya di depan jalan masuk menuju rumah kosong itu, Najelina berhenti sebentar. Ia memastikan jalanan ramai dan tidak sepi.
NAJELINA
Alhamdulillah, jalannya ramai. Aku nggak takut buat lewat di depan rumah kosong itu.
Najelina kemudian melanjutkan perjalanannya. Saat lewat di depan rumah kosong tempat ia dibegal tadi malam, Najelina tampak ketakutan. Ia hanya melirik tidak berani melihat rumah kosong itu.
Cut to :
SCENE 18 : EXT. JALAN KAMPUNG — PAGI
CAST : NAJELINA DAN PENJUAL CILOK
Beberapa menit kemudian, Najelina masuk ke dalam sebuah perkampungan padat penduduk. Perkampungan tersebut mayoritas warganya adalah kalangan menengah ke bawah. Kebanyakan warganya bekerja sebagai pengamen, pedagang, pemulung dan pekerja kuli bangunan. Nama perkampungan tersebut adalah Kampung Sukamaju.
Najelina memberhentikan motornya di depan abang-abang penjual cilok. Najelina turun dari atas motornya lalu menghampiri penjual cilok tersebut untuk bertanya.
NAJELINA
Bang, mau tanya sebentar.
PENJUAL CILOK :
Iya Mbak, mau tanya apa?
Abang asli orang sini?
PENJUAL CILOK
Iya, Mbak. Kenapa?
NAJELINA
Cowok di sini ada nggak yang nama depannya J?
PENJUAL CILOK
J? Ada banyak, Mbak.
NAJELINA
Banyak? Siapa aja, Bang?
PENJUAL CILOK
Jarwo, Junadi, Jumali, Juwari, Jaenal, Joko, Jaka, Jamal, Jaeinudin, Jaelani, Jaelangk- (Membukam mulut agar tidak berkata Jaelangkung)
NAJELINA
Banyak banget ya, Bang.
Najelina berfikir sejenak.
NAJELINA
Diantara J itu yang punya sarung batik, siapa, Bang?
PENJUAL CILOK
Sarung batik? Wah, saya nggak merhatiin, Mbak. Sepertinya yang punya sarung batik banyak deh, Mbak. Emang ada perlu apa sih, Mbak?
NAJELINA
Hehe, nggak apa-apa kok, Bang. Terima kasih ya, Bang. Kalo gitu saya permisi dulu.
PENJUAL CILOK
Iya, Mbak.
Najelina kemudian kembali mengendarai motor dan memutar balik arah. Najelina kemudian melaju dengan cepat.
Cut to :
SCENE 19 : EXT. PERTIGAAN JALAN — PAGI
CAST : NAJELINA
Najelina berhenti di pertigaan jalan raya menunggu kendaraan renggang untuk menyebrang.
NAJELINA
Gimana nih. Aku pengen ketemu sama Jey. Tapi aku nggak tau harus gimana lagi. Aku nggak punya petunjuk lagi selain inisial dan sarung. Semoga besok aku bisa menemukan Jey. Harus bisa!
Najelina melaju ke jalanan menuju kampus.