INT. APARTMENT RANDU - PAGI
CAST; RANDU, AKAN
FADE IN
Randu duduk di sudut tempat tidurnya. Beberapa saat kemudian Randu mengangkat telepon.
RANDU
Pagi. 7.18, 35,8., 70 , 150/80
Randu Menutup telpon.
Randu duduk di sebuah kursi di salah satu bagian kamarnya. Di depan tempat duduknya terdapat sebuah meja. di meja itu sebuah gelas kecil berdampingan dengan sebotol minuman, juga sekotak rokok dan korek.
Berbeda dengan Randu biasanya, tampilan Randu terlihat sayu, dengan rambut yang berantakan. Randu berdiam memperhatikan gelas dan botol itu dengan tatapan kosong.
Perlahan Randu mengambil korek. Memantik dan membiarkannya menyala beberapa saat.
Randu (VO)
Aku kembali ke ruang ini. Kunyalakan sebuah cahaya di ujung pemantik. Menerangkan ruangku beberapa detik.
Randu kemudian mengambil kotak rokok, mengeluarkan sebatang rokok dan membakarnya. Menghisap dalam-dalam. lalu meniupkan asapnya ke atas langit-langit kamar.
Randu (VO)
Kuhirup pelan memenuhi dada. Kutiupkan membumbung ke udara.
Setelah menghisap rokok, Tampak ekspresi wajah Randu yang bersahaja dan tenang.
Randu
Ruangan ini sudah cukup bosan. Kamu dan aku memuakkannya dengan beragam dosa, berharap riang yang tidak pernah tiba.
Randu (VO)
Lalu kami bernostalgia dengan gelas kecil setengah isi. Kubuat dia jadi seperempat isi. Lalu dipenuhkan lagi. Begitu seterusnya. Tidak kunjung selesai hingga pagi.
Randu berulang kali menuangkan minuman dari botol ke gelasnya, meminumnya terus dan terus. Sambil sesekali dia terlihat tertawa, menangis, menasehati, mengangguk angguk, berteriak dan berdiam. Terus saja ekspresi ekspresi itu bergantian.
Akan
Aku selalu suka saat tidak ada yang lain di sekitar. Kita punya waktu untuk saling bertukar pendapat, aku berkelakar, kamu berpikir padat. Seringkali tawaku pecah melihat apa yang kita alami. Disaat itu pula marahmu memuncak mengingat mimpi yang belum kita capai. Aku takut kamu meradang.
Randu
Aku gak mau kamu lalai.
Akan
Itu yang selalu ingin aku tahu. Kenapa kamu bisa sabar ke semua orang dan semua hal? Tapi tidak kepadaku?. Kamu bisa memakiku. Meneriakiku. Membuatku menangis. Aku merasa kita tidak pernah bertemu lagi semenjak aku belajar tentang kamu. Aku merasa kita tidak saling mendengar lagi semenjak aku tahu arah pikiranmu. Saat kita saling mengerti, semakin jauh kamu pergi. Lalu kita membuatnya semakin menyepi. Sendiri di sudut ruang, berpikir "sedang apa aku disini". Satu hal yang kuyakini. Hanya kamu yang akan datang saat semua tidak peduli.
CUT TO
EXT. ROOFTOP — MALAM
Cast: RANDU, CHATA
FADE IN
Randu duduk sendirian di rooftop sebuah gedung. Di depan Randu ada 2 cangkir dan sekotak rokok.
Diambilnya sebuah kertas dan pensil dari dalam tas yang ia bawa.
Tangannya bergetar menulis kata-kata di buku catatan itu.
"Tolong."
Berulang kali Randu tuliskan kata itu hingga memenuhi satu halaman penuh.
Randu melihat ke arah langit. Nampak suasana malam yang cerah dengan bintang-bintang. Randu tersenyum.
Chata datang menghampiri Randu.
Randu segera menutup buku tulisnya.
CHATA
Kamu sendirian?
Randu
Maksudmu? Iya lah aku sendiri. Tempat ini selalu cuma buat aku sama kamu.
Randu menjawab pertanyaan Chata dengan raut muka heran.
Chata
Syukurlah, lupain aja.
Chata duduk di depan Randu
Chata
Kamu kayaknya lagi seneng banget.
Randu
Oh ya? Kelihatannya gitu?
Chata
Raut muka ceria gitu loh yang aku tangkep.
Randu
Aku berhenti kerja.
Chata
Apa?
Randu
Iya aku berhenti kerja.
Chata
Gila kamu, kerjaannya nyiksa kamu atau gimana? Kok kamu senang berhenti?
Randu
Aku suka pekerjaanku. Tapi menyukai bukan berarti harus terus bersama kan?. Kamu tahu aku butuh waktu sedikit lengang. Itulah yang kusepakati dengan Mas Daud. Aku perlu mengontrol ini semua.
Chata mengangguk mengerti.
Chata
Semoga berhasil, Randu.
Randu
Semoga.
Sejenak mereka berdua menikmati minuman masing-masing, Chata dengan kopinya, Randu dengan teh tanpa gula dan rokok yang baru saja dibakarnya. Lalu mereka berdua ngobrol, berbagi cerita, tertawa, sesekali terlihat berdiam, menatap jauh (menatap malam)
Chata
Eh Minggu depan aku mau kenalin seseorang ke kamu.
Randu sedikit terkejut.
Randu
Layak gak nih? Jangan cuma buang-buang waktuku aja ya.
Ekspresi Randu terlihat malas
Chata
Nah justru itu, kamu yang nilai dia layak atau nggak. Yah, please.
Randu
Hmm. Ok. Tapi jangan otak-otak bocah gitu lagi yang kamu kenalin.
Chata
Kali ini beda.
Randu
Kalau komparasinya aku, harusnya standardnya udah bagus banget dong. Cari yang bener dikit lah.
Chata
Lihat aja Minggu depan ya. Tapi please kali ini kamu harus perhatikan dia bener-bener. Kamu harus baca orang ini.
Randu
Tadi kayaknya kamu yakin dia beda.
Chata
Justru karena bedanya dia ini yang bikin aku ngerasa ada yang ganjil.
Chata nampak serius kali ini.
Randu
I'll do my best!
Chata
Ok sampe ketemu Minggu depan ya, jelek!
Chata menutup pembicaraan mereka, mencium pipi kanan Randu, kemudian pergi.
FADE OUT