9. #9

INT. GEDUNG KEBUDAYAAN - DAY

Feli berada di panggung, berperan sebagai tokoh utama. Di kursi penonton, Tiana menyaksikan dengan bangga.

Sebuah pesan masuk dari Wira: Malam ini saya jemput ya di toko.

Tiana membalas: Iyaa.

Tiana melanjutkan kembali menonton. Pementasan selesai.

Terdengar riuh tepuk tangan dari penonton, termasuk Tiana.

 

EXT. GEDUNG KEBUDAYAAN - DAY

Tiana menunggu Feli keluar. Ia tersenyum memerhatikan para pemain yang satu per satu mulai keluar dan diberi selamat oleh keluarganya.

Dari kejauhan, Feli berteriak dan berlari.

FELI

Kak Tiaaaan!

Tiana memeluk Feli.

TIANA

Selamat ya, pertunjukannya bagus. Kakak suka.

Tiana memberikan bunga ucapan selamatnya beserta satu kotak coklat bertuliskan: Selamat atas pertunjukannya, Feli! - Kak Tian

FELI

Makasih ya Kak. Aku seneng banget. Aku kira kakak ngga akan dateng.

TIANA

Sama-samaa.

Tiba-tiba, Raga datang menggendong seorang anak berusia 1 tahun sambil membawa bunga untuk Feli. Feli tampak kaget.

RAGA

(ke Tiana)

Hai.

TIANA

Hai.

RAGA

(ke Feli)

Selamat Fel.

Feli menyambar bunga dari Raga dengan malas.

RAGA (CONT'D)

Nanti ke rumah kakak ya Fel. Kita makan-makan.

Feli melotot, wajahnya merah.

FELI

Kakak ngapain sih ke sini? Aku ngga undang kakak.

Tasia memegang pergelangan tangan Feli. Menenangkannya.

RAGA

Fel...

FELI

Aku ngga mau ketemu Istri dan anak kakak. Gara-gara kalian Papa sakit- sakitan.

Tiana tampak kebingungan.

FELI (CONT'D)

Kakak ngga malu liat kak Tian di sini?

RAGA

Feli!

Feli menangis, meninggalkan Raga dan Tiana. Tiana kaget. Menatap Raga.

RAGA (CONT'D)

Tian, aku bisa jelasin.

TIANA

Sejak kapan?

(beat)

Sejak kapan kamu selingkuh sampe bisa punya anak dan aku ngga tau sama sekali?

Raga memegang pergelangan tangan Tiana. Tian melepaskannya.

TIANA (CONT'D)

(berteriak) SEJAK KAPAN!!!!

Tiana menangis. Bayi dipangkuan Raga ikut menangis.

TIANA (CONT'D)

Bajingan kamu.

Tiana pergi meninggalkan Raga dan bayinya.

INT. KAMAR KAMIL DAN RATIH - NIGHT

Tiana menangis terisak di pangkuan Ibunya.

RATIH

Anak Ibu...

Ratih membelai-belai rambut Tiana.

TIANA

Harusnya Tian ngeh bu. Tapi Tiang ngga curiga sama sekali. Tian bodoh bu.

RATIH

Ssssh, kamu ngga bodoh.

TIANA

Tian dulu cinta sekali sama Raga.

RATIH

Ibu tau, Nak. (beat)

FLASHBACK:

INT. RUMAH TIANA - DAY - MONTAGE

-  Irawan menyeret Raga masuk bertemu Ratih dan Kamil.

-  Irawan duduk, menangis dan bersujud kepada Ratih dan Kamil.

-  Raga menangis. Ratih dan Kamil kebingungan.

-  Kamil memegang pundak Irawan dan membantunya bangkit dan kembali duduk.

-  Raga bertelut, Irawan terlihat menjelaskan sesuatu sambil menangis.

-  Ratih dan Kamil terkejut, marah.

-  Kamil menghajar Raga berkali-kali, berteriak di depan muka Raga sambil menangis.

-  Ratih menghentikan Kamil sambil menangis.

-  Irawan menangis, menghajar Raga.

-  Irawan pingsan.

-  Kamil membantu Irawan dan memapahnya ke atas sofa.

-  Raga bersujud dan menangis di kaki Ratih.

-  Kamil berteriak memintanya ke luar dari rumah.

Sementara itu, terdengar suara Ratih mengiringi montage itu.

RATIH (V.O.)

Maaf baru kasih tau kamu sekarang. Ibu dan Ayah ngga sanggup liat kamu semakin sedih.

(beat)

Satu bulan setelah mendengar kamu pergi ke Jakarta, Pak Irawan datang ke Rumah bawa Raga.

(beat)

Pak Irawan sujud-sujud di kaki Ibu dan bapak. Raga nangis liat bapaknya begitu.

(beat)

Ibu dan bapak bingung. (beat)

Ternyata selama Raga kerja di Medan, dia menghamili rekan kerjanya sendiri.                 Pak Irawan sendiri baru tau setelah anak itu cukup besar dan Raga memutuskan untuk putus dari kamu untuk menikah dengan Ibu anak itu.

(beat)

Ayah kamu menghajar Raga berkali- kali. Untung Ibu ada di situ, kalau engga Ibu ngga tau Raga sekarang masih hidup atau engga.

 

INT. KAMAR KAMIL DAN RATIH - NIGHT

Tiana masih menangis di pangkuan Ratih.

RATIH

Semenjak kejadian itu, Pak Irawan sering sakit-sakitan, bulak-balik rumah sakit. Bahkan beliau pernah ngelantur. Katanya kalau beliau mati, itu hukuman untuk dia atas kesalahan anaknya.

Tiana masih tersedu.

TIANA

Pak Irawan baik sekali, Bu. Tian ngga benci Pak Irawan. Tian benci Raga.

Ratih mengelus Tiana.

RATIH

Dia merasa bersalah, Tian. Dia sudah menganggap kita sebagai keluarganya juga.

(beat)

Jadi, Ibu dan Bapak masih sering menjenguk Pak Irawan. Bukan untuk menemui Raga.

Kamil masuk. Tiana bangkit dan duduk. Kamil memeluk Tiana.

KAMIL

Anak Ayah...

 

INT. KAMAR KAMIL DAN RATIH - NIGHT

Ratih mengganti lampu kamar dari lampu putih ke kuning. Kita melihat Tiana berbaring di sebelah Ratih dengan mata sembab.

KAMIL (O.S.)

Tiaaan, hpmu mau ayah bawain ngga?

TIANA

Ngga usah, Ayah.

Kamil masuk ke kamar, memberikan hp Tiana dan bergabung bersama Tiana dan Ratih.

KAMIL

Dicek dulu, daritadi nyala, barangkali penting.

Tiana membuka kunci layar ponselnya.

Di layar kita melihat 5 panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan dari Wira.

Saya sudah ada di depan toko.

Kamu di mana?

Sedang sibuk?

Saya pulang. Takut mengganggu kamu. Nanti saya hubungi lagi.

Selamat malam, Tiana.

Tiana menutup kembali ponselnya tanpa membalas.

Ia menaruh ponselnya dan tidur diapit Ayah dan Ibunya.

 

INT. TOKO BUNGA PESONA - DAY

Kita mengikuti Tiana masuk ke dalam toko. Mata Tiana masih sembab.

TIANA

Pagi.

HANING

Pagi, Mba.

TIANA

Pak Ajat ke mana?

HANING

Kirim pesenan, Mba. (beat)

Mba ngga apa-apa? Kayak lagi sakit. Lemes banget.

TIANA

Gapapa Ning. Belom sarapan aja. Maaf ya, kemarin saya ninggalin kamu ngga bilang-bilang.

HANING

Gapapa, Mba. Udah biasa. (beat)

Eh maksudnya gapapa, Mba, kebiasaan.

(beat)

Aduh, maksudnya ngga apa-apa, Mba, beneran. Seru kok nge-date berdua sama Pak Ajat.

Tiana tertawa dengan wajah yang lemas.

TIANA

Ah, kamu.

Tiana duduk di kursinya dan menemukan sebuah kotak kayu.

TIANA (CONT'D)

Ini apa, Ning? Punya kamu?

HANING

Oh, itu kemarin dari siapa ya saya lupa nama Masnya. Nannyain Mba karena Mba ngga bisa dihubungi, terus titip kotak itu katanya buat Mba.

TIANA

Oh, oke. Makasih ya Ning.

Tiana memasukkan kotak itu ke dalam laci paling bawah tanpa membukanya terlebih dahulu.

INT. TOKO BUNGA PESONA - AFTERNOON

Dari lantai dua toko, Tiana duduk memandang ke luar jendela dengan cangkir teh di tangannya.

Ponselnya berdering. Layar menunjukkan nama Wira. Ia menolak panggilan telepon dari Wira.

Ia kembali menatap kosong ke luar jendela. Perlahan, pandangan Tiana berkunang-kunang.

INT. LOBBY RUMAH SAKIT - AFTERNOON

Kita mengikuti Tiana yang terbaring di atas brangkar, dibawa oleh dokter dan perawat, serta Haning.

TIANA (V.O.)

Bisakah saya percaya pada kamu, Wira?

CUT TO BLACK.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar