EXT. JALAN DESA - DAY
Wira menenteng kamera berlari mencari Tiana. Ia berlari cukup jauh sampai menemukan Tiana tengah jongkok di pinggir jalan, berbicara dengan kucing.
Wira memotret kucing yang sedang bersama Tiana. Tiana menyadari kehadiran Wira.
TIANA
Kamu.
WIRA
Iya. Saya.
(beat)
Kenapa kabur?
TIANA
Siapa yang kabur?
WIRA
Saya liat tadi begitu Raga muncul, kamu jadi aneh. Kenapa?
TIANA
Bukan urusan kamu.
Raga menaikkan kedua pundaknya.
WIRA
Memang bukan urusan saya.
TIANA
Terus kenapa kamu ke sini?
WIRA
Saya bosen. Pengen jalan-jalan.
Raga menunjukkan foto hasil jepretanya.
WIRA (CONT'D)
Liat deh, bagus, kan?
Tiana melihat foto seekor kucing tadi. Setengah tertawa, tidak percaya.
TIANA
Saya kira kamu foto saya.
WIRA
GR kamu. Saya foto kucing.
Tiana manyun. Raga tersenyum.
WIRA (CONT'D)
coba kamu berdiri di situ.
TIANA
Di sini?
WIRA
Iya, geser sedikit.
Tiana senyum ke arah kamera. Raga memotret Tiana kali ini dengan benar.
Tiana melihat hasil foto Wira dan terkejut melihat hasilnya bagus.
BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATION
- Tiana dan Wira berjalan menyusuri jalanan desa
- Wira memotret Tiana di dekat sawah
- Tiana dan Wira menyusuri sungai
- Wira memotret Tiana
- Wira dan Tiana berjalan menuju sebuah danau
END MONTAGE
EXT. PINGGIR DANAU DESA - DAY
Tiana dan Raga duduk di bangku menghadap danau, beristirahat. Hening sejenak.
TIANA
Yang tadi itu mantan pacar saya.
Wira mengangguk.
TIANA (CONT'D)
Saya ke sini mau lupain dia. (beat)
Eh, dia malah ada di sini.
WIRA
Pacaran berapa lama?
TIANA
6 tahun.
WIRA
Wajar.
TIANA
Maksudnya?
WIRA
Ya wajar kalau kamu sesedih ini.
TIANA
Saya ngga sedih kok, saya kesel.
WIRA
Terserah.
TIANA
Kamu pernah ada di posisi saya?
WIRA
5 tahun lalu. (beat)
Pacar pertama saya. Kami pacaran dari kelas satu SMP, sampai kuliah semester dua. Gara-gara LDR saya kuliah di Jakarta, dia kuliah di Solo, akhirnya putus juga.
TIANA
Kamu yang putusin dia?
WIRA
Dia. Katanya dia ngga kuat LDR. Sebenernya saya juga, sih. Tapi tadinya saya percaya saya dan dia bisa bertahan.
TIANA
cara kamu mengatasi itu, gimana?
WIRA
Bersedih sewajarnya, memaafkan keadaan, melanjutkan kehidupan.
TIANA
Semudah itu?
WIRA
Ngga mudah. Saya sering ingat dia setiap ada kesempatan melamun, bertanya bagaimana kalau seandainya kami kembali, bagaimana kalau seandainya saya meyakinkan dia lebih keras untuk tidak menyerah pada waktu itu. Tapi saya ngga mau berlarut-larut. Saya berhak bahagia dan melanjutkan hidup.
TIANA
Kamu hebat.
(beat)
Ngga seperti saya.
WIRA
Memangnya kamu kenapa?
TIANA
Saya berlarut-larut. Saya membiarkan kesedihan memengaruhi kehidupan saya. Saya ngga fokus kerja sampai akhirnya masuk dalam list PHK dan diPHK. Saya meninggalkan orang tua saya dan pergi ke Jakarta karena Bandung terlalu mengingatkan saya pada masa lalu. Padahal, saya begitu mencintai Bandung.
Tiana merogoh permen di saku celanannya.
TIANA (CONT'D)
Mau?
WIRA
Boleh.
Tiana memberikan permennya pada Wira.
WIRA (CONT'D)
Pulang yuk. Sebentar lagi gelap.
Wira berdiri diikuti Tiana. Tiana berjalan di belakang Wira.
TIANA
Saya ngga suka kamu ngalungin kamera.
Wira berhenti sebentar, menengok ke belakang.
WIRA
Kenapa?
TIANA
Saya jadi inget Raga. Dia photographer. Kemana-mana pasti bawa kamera.
WIRA
Saya ngga peduli.
Tiana tersenyum.
INT. RUMAH TINGAL - NIGHT
Tasia, Eci, Pak Jo, Ikram berkumpul, tertawa-tawa.
PAK JO
Gitulah ceritanya kenapa saya bisa takut kecoa. Hih. Ngeri.
Pak Jo meneguk air dari cangkir.
PAK JO (CONT'D)
Oh iya, Raga ke mana?
IKRAM
Di posko utama, Pak. Besok pagi ke sini lagi sebelum kita main ke sawah.
Tidak lama kemudian, Wira dan Tiana pulang.
TIANA
M.. Maaf pulang telat.
Ikram berdiri.
IKRAM
Gapapa. Makan dulu sana sama Wira.
INT. RUMAH TINGGAL - MEJA MAKAN - NIGHT
Di meja kita melihat ada nasi, tumis kangkung, sambel, dan ikan goreng. Wira dan Tiana makan, ditemani Ikram.
Beberapa saat, suasana hening. Ikram terlihat akan mengatakan sesuatu tapi urung, tapi akhirnya jadi.
IKRAM
Raga itu photographer yang dibayar untuk program ini, Tian.
TIANA
Kenapa harus di kelompok ini, Mas?
IKRAM
Dia gantiin Rudi. Rudi memang satu tim sama saya. Karena istrinya melahirkan, Rudi cuti dan Raga yang gantiin.
(beat)
Saya ngga tau kalau kalian punya hubungan sebelumnya. Kalau saya tau ini sejak awal, saya pasti antisipasi.
Tiana menghentikan makannya, tidak menyentuh lagi sendoknya. Wira tetap melanjutkan makan sambil mendengarkan percakapan.
IKRAM (CONT'D)
Saya minta maaf. Sulit kalau minta pindahin Raga sekarang.
TIANA
Kalau gitu saya mengundurkan diri. (beat)
Saya liburan untuk lupain Raga, Mas. Bukan untuk sengaja inget dia.
IKRAM
Tian... Kamu serius? Apa ngga sayang?
TIANA
Serius, Mas. Sesuai surat pernyataan, kalau saya mengundurkan diri, uang ngga bisa kembali dan akan diberikan untuk donasi.
(beat)
Saya ikhlas. Sangat ikhlas.
Tasia yang mendengar percakapan dari ruang tengah bergabung di meja makan, bergantian dengan Wira yang canggung dan meninggalkan meja makan.
TASIA
Ti, kita udah sejauh ini. Jangan biarin Raga, masa lalu kamu, jadi penghalang untuk kamu bahagia.
TIANA
Justru karena belum terlalu jauh, Sya. Sebahagia apapun aku ada di sini, ketemu Pak Jo, Eci, Wira, dan Mas Ikram. Tetep Sya, setiap aku liat Raga, rasa bahagia itu samar.
Tasia menggenggam tangan Tiana di atas meja. Ikram menundukkan kepala.
Tiana beranjak meninggalkan Tasia dan Ikram.
INT. RUMAH TINGGAL - KAMAR PEREMPUAN - NIGHT
Tiana memasukkan barang-barangnya dengan tenang. Tasia memerhatikan Tiana.
Tiana memerhatian balik Tasia yang tampak kebingungan.
TIANA
Ga usah bingung, Sya. Kamu ngga perlu ikut-ikutan. Aku ngga apa- apa.
TASIA
Tapi, Ti...
TIANA
Aku tau kamu pengen banget ikut program ini.
(beat)
Aku juga tau kamu lagi terapi dan butuh aktivitas baru. Kak Haris yang bilang. Kamu berhenti kerja karena trauma, dua orang temen kamu di sana meninggal karena kecelakaan pesawat, kan?
(beat)
Aku ini apa sih, Sya? Kok kamu ngga cerita.
Tasia berkaca-kaca.
TASIA
Tian... Aku bukan ga mau cerita.
TIANA
Aku tau. Kamu pasti udah mau cerita kan sama aku, tapi aku selalu jadi oran yang ngerasa paling sedih di dunia sampai akhirnya kamu ngga enak.
TASIA
Tian...
Tasia memeluk Tian.
TIANA
Jangan gitu lagi ya. cerita sama aku meskipun aku juga lagi sedih. Biar nangis bareng, sedih bareng. Masa seneng-senengnya doang yang bareng?
Tasia mengangguk. Eci masuk ke kamar.
ECI
Kak Tiana mau ke mana? Kok beres- beres? Pindah kamar?
Tiana menepuk-nepuk lantai dan menyuruh Eci duduk di sebelahnya.
TIANA
Kalau Tasia nyebelin, racunin aja makanannya. Kasih dia kacang. Dia alergi sama kacang. Terus kalau dia berani macem-macem, lapor aku ya.
TASIA
Sini aku peluk dulu Eci. Eci jangan kabur juga yaaaa.
Mereka bertiga tertawa.
INT. RUMAH TINGGAL - DAY
Tiana sudah rapih berdiri dengan koper dan tas gendongnya. Pak Jo, Ikram, Tasia, Eci, Wira mengelilingi Tiana. Tiana memeluk mereka satu per satu.
EXT. RUMAH TINGGAL - DAY
Kita melihat Ikram membantu membawa koper Tiana dan memasukkannya kedalam mini bus. Wira masuk ke dalam mini bus. Tasia berdiri di samping Tiana.
IKRAM
Wir, hati-hati ya. (ke Tiana)
Tian thankyou. Maaf juga.
Tiana memeluk Ikram.
TIANA
Makasih, Mas. Aku yang minta maaf.
TIANA (CONT'D)
Sya, see u ya.
Tasia mengangguk, memeluk Tiana. Tiana masuk ke mini bus.