6. #6

EXT. JALAN DESA - DAY

Wira menenteng kamera berlari mencari Tiana. Ia berlari cukup jauh sampai menemukan Tiana tengah jongkok di pinggir jalan, berbicara dengan kucing.

Wira memotret kucing yang sedang bersama Tiana. Tiana menyadari kehadiran Wira.

TIANA

Kamu.

WIRA

Iya. Saya.

(beat)

Kenapa kabur?

TIANA

Siapa yang kabur?

WIRA

Saya liat tadi begitu Raga muncul, kamu jadi aneh. Kenapa?

TIANA

Bukan urusan kamu.

Raga menaikkan kedua pundaknya.

WIRA

Memang bukan urusan saya.

TIANA

Terus kenapa kamu ke sini?

WIRA

Saya bosen. Pengen jalan-jalan.

Raga menunjukkan foto hasil jepretanya.

WIRA (CONT'D)

Liat deh, bagus, kan?

Tiana melihat foto seekor kucing tadi. Setengah tertawa, tidak percaya.

TIANA

Saya kira kamu foto saya.

WIRA

GR kamu. Saya foto kucing.

Tiana manyun. Raga tersenyum.

WIRA (CONT'D)

coba kamu berdiri di situ.

TIANA

Di sini?

WIRA

Iya, geser sedikit.

Tiana senyum ke arah kamera. Raga memotret Tiana kali ini dengan benar.

Tiana melihat hasil foto Wira dan terkejut melihat hasilnya bagus.

BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATION

-  Tiana dan Wira berjalan menyusuri jalanan desa

-  Wira memotret Tiana di dekat sawah

-  Tiana dan Wira menyusuri sungai

-  Wira memotret Tiana

-  Wira dan Tiana berjalan menuju sebuah danau

END MONTAGE

 

EXT. PINGGIR DANAU DESA - DAY

Tiana dan Raga duduk di bangku menghadap danau, beristirahat. Hening sejenak.

TIANA

Yang tadi itu mantan pacar saya.

Wira mengangguk.

TIANA (CONT'D)

Saya ke sini mau lupain dia. (beat)

Eh, dia malah ada di sini.

WIRA

Pacaran berapa lama?

TIANA

6 tahun.

WIRA

Wajar.

TIANA

Maksudnya?

WIRA

Ya wajar kalau kamu sesedih ini.

TIANA

Saya ngga sedih kok, saya kesel.

WIRA

Terserah.

TIANA

Kamu pernah ada di posisi saya?

WIRA

5 tahun lalu. (beat)

Pacar pertama saya. Kami pacaran dari kelas satu SMP, sampai kuliah semester dua. Gara-gara LDR saya kuliah di Jakarta, dia kuliah di Solo, akhirnya putus juga.

TIANA

Kamu yang putusin dia?

WIRA

Dia. Katanya dia ngga kuat LDR. Sebenernya saya juga, sih. Tapi tadinya saya percaya saya dan dia bisa bertahan.

TIANA

cara kamu mengatasi itu, gimana?

WIRA

Bersedih sewajarnya, memaafkan keadaan, melanjutkan kehidupan.

TIANA

Semudah itu?

WIRA

Ngga mudah. Saya sering ingat dia setiap ada kesempatan melamun, bertanya bagaimana kalau seandainya kami kembali, bagaimana kalau seandainya saya meyakinkan dia lebih keras untuk tidak menyerah pada waktu itu. Tapi saya ngga mau berlarut-larut. Saya berhak bahagia dan melanjutkan hidup.

TIANA

Kamu hebat.

(beat)

Ngga seperti saya.

WIRA

Memangnya kamu kenapa?

TIANA

Saya berlarut-larut. Saya membiarkan kesedihan memengaruhi kehidupan saya. Saya ngga fokus kerja sampai akhirnya masuk dalam list PHK dan diPHK. Saya meninggalkan orang tua saya dan pergi ke Jakarta karena Bandung terlalu mengingatkan saya pada masa lalu. Padahal, saya begitu mencintai Bandung.

Tiana merogoh permen di saku celanannya.

TIANA (CONT'D)

Mau?

WIRA

Boleh.

Tiana memberikan permennya pada Wira.

WIRA (CONT'D)

Pulang yuk. Sebentar lagi gelap.

Wira berdiri diikuti Tiana. Tiana berjalan di belakang Wira.

TIANA

Saya ngga suka kamu ngalungin kamera.

Wira berhenti sebentar, menengok ke belakang.

WIRA

Kenapa?

TIANA

Saya jadi inget Raga. Dia photographer. Kemana-mana pasti bawa kamera.

WIRA

Saya ngga peduli.

Tiana tersenyum.

 

INT. RUMAH TINGAL - NIGHT

Tasia, Eci, Pak Jo, Ikram berkumpul, tertawa-tawa.

PAK JO

Gitulah ceritanya kenapa saya bisa takut kecoa. Hih. Ngeri.

Pak Jo meneguk air dari cangkir.

PAK JO (CONT'D)

Oh iya, Raga ke mana?

IKRAM

Di posko utama, Pak. Besok pagi ke sini lagi sebelum kita main ke sawah.

Tidak lama kemudian, Wira dan Tiana pulang.

TIANA

M.. Maaf pulang telat.

Ikram berdiri.

IKRAM

Gapapa. Makan dulu sana sama Wira.

 

INT. RUMAH TINGGAL - MEJA MAKAN - NIGHT

Di meja kita melihat ada nasi, tumis kangkung, sambel, dan ikan goreng. Wira dan Tiana makan, ditemani Ikram.

Beberapa saat, suasana hening. Ikram terlihat akan mengatakan sesuatu tapi urung, tapi akhirnya jadi.

IKRAM

Raga itu photographer yang dibayar untuk program ini, Tian.

TIANA

Kenapa harus di kelompok ini, Mas?

IKRAM

Dia gantiin Rudi. Rudi memang satu tim sama saya. Karena istrinya melahirkan, Rudi cuti dan Raga yang gantiin.

(beat)

Saya ngga tau kalau kalian punya hubungan sebelumnya. Kalau saya tau ini sejak awal, saya pasti antisipasi.

Tiana menghentikan makannya, tidak menyentuh lagi sendoknya. Wira tetap melanjutkan makan sambil mendengarkan percakapan.

IKRAM (CONT'D)

Saya minta maaf. Sulit kalau minta pindahin Raga sekarang.

TIANA

Kalau gitu saya mengundurkan diri. (beat)

Saya liburan untuk lupain Raga, Mas. Bukan untuk sengaja inget dia.

IKRAM

Tian... Kamu serius? Apa ngga sayang?

TIANA

Serius, Mas. Sesuai surat pernyataan, kalau saya mengundurkan diri, uang ngga bisa kembali dan akan diberikan untuk donasi.

(beat)

Saya ikhlas. Sangat ikhlas.

Tasia yang mendengar percakapan dari ruang tengah bergabung di meja makan, bergantian dengan Wira yang canggung dan meninggalkan meja makan.

TASIA

Ti, kita udah sejauh ini. Jangan biarin Raga, masa lalu kamu, jadi penghalang untuk kamu bahagia.

TIANA

Justru karena belum terlalu jauh, Sya. Sebahagia apapun aku ada di sini, ketemu Pak Jo, Eci, Wira, dan Mas Ikram. Tetep Sya, setiap aku liat Raga, rasa bahagia itu samar.

Tasia menggenggam tangan Tiana di atas meja. Ikram menundukkan kepala.

Tiana beranjak meninggalkan Tasia dan Ikram.

 

INT. RUMAH TINGGAL - KAMAR PEREMPUAN - NIGHT

Tiana memasukkan barang-barangnya dengan tenang. Tasia memerhatikan Tiana.

Tiana memerhatian balik Tasia yang tampak kebingungan.

TIANA

Ga usah bingung, Sya. Kamu ngga perlu ikut-ikutan. Aku ngga apa- apa.

TASIA

Tapi, Ti...

TIANA

Aku tau kamu pengen banget ikut program ini.

(beat)

Aku juga tau kamu lagi terapi dan butuh aktivitas baru. Kak Haris yang bilang. Kamu berhenti kerja karena trauma, dua orang temen kamu di sana meninggal karena kecelakaan pesawat, kan?

(beat)

Aku ini apa sih, Sya? Kok kamu ngga cerita.

Tasia berkaca-kaca.

TASIA

Tian... Aku bukan ga mau cerita.

TIANA

Aku tau. Kamu pasti udah mau cerita kan sama aku, tapi aku selalu jadi oran yang ngerasa paling sedih di dunia sampai akhirnya kamu ngga enak.

TASIA

Tian...

Tasia memeluk Tian.

TIANA

Jangan gitu lagi ya. cerita sama aku meskipun aku juga lagi sedih. Biar nangis bareng, sedih bareng. Masa seneng-senengnya doang yang bareng?

Tasia mengangguk. Eci masuk ke kamar.

ECI

Kak Tiana mau ke mana? Kok beres- beres? Pindah kamar?

Tiana menepuk-nepuk lantai dan menyuruh Eci duduk di sebelahnya.

TIANA

Kalau Tasia nyebelin, racunin aja makanannya. Kasih dia kacang. Dia alergi sama kacang. Terus kalau dia berani macem-macem, lapor aku ya.

TASIA

Sini aku peluk dulu Eci. Eci jangan kabur juga yaaaa.

Mereka bertiga tertawa.

 

INT. RUMAH TINGGAL - DAY

Tiana sudah rapih berdiri dengan koper dan tas gendongnya. Pak Jo, Ikram, Tasia, Eci, Wira mengelilingi Tiana. Tiana memeluk mereka satu per satu.

 

EXT. RUMAH TINGGAL - DAY

Kita melihat Ikram membantu membawa koper Tiana dan memasukkannya kedalam mini bus. Wira masuk ke dalam mini bus. Tasia berdiri di samping Tiana.

IKRAM

Wir, hati-hati ya. (ke Tiana)

Tian thankyou. Maaf juga.

Tiana memeluk Ikram.

TIANA

Makasih, Mas. Aku yang minta maaf.

TIANA (CONT'D)

Sya, see u ya.

Tasia mengangguk, memeluk Tiana. Tiana masuk ke mini bus.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar